Modus

646 55 13
                                    

Tak lama, Rey sudah siap dengan pakaiannya yang sangat rapi.

"Yuk!" seru Rey setelah selesai mengganti baju. Zavia melihat Rey dari bawah ke atas.

"Kamu ganteng," gumam Zavia tanpa sadar. Rey yang mendengarnya menjadi salah tingkah.

"Hah? M--maksud, lo?" Ah, kalau Zavia terus memujinya, bisa-bisa Rey jatuh cinta kepadanya. Tapi, sepertinya itu tidak mungkin, 'kan?

"Kamu ganteng," ulang Zavia.

"Gue tau gue ganteng. Nggak usah muji terus," ujar Rey.

"Nggak jadi aja, deh, gantengnya," ralat Zavia. Kening Rey mengernyit.

"Kenapa?" tanya Rey.

"Nggak apa-apa," jawab Zavia. Rey menghela napas berat.

"Ya udah, yuk! Nanti kelamaan," ajak Zavia yang di balas anggukan Rey. Mereka pun segera pergi menuju mobil.
______________

"Rey," panggil Zavia. Saat ini, mereka sedang berada di dalam mobil Rey. Rey menoleh sekilas ke arah Zavia yang duduk di sampingnya.

"Apa?" tanya Rey.

"Berhenti dulu sebentar," titah Zavia. Meskipun heran kenapa Zavia memintanya menghentikan mobil. Namun, Rey tetap menghentikan mobilnya.

"Mau apa?" tanya Rey.

"Emm ... dompet aku ketinggalan," ungkap Zavia. Lagi dan lagi. Apakah Rey harus memutar balik mobilnya lagi?

"Pake uang gue aja," ujar Rey. Daripada harus putar balik lagi, 'kan?

"Nggak mau," tolak Zavia cepat.

"Hah? Kenapa?" tanya Rey heran. Biasanya, perempuan itu paling suka kalau di traktir, 'kan? Ya, meskipun niat Rey itu hanya ingin meminjamkan uang kepada Zavia bukan mentraktirnya.

"Aku masih mampu beli sendiri, kok," jawab Zavia. Rey terkesima dengan jawaban Zavia. Ternyata, Zavia bukan gadis matre. Rey tersenyum.

"Nggak apa-apa, kok. Nanti lo bisa balikin uangnya," ujar Rey.

"Oke." Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan.
___________

Tidak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi pun berhenti di depan sebuah kafe yang cukup banyak pengunjungnya.

"Turun," ujar Rey yang dibalas anggukan Zavia.

Zavia pun mencoba melepaskan seatbelt, tapi tidak bisa. Rey yang melihat Zavia kesusahan melepas seatbelt malah menertawakannya. Zavia menoleh ke arah Rey yang sedang tertawa.

"Kenapa ketawa? Apa yang lucu?" tanya Zavia heran.

"Lo nggak bisa buka seatbelt?" Rey masih tertawa.

"Bukan nggak bisa, tapi ini macet," jawab Zavia. "Bisa tolong bukain?" tanyanya.

"Ya udah, sini." Rey pun mendekat ke arah Zavia hendak melepaskan seatbelt. Namun, Zavia malah mendorong tubuh Rey.

"Nggak usah deket-deket. Kamu mau modus, ya?" tanya Zavia kesal.

Lalu, dengan mudahnya dia melepas seatbelt dan turun dari mobil Rey. Rey yang mendengarnya hanya melongo tak percaya apa yang dikatakan oleh Zavia.

Apakah Zavia marah? Tapi, tadi Zavia sendiri yang memintanya untuk membuka seatbelt, 'kan? Lantas mengapa gadis itu marah? Dan tadi dia bilang seatbelt nya macet, 'kan?

Lalu, mengapa tadi dengan mudahnya gadis itu membuka seatbelt? Benar-benar gadis yang unik.

Rey pun melihat Zavia yang pergi meninggalkannya memasuki restoran. Eh, Zavia meninggalkannya?

Dasar, meninggalkan orang sesukanya. Dengan santai, Rey malah menyetel musik di mobilnya dan memejamkan matanya perlahan. Namun ....

'Tok! Tok! Tok!'

Rey tersentak saat mendengar suara ketukan di kaca mobilnya. Dia melihat ke arah kaca. Ternyata gadis itu. Rey pun menurunkan kaca mobilnya.

"Apa?" tanya Rey kemudian.

"Cepet turun, aku tungguin," jawab Zavia.

"Males," ujar Rey. Zavia pun mengulurkan tangannya seperti meminta sesuatu. Rey melihat ke tangan Zavia, lalu menatap Zavia heran.

"Apaan?" tanya Rey tak mengerti.

"Mana dompet kamu? Aku nggak butuh kamu, aku butuhnya uang kamu. Kamu, 'kan, tau aku nggak bawa uang," jawab Zavia terus terang. Lagi-lagi Rey harus menahan amarahnya. Lalu, dia keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah Zavia.

"Yuk!" Tanpa babibu, Rey menarik tangan Zavia menuju restoran.
________

To be continued ....
Yang suka vote and comment.

FOR YOU [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt