Babak Dua: Perlombaan.

Start from the beginning
                                    

Aku mendesis jijik dan melihat daftar lagu di ponselku, memilih lagu lain yang sedang aku ingin dengarkan dengan seketika.

"Hey... jika Mr. Powell mencariku, bilang aku pergi ke sana." Ucap Devonna.

Aku mengangkat wajahku, "What?" tanyaku dan melihat Devonna yang kini sedang berenang melewati sekian banyak orang yang memadati ruangan ini.

"Dev... Mr. Powell menyuruh kita menunggu di sini." seru Jackson yang ada di sebelahku tetapi Devonna tak mengindahkan apa yang dikatakan dia. Jackson mendesah panjang. "Well... aku tidak ingin mencari masalah."

Aku membetulkan posisi tasku dan berjalan mendekati Devonna yang kini terlihat sedang mengobrol dengan sekelompok anak-anak dari sekolah lain. Jackson menyerukan namaku di belakang, menyuruhku kembali... hanya saja aku tetap berjalan melangkah mendekati Devonna yang masih mengobrol bersama kelompok itu.

"Dev... kita harus kembali. Mr. Powell akan mencari kita." jelasku sambil memegang pergelangan tangannya.

"Tunggu sebentar." Jawab Devonna dan dia melepaskan genggaman tanganku. Devonna maju ke depan selangkah, mendekati seseorang lelaki berambut ikal dengan mata biru itu. "Apa kau yakin kita belum pernah bertemu sebelumnya?"

Lelaki rambut keriting itu memasukkan kedua telapak tangannya pada saku celananya. Dia tertawa sambil menggeleng kepalanya perlahan. "Jujur saja, jika aku pernah melihatmu... pasti aku akan mengingatmu."

Aku memegang pundak Devonna dan menatap lelaki keriting itu. "Maafkan aku, otak temanku memang sudah sedikit rusak. Dia sepertinya sudah memasuki tahap di mana mengenali semua orang di saat dia belum pernah bertemu dengannya." Balasku dan lelaki itu hanya tersenyum. Aku memegang tangan Devonna dan kami bertatapan satu sama lain. Matanya menyipit melihatku, raut wajahnya berubah menjadi kesal. "Jangan bertindak memalukan seperti ini. Ayo, Mr. Powell pasti sudah menunggu kita!"

"Diam, Joey... jangan urusi masalahku." Lirih Devonna dan kemudian dia menoleh lagi ke arah lelaki itu. Devonna menarik tangannya lagi dari genggamanku. "Aku pernah bertemu denganmu—di rumah sakit—kau bersama dengan seorang wanita. Jika aku tidak salah juga... namamu Spance."

Lelaki itu sedikit memiringkan kepalanya. Dahinya mengkerit dan matanya sedikit menyipit. "Spance???" lirihnya dan kemudian dia mengangguk pelan. "Kalau begitu... kita ternyata tidak seasing dugaanku, namaku Keen Langford dan aku yakin kau sudah bertemu dengan saudaraku, Spance Langford." Jelas lelaki bernama Keen itu dan mengarahkan jabatan tangan kepada Devonna.

"Oh my god... I don't believe it." Lirihku.

Devonna menjabat tangan Keen dengan pandangan yang masih melihat tajam ke arah lelaki itu. "Kau terlihat sama dengannya... um... sekilas." Ucap Devonna. "Devonna Lawrance."

Wajah Keen tampak terkejut ketika dia mendengar nama Devonna. "Aku sudah mendengar banyak tentangmu." Jelas Keen.

Devonna mengeritkan dahinya, "Benarkah?" tanya Devonna kemudian dia terkikih pelan sambil menatapku yang ada di sebeylahnya. "Aku tidak tahu jika aku begitu terkenal."

Keen tersenyum. "Kau sangat terkenal." Balas Keen. "Aku dan kakakku Spance, merupakan kembar fraternal jadi bisa dibilang kami ini serupa tapi tak sama. Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa bertemu dengan saudaraku di rumah sakit?"

Devonna menarik nafas panjang dan melihatku sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Keen lagi. "Um... aku mengunjungi salah satu temanku saat itu dan kebetulan aku bosan lalu kau tahu... aku berjalan-jalan mengelilingi rumah sakit dan bertemu dengan Spance. Dia sedikit keras, aku pikir."

Keen tertawa pelan. "Ya... dia memang sedikit keras, sudah sifat alaminya." Jelas Keen kemudian dia melihat kami berdua. "Jadi kalian ikut lomba juga, jika boleh tahu kalian akan ikut di kategori apa?"

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Where stories live. Discover now