DELAPAN BELAS

459 40 8
                                    

Zavia membuka matanya perlahan. Dia memegang pelipisnya yang terasa sedikit nyeri. Hal pertama yang dia lihat adalah Rey.

"Rey ...," lirih Zavia sambil berusaha mencoba duduk. Rey membantu Zavia.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Rey. Terlihat raut wajah Rey yang tampak khawatir. Zavia menggeleng pelan.

"Nggak, cuma sedikit pusing aja," jawab Zavia.

"Mau minum?" Zavia mengangguk.

"Gue beli dulu keluar, ya? Lo tunggu di sini aja," ujar Rey yang dibalas anggukan Zavia. Rey pun segera pergi untuk membeli minum.

Kini, hanya ada Zavia sendiri di UKS.

"Uhuk ...." Tidak, ada orang selain Zavia di UKS. Tapi, siapa? Sepertinya dia pria.

Tap tap tap. Terdengar langkah kaki yang semakin mendekat.

Dan sekarang, telah berdiri seorang pria dengan wajah yang tak asing lagi.

"Hai," sapa pria itu. Zavia memutar bola matanya malas.

"Ekhem ... lo--lo cewek yang waktu itu, ya?" tanya pria itu berbasa-basi.

"Hm." Zavia berdeham.

"Oh, ya, sebelumnya, kenalin, gue Devin." Devin mengulurkan tangannya ke arah Zavia. Namun, Zavia sama sekali tak berniat membalasnya. Devin pun menarik tangannya lagi.

"Ehm ... gue cuma mau minta maaf, waktu di rooftop," ujar Devin. Ya, dia pria yang bertemu dengan Zavia di rooftop.

"Hm." Zavia kembali berdeham.

"Ya udah kalo gitu, gue pergi dulu." Lagi-lagi Zavia hanya berdeham. Devin pun segera pergi.

Tak berselang lama kemudian, Rey datang dengan membawakan dua botol minuman.

"Tadi dia ngapain?" tanya Rey saat tahu bahwa Devin baru saja menemui Zavia.

"Minta maaf," jawab Zavia singkat. Rey menatap Zavia intens. Entahlah, tapi Rey merasa Zavia sedikit berbeda.

"Lo kenapa?" tanya Rey.

"Nggak apa-apa," jawab Zavia ketus.

"Yakin?" Zavia mengangguk.

"Oh, ya, Rey, kamu punya hubungan apa sama Felly?" tanya Zavia tanpa menatap Rey. Rey semakin aneh dengan Zavia.

"Maksud lo? Hubungan kayak gimana?" Rey masih tak mengerti maksud Zavia. Sepertinya, ini saat yang tepat bagi Zavia untuk menyatakan perasaannya.

"Kamu pacaran sama Felly?" tanya Zavia membuat Rey melotot kearahnya.

"Hahaha. Pacaran? Maksud lo? Gue? Pacaran sama Felly? Hahaha yang bener aja," ujar Rey sambil tertawa. Zavia menghembuskan nafasnya lega.

"Kenapa lo nanya itu ke gue?" tanya Rey penuh selidik.

"Soalnya, aku punya perasaan ke kamu."

"Uhuk!" Rey yang sedang minum, langsung menyemburkan air saking kagetnya.

"Pe--perasaan? Perasaan kayak gi--gimana?" Rey bertanya dengan terbata. Sungguh fakta yang sangat mengejutkan sekali. Zavia suka kepada Rey?

"Aku suka sama kamu," jawab Zavia tanpa ekspresi. Bahkan, penuturannya terkesan seperti hanya main-main. Ucapan dan mimik wajahnya sangat berlawanan. Pasti siapa saja yang melihatnya menganggap Zavia hanya main-main.

"Hah? Suka? Suka kayak gimana? Sebagai teman atau lawan jenis?" Rey bertanya lagi. Zavia mematung sesaat. Mungkin, ini hanya rasa suka sebagai teman saja. Ya, pasti.

"Sebagai teman," jawab Zavia membuat Rey menghembuskan nafas  lega.

"Oh."

"Ya udah, aku mau ke kelas. Kamu bisa anterin aku nggak?" Rey mengangguk, lalu segeta mengantar Zavia ke kelasnya.
_______

TBC

FOR YOU [✔]Where stories live. Discover now