Sendal

594 58 5
                                    

Sesampainya di dalam restoran, Zavia langsung mengempaskan tangan Rey kasar. Rey menatap Zavia dengan tatapan heran.

"Jangan suka modus," ujar Zavia. Dia mencebikkan bibirnya.

"Siapa yang modus?" tanya Rey.

"Kamu," jawab Zavia.

"Enak aja. Gue nggak modus!" sangkal Rey, tak terima. "Ya udah, mending kita pesen makanan," sambung Rey yang sedang malas berdebat.

"Nggak mau, aku nggak laper," tolak Zavia. Lagi, lagi, dan lagi. Apakah Zavia selalu seperti ini?

"Hah? Nggak laper? Tadi, lo ngajak ke kafe, 'kan? Terus? Kenapa sekarang lo nggak mau?" tanya Rey setengah kesal.

"Aku lapernya tadi. Sekarang udah nggak," jawab Zavia polos.

"Terus? Sekarang lo mau kemana?" Rey mencoba bersabar.

"Emm ... nggak tau." Sekarang, bisakah Rey lebih sabar lagi?

"Terus sekarang gimana? Lo mau makan, atau kita cari tempat lain?!" tanya Rey sedikit membentak.

"Kenapa kamu bentak aku?" Zavia mengerjapkan matanya berulang kali.

"Nggak apa-apa."

"Ya udah. Pesen makanan yuk!" Rey semakin kesal dengan apa yang dikatakan Zavia. Tadi dia bilang tidak mau, sekarang? Daripada memperpanjang masalah, Rey pun memilih untuk duduk dan memesan makanan.
________

"Rey, aku mau ke rumah Vina," ujar Zavia setelah selesai membayar makanan.

"Eh? Nggak mau jalan-jalan lagi?" tanya Rey memastikan. Ya, Rey takut saat menuju rumah Vina, Zavia akan meminta putar balik lagi.

"Nggak. Aku mau ke rumah Vina aja," jawab Zavia.

"Yakin?" Zavia mengangguk.

"Bener, nih?"

"Iya, Rey."

"Ya udah, ayo."

Mereka pun segera pergi menuju rumah Vina.
________

'Tok! Tok! Tok!'

Zavia mulai mengetuk pintu rumah Vina.

"Vina!" seru Zavia memanggil Vina. Namun, Vina tak kunjung membuka pintu.

"Rey, Vina kemana?" tanya Zavia. Rey mengedikkan bahunya pertanda "tidak tahu".

'Tok! Tok! Tok!'

Tak ada jawaban.

"Vina!"

Masih tak ada jawaban.

"Vinanya ada?" tanya Rey.

"Di mana?" tanya balik Zavia.

"Di mana? Maksud lo?" Rey tak mengerti.

"Di mana Vina?"

"Kalo gue tau, gue nggak mungkin nanya," sewot Rey.

"Kapan kamu nanya?"

"Lo pernah di pukul sendal nggak?" Rey sudah bersiap memegangi sendalnya. Jika Zavia semakin membuat Rey kesal, Rey pastikan sendal ini akan melayang.

"Belum pernah," jawab Zavia.

"Mau coba?" tawar Rey dengan senyum penuh arti. Zavia berpikir sejenak. Gadis itu mengetuk dagunya.

"Sakit nggak?" tanya Zavia polos. Wajahnya tampak sangat lugu.

"Sakit," jawab Rey. "Sedikit aja, kok," sambungnya. Rey masih tersenyum penuh arti.

"Boleh," sahut Zavia. Rey melongo mendengar jawaban Zavia.

"Bener?" Rey memastikan. Zavia mengangguk antusias.

"Iya! Ayo pukul aku pake sendal!" Wajah Zavia tampak tak sabaran. Dia menatap Rey penuh harap. Seingin itukah Zavia dipukul memakai sendal?

'Bener-bener cewek langka. Mungkin dia satu-satunya cewek yang pengen di pukul pake sendal,' batin Rey sambil geleng-geleng kepala.

Rey pun segera memakai sandalnya lagi. Tenang saja, Rey tak sekejam itu. Dia tadi hanya bercanda. Mungkin, Zavia menanggapinya juga dengan bercanda?

Namun, hal yang terjadi sebaliknya. Zavia menatap Rey heran. Alisnya sampai berkerut.

"Kenapa di pakai lagi? Katanya mau pukul aku pakai sendal kamu."
________

To be continued ....
Vote jangan lupa, ya.
See you next part

FOR YOU [✔]Where stories live. Discover now