11

551 39 4
                                    

Memang perihal mengenang aku seperti punya sesuatu yang khusus, seperti kekuatan terpendam di mana di bumi ini tidak ada seorang pun yang bisa kecuali aku. Anggap saja ini aku yang sedang merasa bangga dengan sesuatu yang mungkin orang lain anggap bodoh. Namun kupikir aku tidak memiliki telinga tambahan hanya untuk mendengarkan orang-orang asing berkata apa. Setiap orang punya cara berpikirnya sendiri-sendiri, termasuk memikirkan apa pun tentangku mereka berhak. Dan mengenai cibiran-cibiran, setiap orang pun punya cara mencibirnya sendiri-sendiri. Beberapa menyakitkan. Tetapi bagi orang yang telanjur santuy sepertiku, cibiran-cibiran itu tidak pernah lebih menyakitkan ketimbang tidak makan tiga hari tiga malam. Hanya sekadar omongan dari orang-orang yang terlampau merasa benar yang terbawa oleh angin lewat. Cukup dibiarkan berlalu begitu saja. Mereka hanya tak pernah tahu Sera selucu apa.

Aku tidak sekali memikirkan ini, bahwa di langit dulu, Sera diciptakan dari hal-hal luar biasa. Ada sesuatu yang lebih di dalam dirinya. Yang tidak Tuhan berikan pada manusia-manusia lainnya. Kemudian setelah dibuat terlalu sempurna Sera dititipkan di dalam perut perempuan cantik. Selama di dalam kandungan kupikir Sera sudah mampu membuat orang lain jatuh cinta. Kecantikannya terpancar dari dalam yang membuat perut ibunya lebih bercahaya ketimbang ibu-ibu kebanyakan. Kecantikan Sera kupikir bahkan membuat orang-orang lebih sering menghabiskan hari-harinya dengan berharap bahwa untuk terlahirkan, Sera tak perlu menunggu sampai sembilan bulan.

Bahkan mungkin bisa saja aku sudah mencintai Sera sejak masih dalam kandungan. Hanya setelah suatu proses ajaib yang disebut melahirkan, ingatanku tentang Sera ketinggalan di dalam perut.

***

"Key, sudah selesai?" Renold tiba-tiba bertanya. Sepertinya dia sudah menemukan bahan pembicaraan lain setelah sebelumnya sempat kubuat terdiam.

"Selesai apa?"

"Melamunlah,"

"Memang aku melamun apa?"

"Apa lagi memangnya selain Sera yang biasa kau lamunkan?"

"Banyak. Selain Sera aku bisa melamunkan apa saja; misalnya aku bisa melamunkan diriku sendiri yang benar-benar bisa berjalan di atas awan. Atau untuk sesekali aku juga bisa melamunkan hal-hal mesum seperti memergokimu sedang menelanjangi anak SMA yang tidak sadar bahwa dia sedang diracuni oleh lelaki kardus. Di belakang sekolahnya yang sepi kau mengambil apa pun yang bisa kau ambil dari tubuhnya. Oh---dan kau tidak lupa menguras habis isi kantongnya. Ren, bahkan kau tak tahu bahwa uangnya itu hasil dari dia menipu orang tuanya sendiri. Gadis yang malang."

"Oi .. oi! Dari mana kau punya pemikiran bejat seperti itu? Setidaknya buat aku melakukannya dengan tiga anak SMA. Kupikir jika lebih dari satu, aku akan mendapat uang jajan yang lebih, hahaha ..."

"Sialan! Kenapa aku tidak kepikiran, hahaha..."

"Itulah, berpikirlah lebih kreatif, Key. Bahkan dalam bayanganmu sendiri kau perlu menemukan banyak keuntungan. Jika dunia nyata sudah terlalu menyakitkan, setidaknya di dalam bayanganmu kau perlu baik-baik saja. Kau tidak bisa rugi di dalam bayanganmu sendiri, Key."

"Akan kuingat itu baik-baik, Ren!" Aku menepuk pundak Renold, "Tapi sejak kapan kau jadi bijak?"

"Nah, ini ... sudah berapa lama kita berteman, Key? Kalau kau punya Kulit Kerang Ajaib. Aku juga punya jurus, dari sepupunya Kulit Kerang Ajaib." Renold berbicara sambil mengusap-usap kepalanya sendiri.

"Oh, ya? Siapa?"

"Kulit Kadal Ajaib."

"Bangsuuuy! Nanti coba kenalkan aku dong. Kulit Kerang Ajaib kadang sibuk sama urusannya sendiri. Dia bucin, Ren."

"Key, itu mustahil. Kulit Kadal Ajaib tidak sebaik yang kau kira. Perlu puasa tujuh hari tujuh malam untuk kau bisa bertemu dengannya. Dan selama berpuasa kau tidak boleh memikirkan perempuan yang kau cintai. Aku bisa melewati syaratnya waktu itu karena memang belum ada perempuan yang kucintai. Bahkan aku susah payah mencoba menguasai kepalaku sendiri agar tidak memikirkan apa pun tentang perempuan dan berakhir dengan memikirkan dosa dari hutangku yang belum sempat kubayar ke tukang mie ayam di kantin sekolah. Nah, aku pikir kau bukan orang yang bakalan mampu melakukannya. Di kepalamu itu Sera terlalu hidup, Key."

"GILA! Sulit juga. Ren, kali ini aku ingin benar-benar berhenti jadi kawanmu. Selain memalukan, tidak membayar makanan yang kau beli sendiri itu biadab, Ren!"

"Ayolah ... waktu itu aku sedang dekat dengan kakak kelasku. Dan mie ayam saat itu bisa menjadi modal pertama yang paling murah untuk menarik hati seorang perempuan. Waktu itu aku belikan untuk dia."

"Ternyata kau lebih cekatan dari yang aku kira, Ren."

"Makanya kau perlu merasa beruntung punya teman sepertiku, Key. Bersyukurlah!"

"Oh, Ren, soal aku pernah membayangkanmu menelanjangi gadis SMA, aku tidak benar-benar melakukannya. Kupikir kau perlu tahu itu."

"Dan kau perlu tahu juga, Key, bahwa mencabuli anak SMA itu tidak termasuk ke dalam kriteriaku sebagai laki-laki idaman. Aku tidak sebrengsek laki-laki kebanyakan. Planet ini benar-benar membutuhkan manusia sepertiku sebanyak mungkin, agar populasi perawan tidak punah. Kau sebaiknya berhenti memikirkan Sera dan mulai menemukan pasangan yang lain, sebelum keperawanan di muka bumi ini benar-benar punah." Renold bicara dengan tampang serius.

"Walau terdengar salah tapi perkataanmu ada benarnya juga. Tapi kau mungkin lupa, Ren, selain mencari pasangan pengganti atas dasar khawatir, seseorang juga bisa memilih setia dengan satu orang yang sudah jelas-jelas masih perawan. Contohnya Sera."

"Tapi Sera sudah punya orang lain, Key!"

"Orang lain mungkin bisa meninggalkan dia, Ren. Coba kau pikir, mungkin planet ini juga membutuhkan orang-orang bodoh sepertiku."

"Coba kita ciutkan sedikit. Jangan dulu bicara planet. Bagaimana bila saat ini Sera sudah tidak sepenuhnya membutuhkanmu, Key."

Dan untuk sesaat perkataan Renold benar-benar menampar tepat di kepalaku. Seperti pukulan keras yang sengaja dilancarkan untuk menghantam pemikiran yang sudah terlalu kekeh. Tidak menyakitkan tapi sedikit menyadarkan. Aku memang tidak biasanya mudah terpengaruh, tetapi mendengar dan menyadari kenyataan bahwa sebenarnya Sera sudah tidak membutuhkanku lagi benar-benar membuatku terhenti sejenak dari perjalanan panjangku mengenang segala kisah antara aku dan Sera.

Aku tidak memutuskan untuk berhenti mencintai Sera. Namun kupikir setidaknya dari pembicaraanku dengan Renold, bertambah lagi satu kesadaran yang bisa semakin menguatkan. Bahwa benar, jauh di bawah kata cinta, perlu ada perasaan rela yang terlebih dulu ditanamkan. Setidaknya tidak berpengharapan lagi adalah keputusan yang tepat. Walau harus ada rasa ingin tertawa di tengah-tengah kesadaranku perihal jatuh cinta yang tanpa harapan, sebab kali ini aku benar-benar melakukan hal di luar kendaliku.

Dulu aku tidak berencana untuk sesetia ini. Lagian apakah mencintai pacar orang lain masih pantas disebut dengan kesetiaan? Terkadang memang aku merasa lucu dan ingin tertawa sendiri. Dulu aku bisa dengan mudah berpindah dan membuat beberapa hati patah tanpa merasa bersalah. Aku tidak pernah ambil pusing memikirkan seseorang yang memilih hilang. Jika dariku seseorang sudah tidak sanggup bertahan, maka sesegera mungkin aku akan lepaskan. Aku sejak dulu tidak berbakat dalam mengekang, pun aku tidak pernah hebat dalam menyimpan nama seseorang sampai dalam.

Namun tentang Sera selalu saja berbeda. Setidaknya aku menyadari ini setelah aku benar-benar dia tinggalkan. Aku tidak pernah menyangka akan separah ini. Maksudku, memang untuk beberapa keadaan aku sudah tidak seharusnya lagi berada di titik ini. Secara hati ini sudah hancur berantakan. Tetapi di dalam diri ini seperti ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan, bahkan kepada diriku sendiri. Ada sesuatu yang belum pernah aku rasakan, yang membuatku berhenti memikirkan tentang segala kebodohan ini.

Aku seperti tidak punya keinginan untuk berontak. Atau setidaknya mengacaukan seluruh isi kepalaku sendiri yang sudah terlalu pekat menyebutkan nama seseorang. Terkadang aku ingin berhenti menyebut nama Sera. Tetapi lebih jauh lagi, melupakan Sera aku masih tidak bisa.

____

Alhamdulillah :)

Bacalah, berkenanlah

Langit Yang Jauh Untuk Kecoa Yang TerbalikWhere stories live. Discover now