DUA PULUH SEMBILAN

404 34 12
                                    

Devin mendekat ke arah Zavia, lalu berbisik, "iya, gue suka sama lo."

Zavia mematung seketika. Baik Zavia, maupun Rey, sama-sama terkejut.

Hening.

Suasana mendadak canggung. Namun, berbeda dengan Devin. Devin malah duduk di kursi samping Zavia, lalu menyeruput jus strawberry yang sama sekali belum Zavia minum.

Bagaimana dengan Zavia? Dia masih mencari maksud dari ucapan Devin. Setelah tahu maksudnya, dia tersenyum sangat tipis. Ya, mungkin itu tak bisa dibilang senyuman.

"Oh, sebagai teman," ujar Zavia menganggukkan kepalanya. Rey langsung batuk seketika. Suka sebagai teman? Sepertinya tidak asing lagi.

Ah, ya, Rey ingat. Dulu, Zavia pun pernah bilang suka kepadanya. Namun, Zavia bilang hanya sebagai teman.

"Bukan, oy! Lagian, mana ada rasa suka sebagai teman."

'Deg!'

Rey dan Zavia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

'Jadi, aku bener-bener suka sama Rey sebagai lawan jenis?' batin Zavia bertanya.

'Jadi, dia beneran suka sama gue?' batin Rey.

"Ada apa, nih? Kenapa muka kalian merah gitu?" tanya Devin. Sebenarnya, Rey dan Zavia pun tak tahu apa penyebab mereka blushing.

"Ih, jijik, laki-laki masa blushing?" sambung Devin menatap jijik ke arah Rey.

Rey langsung melayangkan tatapan tajamnya. Devin yang ditatap begitu, bergidik ngeri. Takut kena pukul Rey lagi. Pukulan Rey waktu itu saja buktu waktu berhari-hari untuk sembuh.

Devin mengacungkan jarinya membentuk huruf 'v'.

"Peace."

Rey menghembuskan napasnya. Padahal, tadi hampir saja dia tahu Zavia benar-benar suka kepadanya atau tidak.

Sedangkan Zavia? Dia malah asik memelototi Devin tanpa berkedip sedikit pun.

Tentu saja Zavia kesal. Padahal, tadi hampir saja dia akan mengatakan semuanya, dan tahu apakah dia memang suka Rey atau tidak.

"Ngapain lo lihat gue sampe segitunya? Iya gue tahu, gue ganteng, tapi lihatnya jangan sampe kayak gitu juga kali," ujar Devin terkekeh. Zavia tak menanggapi apa-apa. Biarlah Devin terus menghayal.

Padahal, jika benar Devin ganteng, pasti sudah banyak yang menyukainya. Ya, meskipun tak dapat dipungkiri Devin memang ganteng. Tapi, sayang, jomblo karatan.

Lalu, detik berikutnya ....

"WOY KALIAN MAU KEMANA?" teriak Devin saat Rey dan Zavia secara bersamaan meninggalkan kafe.

Devin mulai bingung sendiri. Namun, tak lama kemudian, Devin tersenyum sumringah saat melihat makanan yang tadi Rey dan Zavia pesan belum dimakan.

"Alhamdulillah, rejeki orang ganteng," ujar Devin, lalu melahap makanan yang tergeletak di atas meja.

Selesai makan, Devin segera meninggalkan kafe. Namun, pelayan kafe memanggilnya. Devin berbalik badan.

Saat tahu pelayan itu wanita, Devin segera merapikan rambutnya. Setelah dirasa rapi, Devin berjalan ke arah pelayan dengan gaya sok cool.

"Apa?" tanyanya sambil mengedipkan mata.

"Maaf, Mas, makanannya bayar dulu," jawab pelayan. Mata Devin membulat sempurna.

"Kampret! Gue kira udah dibayar!" umpat Devin. Alhasil, Devin harus mengikhlaskan uangnya yang pas-pasan.

Sementara Rey dan Zavia yang ternyata belum pergi terlalu jauh dari kafe. Tertawa terbahak-bahak. Lalu, mereka ber-high five.

"Mampus!"
__________

TBC
Gimana part kali ini?
Jangan lupa vomment^^
Krisar juga boleh-,-

Salam,

Tltha_lthfi

FOR YOU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang