[10]

490 69 6
                                    

"yang tadi.... Serius? "

Aku pasti akan mengatakan 'ya'. Mustahil aku menolaknya,  toh aku sejak dulu mengejarnya.

Kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan!

"apa aku kelihatan bercanda?"

"baiklah, seharusnya kamu tak perlu bertanya pun pasti sudah tahu jawabannya"

"apa? 'kau terlalu tua untukku'? " aku menggeleng dengan cepat.

"hey yang benar saja! Kita cuma beda 15tahun kok! " ucapku lantang.

Terlihat raut wajah syok milik Tom.

"15 tahun?!" aku mengangguk.

"kenapa? Aku sudah legal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, 'kan? "

"ya, tapi 15 tahun itu waktu yang cukup jauh, darl."

Tunggu, Darl? Darling?! Sial, aku bahkan tidak bisa mengontrol suhu pipiku saat ini.

"i-iya, but who cares? Kau juga awet muda sedangkan wajahku terlihat lebih tua dari usia ku."

"huft, baiklah. Aku hanya takut orang tua juga saudari-saudariku tidak menyetujui jika perbedaan kita sangatlah jauh."

"...dan lagi, para netizen maha tau. Uh Tom, kau harus tau bagaimana kelakuan netizen Indonesia." ucapku dengan memutar bola mata, malas.

Tom terlihat berpikir, tak lama kemudian ia menghadap kearahku lalu menggenggam bahuku dengan telapak tangannya yang lebar.

"Aku memberimu waktu sampai 2bulan. Setelah masuk universitas barumu, silahkan hubungi aku. Untuk saat ini, aku belum bisa memacarimu, okay?"

Jangankan dipacari, ia menjadi teman baikku saja pasti akan mengubah hidupku 180°.

"Tom, kalau memang kau tidak yakin lebih baik tidak usah. Aku memang sangat amat mencintaimu, tapi kau baru mengenalku dan kau pasti cuma mau menghiburku jadi lebih baik kau pikirkan hingga matang, aku tak memaksa kok" huft, dasar Kishal yang munafik, padahal aku tidak rela mengatakan kalimat tersebut namun tetap saja aku akhiri kalimat tersebut dengan senyum yang merekah.

Tom menaikan satu alisnya, ia menatapku dengan tatapan tak percaya.

"and if you want to send me back to my apartment, just do it. I'd take care of myself, chillax~" aku berkata seolah tiada beban.

"but. . ."

Aku membungkam mulutnya dengan jari telunjukku, hitung-hitung modus :).  "aku bisa. Percayalah"

Seharusnya yang blushing itu kan aku, kenapa ia malah ikutan blushing, sih?!

"jadi, kau sudah merencanakan kepulanganmu, Kishal?" ucapnya.

Hatiku berkata untuk tetap tinggal, tapi bibirku malah berucap lain.

"yaa, mungkin lusa sore? Lagipula apartmentku hanya berbeda beberapa kilometer kan? Tidak sampai 5 kilometer malah. "

Tom mengernyitkan dahi seperti mengingat-ingat sesuatu, lalu mengangkat kedua alisnya juga membulatkan mulutnya.

"Ooh... Aku ingat, so it was you! Perempuan yang duduk diteras apartment pagi hari waktu aku jogging, kan? " ia berucap dengan gestur tangan yang menunjuk-tunjuk padaku.

Aku sebenarnya terkejut, ia ingat aku sedangkan pasti banyak orang yang menyapa nya saat ia melakukan aktivitas normalnya.

Kenapa ia bisa ingat aku ya? Jangan jangan dia juga melihat saat aku menumpahkan teh ke paha ku?!

"loh? Kamu ingat, bagaimana bisa? Memangnya aku se-familiar itu? "

Ia hanya mendengus kasar namun dengan ekspresi tersenyum.

"bagaimana aku bisa lupa wajah gadis yang kulihat setiap pagi sebelum ia berada dirumahku akibat suatu kecelakaan? "

aku tersipu.

Namun datar.

"Ha ha... Lucu sekali, Tom-"

Ucapanku terpotong oleh suara ketukan dari pintu.

"Thomas, Kishal, you better stop your romantic time now. Come out, we got special guests"

Aku dan Tom bertatapan, lalu bangkit dari posisi dan bergegas menghampiri sumber suara.

Tom berjalan mendahuluiku dan melewati kakaknya begitu saja sedangkan aku mengikutinya dari belakang dan beriringan dengan kakaknya.

"are you sure there's nothing between of you two? " Tanya Sarah.

" um yeah... Kinda? " setelah berucap, aku mengedipkan sebelah mataku.

Sarah hanya membalas dengan memutar kedua bola mata.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang tertutup kembali.

"Shit... "

"Tom, Language" sahut Sarah.

"I'll send you back home today, Sarah, come with me too"

"B-but... Now? I- alright, i'll prepare" aku berjalan kembali ke dalam kamar dan bersiap.

Sebenarnya aku tidak mau berpisah dengannya secepat ini, tapi ia menyuruhku pulang secara mendadak padahal kemarin-kemarin bahkan tadi ia yang menahanku untuk tetap tinggal.
.
.
.
.

"Is there anything wrong?  Why'd you send her back to her apartment? " tanya Sarah pada Tom.

"i have something important to do and i can't keep her here because of it"

"what is it? Another interview? Or you got another role?"

"both, and another"

Sarah mengangguk, menunjukkan bahwa ia mengerti maksud adik laki-laki kesayangannya itu.
.
.
.
.

"Ah, padahal aku sudah berencana untuk pulang lusa sore, dan lagi tadi Tom terlihat tidak rela ketika aku berucap akan pulang lusa sore, tapi sekarang ia malah memulangkanku, huft."

aku memasukkan dress, heels dan aksesoris yang ku pakai waktu itu ke dalam goodiebag, karena hanya itu yang kubawa pada saat pertama kali dibawa kesini.

Dan tentu tak dengan lupa ponselku.

"aku akan merindukan ruangan ini" 
ucapku dengan ekspresi cemberut yang dimain-mainkan.

"sampai jumpa kasur Tom, sampai jumpa lemari Tom, sampai jumpa meja Tom,  sampai jumpa lampu Tom, sampai jumpa!! "

Aku pun keluar dari dalam kamar tersebut dan menghampiri Tom dan Sarah yang sudah memegang kunci mobil.

Aku tersenyum simpul.

Sarah terlihat menatap kearah goodiebag yang ku bawa.

"oh Kishal, did you just brought that?"

"oh, this? "  aku menunjuk goodiebag-ku padanya. Ia mengangguk.

"It's just my mom's dress that i wore at the premiere, and my heels... Before disaster."

Tom yang sedari tadi mendengarkan obrolan pun akhirnya membuka mulut.

"oh come on, be hurry"

Sarah hanya terkekeh dan jalan melalui aku dan Tom.

Tak ku sangka, Tom tiba tiba menggandengku dan membantuku berjalan mengenakan tongkat pemberiannya.

"kamu sedih?" ucapnya, aku membalas dengan gelengan.

"tenang, aku akan sering mengunjungi. Lagipula, kita tak begitu jauh kan?" 

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"ayo, kita harus cepat"

TBC

Eh sumpah ya,  sedih baru bisa upload.

Ages Between Us [HIATUS]Where stories live. Discover now