TWO

44.5K 1.6K 15
                                    

"Nina?"

Alex bergegas menghampiri Nina yang duduk diatas ranjang. Ketika ingin memeluknya, Nina bergerak menjauh dan memeluk dirinya sendiri dibalik selimut. Wajah bahagianya digantikan dengan kekecewaan. Mata abu-abunya menjadi kelam ketika Nina menolaknya.

Alex telah lama menantikan hari ini. Hari dimana Nina membuka mata dan kembali padanya. Saat hari itu tiba, Nina lantas menjauh darinya.

Nina membencinya dan itu membuat Alex merasa hancur.

"Aku selalu menunggu saat ini. Melihatmu membuka mata dan melepaskan rinduku padamu." Alex mengeram menahan perasaanya yang terluka. Tangannya meremas seprai hitam hingga kusut.

"Apa kau tidak merindukanku? Atau kau membenciku karena aku meninggalkanmu sendirian?"

Lima tahun yang lalu, jika saja Alex menahan kepergian Nina, kejadian itu tidak perlu terjadi. Nina tidak perlu merasakan kepahitan itu dan mengalami kecelakaan. Sampai sekarang, Alex masih menyalahkan dirinya, karena kecelakaan itu hampir merengut nyawa wanita yang sangat dicintainya.

"Maafkan aku. Aku seharusnya lebih cepat menemuimu. Aku seharusnya menyadarinya. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Aku tidak bisa..."

"Maaf menyela, tetapi aku tidak mengerti apa maksudmu. "

Alex mendongakkan wajahnya, menatap Nina.

Nina terlihat kebingungan. Rasa takut terlihat jelas di wajahnya. Dengan perlahan, Nina menurunkan selimut dan mendekat kearahnya. "Aku... apa kau tahu siapa aku?"

"Kau tidak mengingat namamu?" Alex balik bertanya.

Nina terdiam sesaat lalu menggelengkan kepalanya, "tidak."

"Apa kau juga tidak mengingatku?" tanya Alex lagi.

Nina mengamati wajah Alex hingga dahinya berkerut kemudian wajahnya berubah kecewa. "Tidak. Aku sama sekali tidak mengingat apapun. Kepalaku terasa sakit." Nina menyentuh kepala dengan kedua tangannya dan mengerang kesakitan.

Alex memeluk Nina erat dan berharap rasa sakit yang dirasakannya berkurang. Melihat Nina kesakitan, hatinya ikut terasa sakit. Dia begitu bodoh karena telah meragukannya. Ketika Nina mendongak, Alex dapat melihat kalau dia tidak berbohong. Nina kehilangan semua ingatannya, termasuk tentang dirinya.

"Jangan memaksa untuk mengingatnya. Aku tidak mau melihatmu kesakitan." Alex mengelus pucuk kepala Nina dan memberikan ciuman disana. "Namamu adalah Nina dan aku adalah suamimu, Alex."

"Suamiku?" ulang Nina.

Alex mengangguk mengiyakan. "Benar, aku adalah suamimu, dan kau adalah istriku," tegas Alex.

Sejenak, Nina menatap Alex dengan keraguan. Dia tidak yakin dengan ucapan Alex yang mengaku sebagai suaminya. Bisa saja pria dihadapannya ini membohonginya. Tetapi entah kenapa hati kecilnya berkata lain. Saat melihat wajah Alex, ada perasaan bahagia yang melingkupi hatinya. Apa yang dikatakan Alex mungkin benar bahwa dia adalah istrinya, tetapi bukti apa yang bisa ditunjukkan kalau mereka adalah suami istri?

Alex menyadari keraguan di wajah Nina. Dia meraih tangan kanan Nina dan mengelus cincin yang tersemat di jari manisnya. "Ini adalah cincin pernikahan kita. Aku memakaikannya padamu sebagai tanda bahwa kau adalah istriku."

"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Only youDonde viven las historias. Descúbrelo ahora