THIRTY SEVEN

9.4K 419 8
                                    

Seminggu berlalu dengan cepat selama bekerja di Cafe Ciao. Kesibukan yang dilalui berhari-hari tidak membuat Nina lelah. Setelah mengetahui kalau Nina suka melayani tamu, Antonio menempatkannya sebagai pelayan. Diwaktu senggang, dia akan belajar latte art.

Semenjak kedatangan Nina, pelanggan Cafe semakin hari semakin bertambah. Mereka merasa nyaman dengan cara Nina yang mengajak mereka mengobrol santai dan memperhatikan kondisi kesehatan mereka. Sesekali, Nina juga mengajak mereka bersenda gurau dan bersabar melayani orang lanjut usia.

"Grande! Kemampuanmu benar-benar meningkat! I'm so proud of you!" Antonio memeluk Nina dengan senang karena keberhasilan Nina membuat gambar latte baru. Jika dulu Nina hanya bisa menggambar love dan menulis rangkaian kata mudah, sekarang dia bisa menggambar angsa dan motif hati bertingkat.

"Aku masih belum apa-apa dibandingkan denganmu. Masih banyak yang perlu kupelajari agar skill ku agar lebih baik." Nina merapikan peralatan dan memberikan kopi buatannya pada salah satu pelanggan. Alasan lain kenapa cafe tidak pernah sepi karena Antonio memberikan kopi gratis hasil latihan. 

Ada rasa puas ketika melihat pelanggan yang menikmati kopi buatannya. Ayahnya dulu juga sangat menyukai kopi. Nina masih ingat, ekspresi ayahnya saat pertama kali meminum kopi buatannya. Raut wajah ayahnya saat itu seperti menahan sakit dan menutup kedua mata rapat-rapat. Saat itu dia tidak tahu jika kopi harus ditambah gula. Setelah cukup dewasa, barulah Nina menghetahui rasa kopi yang begitu pahit tanpa gula.

Menambah gula pada kopi membuat rasanya semakin nikmat, seperti kehidupannya sekarang. Semenjak kehilangan ayahnya, Nina merasa hari-harinya begitu pahit. Dia kehilangan tempat untuk bersandar, tidak bisa mengutarakan isi hatinya dan menelan semua kesedihannya. Dia harus bersusah payah menahan tuntutan dari ibunya dan bekerja siang malam untuk membiayai Randy.

Ingin rasanya Nina mengakhiri semua kepahitan yang dialaminya. Tubuh dan jiwanya lelah menghadapi seluruh rintangan yang datang tiada akhir. Nina sayang dengan keluarganya dan kasih sayang itu juga yang menjadi bumerang baginya.

Ditengah-tengah semua masalah yang melandanya, Alex datang bagaikan angin yang menerbangkan semuanya. Perkenalan mereka yang tidak disengaja, sikapnya yang kaku dan menyebalkan, perhatian yang diberikannya membuat Nina merasa luluh. Alex memberikan rasa aman dan hangat yang telah lama dilupakannya. Bukan hanya itu, Alex juga membuatnya menjadi diri sendiri dan merasakan cinta.

Hanya memikirkan Alex membuat jantung Nina berdebar-debar. Rasanya dia ingin bertemu dengan pria itu dan meluapkan kerinduannya. Nina ingin memeluk punggung tegap yang selalu menjaganya, ingin selalu bersamanya dan ingin memberikan ciuman hangat dibibirnya.

Wajah Nina memanas memikirkan keinginan terakhirnya yang begitu bodoh. Dia kembali teringat dengan ciuman pertamanya yang diambil Alex dengan lembut. Bibirnya yang penuh, deru nafas yang saling beradu dan dekapannya yang erat membuat gairah dalam dirinya muncul. Alex bukan hanya memperlakukannya sebagai wanita tetapi juga membangkitkan sisi terdalam dirinya.

Ketika lonceng pintu berbunyi, sosok yang membuatnya rindu muncul dengan senyum hangatnya. Nina ingin berlari memeluk pria yang dicintainya itu dan meluapkan kerinduannya. Namun dia masih bisa menahan diri karena hal itu akan membuat dirinya terlihat memalukan.

"Ciao, Alex! Mau menjemput Nina pulang?" Antonio dengan semangat menyapa Alex dan berdiri bersisian dengannya.

Nina baru menyadari jika mereka berdua memiliki tinggi yang sama. Namun bukan itu yang menarik perhatiannya, melainkan penampilan Alex yang terlihat lebih gagah. Padahal, tidak  ada yang berubah darinya tetapi dia merasa Alex tampak lebih menawan. Pengaruh cinta begitu kuat hingga membuat otaknya tidak bekerja dengan benar.

Only youWhere stories live. Discover now