Saat Kau Benar-benar Mencintai

993 71 9
                                    

Namanya Hanand

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Namanya Hanand. Dia teman sekaligus manusia yang sejak dulu ngaku-ngaku sebagai sahabatku. Terhitung sejak kelas X SMA yang dengan sangat disayangkan aku dan Hanand berada dalam satu kelas yang sama. Awalnya kita tidak memiliki ketertarikan satu sama lain, maksudku, dalam konteks 'pertemanan'. Hampir selama satu tahun penuh aku dan Hanand tak pernah main bersama, kecuali saat pelajaran olahraga. Entah kenapa, tapi pembagian kelompok dari Pak Guru selalu menempatkan aku dan Hanand dalam kelompok yang sama. Aku tidak mengira dia memiliki suatu jurus atau kemampuan khusus seperti menebak tangan apa yang akan kukeluarkan saat Pak Guru menginstruksikan kita semua untuk gambreng. Walaupun memang dia memiliki tampang yang tidak kalah misterius dibanding dukun yang selama hidupnya terlihat aneh itu. Misalnya; ada suatu kompetisi menakuti anak-anak, aku yakin Hanand pasti keluar sebagai juara satunya. Untuk ukuran anak kelas X SMA dia sama sekali tidak layak. Brewoknya benar-benar mengganggu dan menyeramkan, sebenarnya. Terlebih perutnya yang agak buncit membuat Hanand terlihat seperti Om-om kelebihan uang yang kerjaannya memangsa anak-anak SMA.

Kecurigaanku tentang Hanand yang sebenarnya adalah Om-om yang sedang menyamar sebagai murid SMA berakhir setelah secara tidak sengaja aku mendengengar percakapan antara dia dan ibunya saat menelpon, "De, hari ini pulang sekolah langsung ke rumah, ya. Jangan nongkrong-nongkrong dulu!" Lalu Hanand menjawab dengan nada manja, "Iya, ma.. Dede langsung pulang,"

Menurutku sangat tidak wajar jika benar Hanand adalah Om-om dan sampai sekarang dia masih dipanggil "Dede". Apalagi dari nadanya yang manja seperti anak PAUD yang manja tapi menyebalkan.

Benar-benar diluar dugaan, Hanand selalu mampu menyamaiku ketika gambreng. Seberusaha apa pun aku menghindar atau setidaknya melakukan sedikit tipuan, dia tak pernah terkecoh. Luar binasa, si kampret! Sejak saat itu aku memutuskan untuk tidak berharap lebih, aku pasrah saja meskipun harus satu tim dengannya.

Sudah 7 tahun berarti aku dan Hanand bersahabat. Dan aku sama sekali tidak sedang berselera untuk mengulas kembali tentang bagaimana aku dan Hanand bisa sedekat sekarang.

Selain Renold, Hanand adalah teman satu kosku. Dia ahli dalam bermusik, tapi tidak sehebat Renold dalam merayu perempuan. Hanand walaupun seram, tapi dia adalah sosok teman yang penyayang. Maksudku, dia berteman menggunakan hati. Bukan seseorang yang dekat hanya ketika ada butuhnya saja. Bahkan dia pernah memilih untuk tidak makan dan memberi uangnya padaku saat motor yang kupakai secara tiba-tiba berhenti di tengah jalan dan sama sekali tidak bisa dinyalakan. Kejadiannya di luar kota, tepat jam setengah 12 malam. Dia saat itu datang seperti pahlawan dan menyelamatkanku dari derita sakit pinggang yang mungkin akan kuderita sebagai hasil paling sederhana dari mendorong motor jarak puluhan kilometer. Seandainya tidak ada Hanand mungkin pinggangku tidak akan utuh hari ini.

Hanand adalah orang yang paling tidak menyukai Sera. Alasannya ada banyak. Salah satunya, karena Sera telah memilih orang lain untuk menggantikan aku sebagai kekasihnya. Yang sekalipun kekasih Sera jelas-jelas jauh lebih baik. Tapi bagi Hanand akulah orang yang paling pantas. Dia berpikir bahwa aku sangat berharga dan sangat tidak beruntung Sera karena telah meninggalkan orang sepertiku.

"Udahlah Key! Jangan berhubungan dengannya lagi. Coba buka itu mata! Perempuan masih banyak kali, dan karena kau adalah sahabatku, sebenarnya kau punya tampang yang lumayan. Yaaaa walaupun tidak setampan aku, Key!"

Hanand selalu memintaku untuk tidak berhubungan lagi dengan Sera.

"Ya, aku dan Sera kan memang tidak seperti dulu, Han. Aku tahu tempatku di mana. Dan kau tidak tahu rasanya menyayangi seseorang dari dalam hati,"

"Itulah sebabnya kubilang kau perlu move on!"

"Han, aku tidak sedang berselera untuk dekat dengan perempuan lain. Lagi pula aku sama sekali tidak pernah membahas tentang perasaan dengan Sera. Aku dan dia cuma seperti teman biasa. Walau telah selesai, aku setidaknya masih ingin ada untuknya."

"Heran aku sama kau, Key! Walaupun kau menyebalkan dan aku tidak seharusnya mengatur-atur hidupmu tapi karena kau maksa jadi sahabatku, ya, aku tidak senang kalau kau sampai dimanfaatkan olehnya."

"Eh--tidak, Han. Untuk orang yang benar-benar jatuh cinta, aku telah melewati fase berpikir semacam itu. Kau tahu, Han? Saat kita mencintai orang lain, yang bisa kita lakukan hanyalah memberi. Mencintai itu adalah tentang dirimu sendiri. Bukan tentang perasaanmu dibalas atau tidak."

Aku mencoba meyakinkan Hanand bahwa Sera sebenarnya tidak memanfaatkanku sama sekali. Aku tahu itu karena aku sangat mengenalnya. Sera adalah sosok perempuan paling cantik No. 2 setelah ibuku. Sera sangat manja dan rajin beribadah. Dia pintar dan selalu berprestasi ketika di sekolah.

Sera dulu sangat menyayangiku.

"Yeah, memang begitulah kau, tidak pernah mau dengar nasihat sahabatmu ini. Aku ini walau tidak sejenius Patrick saat episode jatuh dari tubir dan secara tidak sengaja menukar isi kepalanya dengan tumbuhan yang dia sangka adalah bagian dari kepalanya, tapi untuk sahabat sendiri aku tahu mana yang baik mana yang tidak, Key!"

"Hanand kambing! Aku tidak keberatan dengan semua ini. Kepada Sera aku tidak berharap lebih. Bahkan aku tidak pernah menyumpahi agar dia dan kekasihnya segera putus. Aku pikir Sera sudah punya kehidupan yang lebih baik sekarang dan ketika dia membutuhkan bantuanku, wajar saja jika aku membantunya, kan?"

"Dengar, ya, Key! Dari setiap pernyataanmu aku sama sekali tidak menemukan satu pun bagian yang wajar. Seharusnya kau buka hati untuk orang lain, sumpek nanti kau punya dada, Key!"

Setidaknya begitulah aku dan Hanand selalu berdebat tentang banyak hal, khususnya Sera. Kupikir Hanand tidak salah karena menginginkan sahabatnya memiliki hidup yang menyenangkan. Dia ingin aku berpindah.

Tapi, berpindah itu bukan berarti aku harus mencintai perempuan yang lain. Bagiku, berpindah itu seperti menempatkan diri di tempat yang seharusnya. Dan kupikir Hanand tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya kehilangan perempuan sehebat Sera. Aku pun tidak bisa membenarkan apa yang selama ini kulakukan. Aku tidak mengerti mana yang baik, dan mana yang buruk.
Aku hanya berusaha untuk tidak menyerah, tanpa berharap. Dan sejauh ini aku telah berhasil melaluinya. Setiap sakit yang kurasa saat melihat Sera menikmati detik bersama seseorang yang bukan aku. Aku telah berhasil melalui semua ini, tanpa pernah Sera tahu bahwa aku masih mencintainya.

______

InsyaAllah kulanjutkan lagi nanti, ya. Bacalah, berkenanlah 😊

Langit Yang Jauh Untuk Kecoa Yang TerbalikWhere stories live. Discover now