“Aku tak bisa hyung. Aku tak bisa,” suara Namjoon semakin bergetar,

“Sekarang saat satu-satunya tempatku bersandar akan pergi apa hyung pikir aku kuat menahannya? APA HYUNG PIKIR AKU SANGGUP MENAHANNYA?” Namjoon jatuh berlutut dihadapan Yoongi yang diam mematung. Rasanya kakinya sudah tak memiliki kekuatan lagi setelah ia mengeluarkan seluruh emosinya.

Cengkramannya terlepas begitu saja dari kerah baju Yoongi dan berhasil membuat Yoongi limbung hingga hampir saja terjatuh seperti Namjoon andaikan tidak ada tembok yang menahannya dibelakangnya.

“Apa hyung pikir aku bukan manusia? Hiks...” suara lirihan Namjoon kembali terdengar. Begitu pelan namun terdengar jelas karena kini suasana kental oleh keheningan. Tak ada yang berani bersuara sedikitpun.

“...Aku juga manusia hyung hiks, aku bisa merasakan sakit dan aku juga memiliki titik terlemah dalam diriku. Aku memiliki batas menahan emosiku hiks,”

Tatapan Yoongi kosong mengarah kelantai hingga ia tak menyadari kini Namjoon telah kembali berdiri. Tepat dihadapan Yoongi namun Namjoon tak sedikitpun memandang Yoongi. Namjoon membalikan badannya memunggungi Yoongi.

Bahunya masih terlihat bergetar namun dapat Yoongi rasakan kini Namjoon sedang berusaha sekuat tenaga mengendalika emosinya kembali.

“Jika itu memang yang hyung inginkan silahkan,”

*deg

“Jika memang itu yang membuat hyung bahagia silahkan,”

“...Aku tak akan melarang lagi selama memang hyung akan bahagia karena hal itu hiks...”

Kata-kata Namjoon berhasil membuat Yoongi membeku ditempatnya. Rasanya setiap kata yang Namjoon lontarkan setara dengan sebilah pedang tajam yang merobek tepat pada hatinya. Yoongi tak tahu, rasanya justru lebih sakit daripada itu. Terlebih Yoongi bisa mendengar isakan kecil diakhir kalimat Namjoon. Hal itu sukses membuat luka menganga baru dalam dirinya hingga dia hanya bisa menatap nanar punggung Namjoon dihadapannya.

“...Aku hanya ingin keluargaku bahagia. Aku hanya ingin orang yang kusayangi bahagia meski tidak disisiku lagi. Dan jika memang dengan pergi meninggalkan kami hyung akan bahagia aku tak apa. Aku benar-benar tak akan melarang”

Hati Yoongi sakit. Rasanya bagai diremas kuat mendengar seluruh penuturan Namjoon. Dan sialnya entah kenapa meski rasanya sungguh menyesakkan disana, tapi ia tak bisa kembali menangis. Emosinya tertahan dan itu sukses membuatnya semakin sesak.

“Tapi apakah hyung tega membiarkan adik bungsu kita yang sedang berjuang didalam sana kembali menangis karena kembali kehilangan kakaknya?”

Dan saat itu pulalah dunia Yoongi runtuh. Tubuhnya meluruh kelantai diarengi dengan tangis yang akhirnya bisa Yoongi keluarkan.

“Aku tahu kita tak tahu kapan bisa bertemu Seokjin hyung lagi, tapi aku yakin hiks... Seokjin hyung berkata ia akan memperhatikan kita dari jauh dan aku percaya hal itu. Jadi hiks... aku hanya ingin mewujudkan apa yang Seokjin hyung inginkan.”

“Selama ini aku belum bisa menjadi adik yang baik bagi Seokjin hyung jadi aku pikir dengan mewujudkan keinginannya aku bisa sedikit memberikan kebahagiaan kepadanya. Aku, hiks... aku hanya hiks.. Maafkan aku”

Dan setelah mengucapkan hal itu Namjoon pergi meninggalkan mereka semua yang terdiam mematung. Jimin sempat ingin berusaha mengejarnya namun ia mengurungkan niatnya setelah melihat tatapan Hoseok yang menahan lengannya seakan mengisyaratkan agar mereka membiarkan Namjoon sendiri dulu.
Sama dengan Yoongi. Mereka akhirnya memilih membiarkan Yoongi sendiri dan sedikit menjauh darinya tanpa sepatah katapun. Meski tak terlalu jauh karena bagaimanapun mereka semua masih harus menunggu dokter keluar dari ruang rawat sang adik bungsu.

형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √Where stories live. Discover now