FIFTEEN

14.3K 621 3
                                    

John meletakkan stetoskopnya pada perut Nina dan memeriksa suhu tubuhnya. Nina awalnya menolak karena merasa kondisinya sudah lebih baik. Alex tetap memaksa dan karena John sudah datang, terpaksa Nina menyetujui. Setelah selesai memeriksa, John memberikan jempol pada Alex yang merupakan isyarat yang telah disiapkan.

Alex langsung memeluk Nina erat lalu mencium seluruh wajahnya dan turun ke perut. Dia memberikan ciuman ringan disana dan mengelusnya penuh kasih sayang. Pandangannya lalu beralih ke Nina dan mencium dahinya.

"Terima kasih, Nina. Aku mencintaimu."

Nina membalas dengan mencubit lengannya dan menatap was-was. Kemudian, Alex terkekeh menyadari wajah Nina yang memerah. Dia pasti mengartikan lain maksudnya karena memanggil namanya langsung. 

"Ahem!" Gangguan kecil dari John berhasil menarik perhatian Alex. " Ada yang ingin kubicarakan denganmu." John berjalan meninggalkan kamar meninggalkan mereka berdua.

Alex mencium jemari Nina dan membaringkannya dengan hati-hati. Perlakuannya sangat lembut dan menganggap Nina seolah-olah adalah kaca yang mudah pecah. "Aku akan kembali. Istirahatlah dulu."

Setelah menyelimuti Nina, Alex menghidupkan lampu tidur dan menemui John diruang kerjanya. Disana, John telah menunggunya dengan dahi berkerut. "Apa ada yang aneh dengan kehamilannya?"

Pertanyaan Alex yang tiba-tiba membuat John terperanjat. Dia mengelus dadanya untuk menenangkan jantungnya dan menatap Alex dengan pandangan menuduh. "Apa kau tidak bisa tidak mengagetkanku seperti itu? Lama-lama kau membuatku jantungan!"

Alex duduk diseberang John dan tidak acuh pada omong kosongnya. "Jadi, apa ada yang aneh dengan kehamilan Nina?" ulangnya lagi.

John menghela nafasnya dan menyandarkannya punggungnya pada sofa. "Untuk mengetahui lebih pasti, sebaiknya kau membawa Nina ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan keseluruhan."

Alex mengangkat sebelah alisnya menatap John. "Kalau kau bisa memeriksanya, kenapa aku harus membawa Nina kerumah sakit? Mereka berdua baik-baik saja bukan?"

"Kandungan Nina sedikit lemah. Mungkin karena kecelakaannya dulu, daya tahan tubuhnya melemah. Aku bukan orang yang ahli dalam bidang ini dan lebih baik kau langsung berkonsultasi dengan dokter kandungan," jelas John.

Jantung Alex berdegup cepat mendengar penuturan John. Dia mengira telah menjaga Nina dengan baik selama koma, nyatanya salah. Alex melupakan rahim Nina yang ikut terluka. Perhatiannya terlalu difokuskan pada kesehatan Nina sampai melupakan hal yang penting.

"Baik. Besok, aku akan membawanya ke dokter kandungan. Apa ada hal lain yang perlu kuperhatikan?" Alex tidak akan lengah. Kali ini dia akan memperhatikan semua kebutuhan yang dibutuhkan Nina dan juga calon bayinya.

"Untuk saat ini, jangan biarkan Nina banyak bergerak. Bed rest adalah solusi mudah untuk saat ini dan jangan berhubungan intim sampai anak kalian lahir!" peringat John.

Alex menelan ludahnya mendengar peringatan terakhir John. Setiap malam, Alex selalu melakukannya dengan Nina. Dia tidak bisa menahan gairahnya dan selalu menginginkannya. Untuk kebaikan Nina dan calon bayinya, Alex harus bisa bertahan. Sembilan bulan bukanlah waktu yang lama dibanding dengan penantiannya dulu.

"Aku akan mengusahakannya."

"Kalau begitu aku kembali dulu. Jika ada apa-apa dengan kondisi Nina, kau bisa menghubungiku." John melambaikan tangan pada Alex dan menatap genit ketika berpapasan dengan Anna.

Anna hanya mendengus dan berpaling kepada Alex ketika John telah pergi. "Jadi, Nina hamil?"

Alex tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. "Rahasiakan ini dari Nina. Aku ingin menjadikannya sebagai kejutan untuk ulang tahunnya. Besok, jangan biarkan Nina melakukan pekerjaan berat. John berpesan agar membiarkan Nina terus berbaring. Setelah aku kembali, aku akan membawanya ke dokter kandungan."

Only youWhere stories live. Discover now