"Syukurlah.. syukurlah... kurasa sudah cukup kita terus kehilangan," Hoseok menepuk bahu Namjoon yang masih mematung ditempatnya.

Namjoon melirik Hoseok yang kini tepat berada disampingnya, "Tapi apa maksud surat ini Hoseok-ah? Dan apa pula maksud Jungkook tentang alasan kepergian Yoongi hyung? Dan Jin hyung---"

"Hyung, kumohon percayalah Jin hyung kini hanya sedang menjalani terapi. Dia pasti kembali. Hyung tak melihatnya tadi? Jin hyung kita sudah kembali ceria. Jadi kumohon..." pertahanan Taehyung runtuh saat kalimat terakhir yang ingin ia ucapkan tercekat begitu saja di tenggorokannya. "...kumohon percayalah bahwa surat itu bohong hiks.. Jin hyung pasti kembali!!"

Terlalu berat sejujurnya bagi Taehyung untuk mengatakannya. Meski hatinya begitu meyakini bahwa Jin hyung tak akan mungkin pergi begitu saja, tapi sebagian kecil hatinya juga membenarkan apa yang kini sedang Namjoon pikirkan. Bahwa... bahwa mereka kembali harus kehilangan hyung tertua mereka. jin hyung nya kembali pergi meninggalkan mereka.

Tadi pagi, Seokjin telah kembali bersenda gurau bersama mereka. Ia bahkan ikut membully Jungkook yang saat itu tak berdaya melakukan apapun karena demamnya. Ia dengan jelas berjanji sebelum suster itu membawanya pergi untuk terapi bahwa ia akan kembali lagi dengan keadaan berjalan dengan kakinya sendiri kehadapan mereka.



"Lihat saja! Hyung akan kembali dengan berjalan tanpa kursi roda ini..."



Mereka semua tersenyum untuk menanggapi kalimat dengan nada omelan khas Jin hyung nya itu. Mereka tahu Seokjin melakukan terapi ini untuk memulihkan kembali syaraf-syaraf bagian kakinya yang masih belum berfungsi baik. Tapi terkadang, menjadikannya sebagai bahan bully adalah hal yang selalu dilakukan saudara bukan?

Dan mereka juga tahu Jin tak akan pernah mengambil hati dengan guyonan mereka itu. Maka dari itu mereka hanya menanggapinya dengan tawa. Hingga mungkin tak mampu menyadari makna dibalik untaian kata itu.

Lalu sampailah mereka pada masa 15 menit yang lalu. Saat-saat dimana Jungkook mendatangi Namjoon dan Hoseok dengan berderaia air mata. Tangannya yang terbebas dari gips meremas kuat sebuah kertas yang menjadi alasan keheningan mereka selama menunggu dokter memeriksa maknae BTS yang tiba-tiba saja pingsan. Bahkan sebelum ia berhasil menjawab pertanyaan Namjoon.



"Hyung..." lagi lirihan lemah Jungkook. Tangannya kian meremas erat kertas yang ada dalam genggamannya, "Yoongi hyung bukan pergi karena menenangkan diri hiks..."

"Lalu karena apa? Kau tahu?"



Pertanyaan itu tak pernah terjawab atau mungkin belum terjawab karena seperti yang kalian tahu. Jungkook tak sadarkan diri dan ia diperkirakan akan siuman esok harinya. Merekapun tak akan setega itu langsung mencerca Jungkook yang masih lemah dengan berbagai pertanyaan yang mungkin bisa mengguncang batinnya. Mereka tak seceroboh itu namun mereka juga tak sanggup jika harus menanggung beban rasa penasaran itu sebegitu lamanya.

Hingga tanpa mereka sadari, matahari sudah mulai berganti dengan rembulan. Semburat cahaya Jingga kini perlahan berubah menjadi pekat malam tanpa bintang. Lagi. Yang juga tak mereka sadari –atau mungkin mereka bantah diam-diam dalam hati- bahwa sungguh janggal Jin hyung mereka belum kembali seusai terapinya sejak tadi pagi.

Mereka ingin mencari namun kembali seakan takdir kini tengah menertawakan mereka. Adik macam apa mereka yang bahkan tak mengetahui dimana tempat kakak mereka akan menjalani terapinya?

형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang