BAB - 2

234K 18.9K 1.2K
                                    

___

"Ganti, dong. Gaya monyet," kata Arya. Dia terbahak. Puas dengan hasil jepretan foto Alya yang sedang berpose monyet.

Alya bukannya ingin menangis, tetapi dia ingin menerjang Arya dan memukul wajah cowok itu dengan sepatu. Hanya saja, dia sudah kapok karena tadi dia melemparkan sepatu ke punggung Arya dan alhasil Alya mendapatkan hukuman yang makin banyak. Sebelum itu, dia juga disuruh membersihkan kemeja sekolah Arya dari bekas permen karet. Alya menatap Arya dengan penuh dendam. Cowok itu malah asyik-asyikan tiduran di atas rumput, di bawah rindangnya pohon di taman. Sekarang, cowok itu menyuruhnya berpose dengan berbagai gaya binatang.

Arya menjentikkan jari. "Jerapah!"

"Gimana, sih?" Alya kesusahan berpose seperti jerapah. Dia hanya berdiri kesal menatap Arya.

"Susah, ya?" Arya tampak berpikir sejenak. "Eum, raungan singa! Rroarr gitu."

Alya menganga dan mengerjap. Arya kemudian terbahak setelah mengambil gambar. "Nggak usah, nggak usah. Kayak tadi juga udah mantap."

"Udah belum?" Alya mengeluh. Meski tak terkena sinar matahari di tempat itu, tapi rasanya lebih baik bersama siswa dan siswi lainnya di lapangan sana. "Udah berapa jam gue di sini? Gue laper."

"Yuk, makan bareng. Gue juga laper."

"Nggak bareng lo." Alya terduduk di rumput dan menatap kesal Arya yang sedang menghubungi seseorang.

"Woi! Minta tolong bawa dua nasi kotak, dong. Di taman." Setelah bicara sebentar, Arya menatap Alya lagi. "Udah lapar, Yang?"

"Kepala gue mau pecah. Berhenti manggil gue dengan sebutan Sayang."

Arya tersenyum menatapnya. Alya langsung membuang muka dengan gerutuan pelan.

"Berterima kasih dong ke gue karena meskipun temen-temen lo dihukum massal, lo nggak ikut dihukum massal tuh karena gue."

Alya menatap ngeri ke lapangan. Dia langsung menyembunyikan rautnya itu. "Mending gue di hukum sendiri daripada harus berhadapan sama lo!"

"Wih, galak amat." Arya duduk. "Ya udah. Push up 100 kali."

Alya terkejut. "Lo gila?"

"Wah, mantap juga nyali nih cewek. Coba ulang tadi ngomong apa, Sayang?"

"Nama gue bukan Sayang!"

"Nama lo bukan ... apa?"

"Sa—" Alya langsung bungkam saat sadar Arya memancingnya. "Pokoknya nama gue bukan Sayang! Nama gue Alya. A. L. Y. A. Alya."

"Coba senyum dikit. Dari tadi marah-marah mulu. Cepat tua entar."

Alya melirik sinis cowok itu.

"Permisi...." Seorang siswi berdiri di jarak yang sedikit jauh dari Alya dan Arya. Dia memegang dua kotak putih dan dua air mineral gelas sembari berjalan semakin mendekat ke Arya. "Anu ... Kak Arya, ya? Kata Kak Adrian, ini ada titipan."

Arya menerima kotak itu dan mengucap terima kasih. Setelah siswi itu pergi, Arya menatap Alya yang sedang jengkel.

"Baik kan gue?" tanya Arya sembari menyodorkan kotak makanan dan gelas minuman.

Alya mengambil kotak makanan dan gelas minuman itu, berusaha membuang jauh rasa gengsinya. Perutnya sudah meronta-ronta sejak tadi.

"Lo nggak baik, tapi makasih," ucap Alya sinis. Cowok itu lagi-lagi melemparkan senyuman yang membuat Alya sangat ingin menggetok kepala Arya dengan sepatunya.

***

"Lo dari tadi senyum-senyum aneh. Nggak kerasukan kan lo?" tanya Vino, salah satu teman Arya yang lewat di depan Arya dan langsung berhenti. Arya berdiri bersandar di dinding koridor sembari melihat ulang foto-foto lucu yang berhasil dia dapatkan dari cewek bernama Alya.

"Makin hari makin gila aja si monyet." Harry ikut berkomentar. Sementara Arya meresponsnya dengan cengiran. Lewat ekor matanya, dia melihat ada lima siswi berbaris di dekatnya. Arya menatap siswi-siswi itu dan mengernyit.

"Kak Arya? Boleh minta tanda tangannya nggak, Kak?" tanya seorang siswi yang berdiri paling depan sambil menyodorkan sebuah kertas yang sudah berisi tanda-tangan panitia lain.

"Tulis sendiri aja," balas Arya pendek.

Siswi-siswi itu saling pandang, lalu satu di antaranya bicara. "Nulisnya apa, Kak?"

"Arya sayang Alya. Udah gitu aja." Arya tersenyum penuh arti melihat siswi-siswi itu pergi dengan tawa karena menganggapnya alay.

"Gila lo. Alya siapa lagi, tuh? Ganti-ganti mulu perasaan," kata Vino yang sejak tadi menyaksikan apa yang terjadi.

"Alya yang tadi itu? Yang lo panggil sayang-sayang itu?" tanya Harry. "Anjay! Sejak kapan?"

"Apanya yang sejak kapan?" tanya Arya bingung. Tatapannya fokus menggeser layar ponselnya yang berisi puluhan foto Alya dengan berbagai pose binatang.

"Bukannya kemarin lo baru dapat nomornya si Inggrid?" tanya Vino heran.

"Inggrid anak SMP itu, mah. Kirain gue udah SMA. Nggak gue pacarin. Bocil. Seumuran adik gue. Berasa pacaran sama adik sendiri."

"Gue pikir pacar terakhir lo senior yang baru aja tamat itu," kata Vino lagi.

Harry yang menyahut. "Nggak lah. Seminggu pacaran udah putus, kan? Si Arya sempet pacaran sama Alin kelas XI itu sama si siapa sih Ily? Lily?"

Arya berusaha mengingat-ingat. "Lily kayaknya."

Harry memiting leher sahabatnya itu. "Insaf sekarang nggak lo?" kata Harry mengintimidasi.

"Lepasin, woi. Gue bosen, nih. Pengin gangguin cewek lagi."

"Tobat, Ar." Harry melepaskan pitingannya, tetapi langsung menepuk punggung Arya keras hingga membuat sahabatnya itu tersentak dan mengeluh kesakitan. Sementara Harry dan Vino langsung kabur entah ke mana, menghilang di pertigaan koridor.

Arya menepuk-nepuk punggungnya yang kesakitan. Dia menoleh ke arah yang berlawanan. Tatapannya berhenti pada seorang cowok yang tidak mengenakan seragam SMA, tetapi hanya mengenakan celana jeans denim dan kaos hitam. Tak ada id card panitia yang menggantung di lehernya. Dibanding bertanya-tanya siapa cowok itu, Arya justru heran mengapa cowok itu menatapnya sedari tadi dan tak pernah melepaskan pandangan darinya.

"Dia nggak suka gue, kan?" bisik Arya dengan perut mulas dan rasanya ingin mual, merasa geli sendiri. Dia menertawakan dirinya sendiri saat melihat cowok itu menatapnya dingin. Arya mengernyit karena merasa cowok itu familier.

"Lo sekolah di sini nggak, sih?" sapa Arya basa-basi dengan telunjuk mengarah ke cowok itu.

"Iya. Gue sekolah di sini," balas cowok itu. "Gue lagi nungguin gebetan gue."

"Oh...." Arya mengangguk-angguk. Nggak nanya, sih, batinnnya. "Calon pacar berarti?"

"Ya, pasti. Bentar lagi," kata cowok itu lagi, masih dengan tatapan dinginnya.

Arya mengangkat alisnya. "Ya udah. Semoga cepet jadian," kata Arya lalu melangkah pergi dari sana.

***

NOTE:

siapakah cowok itu?

petunjuk: bagi yang pernah baca chat (Alya & Arya) silakan menebak

.

love love

thanks for reading!

love,

sirhayani

SayangWhere stories live. Discover now