TWELVE

16.9K 759 15
                                    

Yahoo 👋, cerita saya yang ini sepi yah. Lebih banyak silent readernya. Jika boleh meminta, sudikah para pembaca memberikan vote? Sekedar untuk mengetahui ada yang menunggu kelanjutannya. Saya juga jadi semangat nulis karna ada yang nunggu.

Terima kasih dan selamat membaca 😊

***

Sinar matahari yang menyusup berhasil membangunkan Alex dari tidurnya. Senyumnya mengembang ketika mendapati Nina yang tidur diatas dadanya. Dia merapikan rambut Nina dan memperlihatkan wajahnya yang tertidur dengan damai. Percintaan mereka semalam pasti membuat Nina kelelahan sehingga membuatnya tidak terbangun dengan gerakan kecilnya.

Alex mengelus leher dan punggung Nina yang telah dipenuhi dengan tanda merah. Bukan hanya disana, dada dan perut Nina juga dipenuhi dengan tanda buatannya. Alex yakin, jika Nina bangun nanti dia akan memakai pakaian tertutup selama beberapa hari sampai bekas itu hilang.

Mengingat kejadian semalam mampu membuat gairahnya kembali memuncak. Dia melakukannya berkali-kali dengan Nina dan memperlakukannya dengan lembut seperti pertama kali. Meskipun sempat membuat Nina sedikit trauma, Alex tidak menyesal dan semakin mencintainya.

Elusan Alex berhasil membangunkan Nina dari tidurnya. Dengan perlahan Nina membuka kelopak matanya dan mengerjap beberapa kali sebelum terbuka seutuhnya. Nina mendongakkan wajahnya menatap Alex dan kembali membaringkan wajahnya. Belaian Alex membuatnya nyaman dan enggan beranjak dari tempatnya.

"Kau tidak mau sarapan, sayang?"

Nina menggelengkan kepalanya sehingga rambutnya menggesek dada bidang Alex. "Aku masih ingin tidur seperti ini." Nina mengeratkan pelukannya dan kembali memejamkan mata.

Sudut bibir Alex terangkat ketika sebuah ide jahil melintas dibenaknya. Dia melakukan gerakan tiba-tiba dengan membalikkan tubuh Nina sehingga kini berada dibawah. Sontak, Nina menutupi dadanya ketika Alex menatapnya dengan nakal. "Kenapa menutupinya? Aku sudah melihat semuanya. Kau juga sudah melihat milikku seluruhnya."

Pipi Nina langsung memerah mengingat kejadian semalam. Dia melihat semuanya, termasuk milik Alex begitu besar dan memenuhi dirinya. Tubuhnya terasa panas ketika Alex mengingatkannya. Tanpa dipungkiri, Nina menikmati gelora cinta yang mereka lakukan semalam.

"Sikapmu membuatku kembali bergairah," bisik Alex ditelinga Nina. "Aku mau melakukannya lagi. Aku menginginkanmu, Nina." Alex menggigit pelan telinga Nina dan menggesekkan miliknya diperut Nina.

Desahan terlepas dari mulut Nina, membuat Alex semakin bernafsu. Alex menciumi Nina dengan penuh gairah. Tangannya gencar meraba dada Nina dan memainkannya dengan ahli. Tubuh Nina mengeliat ketika Alex meraba bagian sensitifnya. Ketika Alex ingin memasukkan miliknya, bunyi dering telepon mengganggu aksinya.

Alex tidak menggubris telepon itu dan tetap melakukan kegiatannya. Keinginannya untuk mencumbu Nina lebih kuat dari pada mengangkat telepon itu. Persetan dengan siapa yang mencarinya. Dia tidak peduli jika nanti akan mengalami kerugian. Yang pasti, Alex tidak akan beranjak dari posisinya sampai menyelesaikan urusannya dengan Nina. Gerakannya terhenti ketika telepon kembali berbunyi dan membuatnya mengumpat.

"Mungkin itu telepon penting. Angkatlah, kita bisa melakukannya lain kali."

Belain lembut dari Nina mampu meredakan kekesalan Alex. Dia menciumi punggung tangan Nina dalam lalu menatapnya penuh cinta. "Kalau begitu aku menginginkannya nanti malam. Aku tidak menerima penolakan."

Only youWhere stories live. Discover now