21

167 21 2
                                    

Aku terbangun dan menemukan jarum jam sudah menunjuk pada angka 11. Sementara Renold dan Hanand masih tergeletak dengan cara tidur yang tidak akan pernah dimengerti kaum hawa. Aku duduk sebentar, mengusap-usap mata sambil tersenyum keheranan. Karena entah kenapa, sampai hari ini sering sekali aku memimpikan Sera. Jika alam tidur adalah alam yang berbeda, maka entah bagaimana caranya aku masih selalu bisa menemukannya di sana.

Cerita di dalam mimpi selalu ada-ada saja. Tadi aku bermimpi Sera sedang menyetrika baju-baju dan aku duduk di sampingnya. Kita ada di dalam kamar yang entah itu kamar siapa. Aku tidak mengenal apa pun selain Sera.

Di dalam hati yang seringnya mengatakan sudah rela, masih saja aku ingin lebih lama dapat bersamanya, sekalipun itu di alam mimpi. Bagiku, di mana pun Sera berada, ia selalu tampak istimewa. Aku mengagumi dia melipat-lipat baju, menjadikannya rapi dan dia tidak lupa caranya tersenyum. Dia banyak bercanda dan tentu saja Sera selalu banyak bicara. Ia bawel.

Sedangkan aku tidak terlalu banyak bicara. Aku lebih suka diam dan mencari-cari bagaimana aku bisa mengaguminya, lagi dan lagi. Entahlah, mungkin karena aku orangnya lebih suka menulis ketimbang bicara.

Hampir di setiap kali aku memimpikan Sera, aku merasa semakin dekat dengannya. Aku sempat berpikir bahwa Sera pun di sana, mungkin, merasakan hal yang sama. Atau malah memimpikanku juga. Karena bagiku cinta itu selalu ajaib. Cinta punya cara kerja yang tidak biasa, kupikir aku sebagai manusia tidak akan pernah sampai pada pemahaman cinta yang sebenarnya.

Dan semakin banyak aku memimpikan Sera, semakin tumbuh di dalam diri kesadaran bahwa tak apa jika Sera memutuskan pergi, sebagaimana Sera telah memilih kekasihnya. Terlepas dari masih ada aku atau tidak di dalam hatinya, aku merasa tidak pernah kehilangan Sera di sini. Bahkan nyata saja, di saat aku tidak memikirkannya sekalipun, dia muncul di dalam mimpi. Seperti pelan-pelan waktu berbicara kepadaku, tentang perginya seseorang yang tidak melulu harus dikejar. Barangkali cara terbaik dari jatuh cinta bukanlah dengan memaksa, melainkan dengan membiarkan hati memilih sendiri.

Setelah nyawa terkumpul, aku beranjak mengambil wudhu. Masih cukup ada waktu sebelum waktu dhuha habis. Aku diajakarkan Mama begitu, karena katanya ganteng saja tidak pernah cukup. Hahaha, Mama suka ada-ada saja.

Selesai mendirikan shalat sunnat. Selesai juga aku mendoakan Sera di antaranya. Jika sudah begitu, aku selalu membiarkan hari-hari berjalan. Aku selalu belajar untuk menerima apa yang sudah terjadi, segala hal yang telah berlalu dan kenyataan tentang Sera yang saat ini tidak bersamaku lagi, kusadari adalah kesalahanku sendiri. Oleh karenanya, aku tidak pernah ada keingingan untuk menuntut apa-apa. Kubiarkan rasa bergerak sendiri di dalam hati, semaunya. Membicarakan Sera di saat bahkan bibirku sedang membicarakan yang lain. Aku sudah tidak ada lagi kehendak untuk melawan rasa, karena melawan kenyataan pun aku tak berdaya.

Hari-hari kehilangan tidak lain adalah karena kekeliruanku sendiri di masa lalu. Sehingga kini, yang bisa kulakukan hanyalah mengagumi Sera dari jauh. Dari tempat terbaik untuk bertanya, masih adakah kesempatan untuk suatu hari aku bisa memilikinya lagi?

*tuniiiing (suara HP)

"Keeeeey! Jangan pura-pura sibuk hari ini, anter aku ke Selabintana, okay?"

Ya, seperti yang sudah kita tahu, itu Sera yang tiba-tiba nge-whatsapp. Dia minta diantar ke Selabintana. Selabintana adalah salah satu nama daerah di Sukabumi. Selabintana adalah kaki Gunung Gede Pangrango. Salah satu gunung yang sering diperebutkan anak Bogor-Sukabumi-Cianjur. Karena gunung ini menyentuh tiga kota sekaligus. Aku sih, tidak pernah ikut-ikutan. Karena terserah ada di kota mana pun, gunung itu milik Tuhan. Tugas kita hanya untuk menikmati dan menjaganya. Selabintana itu, menurutku adalah tempat paling dingin di Sukabumi, ya jelas saja karena letaknya di kaki gunung. Di sana ada banyak kebun teh, dan hampir setiap hari orang-orang bersama keluarga atau pasangan-pasangannya main ke sana. Sekadar untuk menikmati pemandangan alam, udara yang sejuk, dan kehangatan dari waktu-waktu yang dihabiskan bersama.

Langit Yang Jauh Untuk Kecoa Yang TerbalikWhere stories live. Discover now