10

637 41 3
                                    

"Oi! Bangsat. Kau tahu? Yang paling tidak boleh hilang dari seorang pria selain kemaluannya adalah karakter. Oke, tentu saja iman yang utama, tetapi maksudku, masa seorang Key yang banyak digilai wanita bisa begini?" Dalam waktu yang bisa dibilang singkat tiba-tiba Renold mengacaukanku yang senandika. Memang dalam banyak waktu untuk setidaknya sekali dalam sehari aku menyempatkan diri untuk memikirkan apa-apa yang tidak orang lain pikirkan. Maksudku, memang siapa lagi selain aku yang rela berjalan jauh ke masa lalu untuk sekadar mengingatnya? Bahkan Sera, oh--aku tak yakin dia melakukannya. Menurutku Sera perlu waktu yang baik untuk memasukan ingatan-ingatan baru ke hidupnya. Aku tidak senang bicara begini, tetapi hidup yang dibersamai kekasihnya sekarang mungkin lebih baik dari yang denganku. Apa saja alasanku membela diri sejatinya aku ini lelaki yang berkekurangan. Walau mungkin Sera tidak sempat dan tak mau mengerti bahwa menjadi sempurna itu tidak mungkin. Terlebih dariku sekarang dia pergi. Ini seperti semakin menegaskan bahwa hidupku malah tambah jauh dari kata lengkap.

"Haha ... memang apa yang salah, Ren?"
"Ya, kaulah Key"
"Kenapa salah?
"Maju oi! Kalau kata orang sekarang move on"
"Lebih dari sekali aku pernah coba, dan kau tahu sendiri aku belum bisa. Tapi kuharap kau tidak lupa, Ren, bahwa perasaanku kini tanpa harapan. Aku jadi tiba-tiba ingin pura-pura bijak, oke, begini, 'Yang membuatmu kesakitan itu bukan cinta, tetapi harapannya. Mencintai saja itu tak apa. Ya, asalkan mencintai saja.' Kau dengar itu, Ren? Aku baru saja dapat pepatah dari Patrick Star yang baru saja selesai memuja Kulit Kerang Ajaib. Kata-katanya tiba-tiba ada di kepalaku. Kupikir selain bodoh dia juga sakti."
"Dia siapa?"
"Patrick!"
"Kukira Hanand"
"Oh, ayolah, kalau ada makhluk yang lebih bodoh dari Patrick aku bercaya Hanand orangnya"
"Bhahaha ... Hanand bukannya bodoh. Dia gila!"
"Yeah, kadar kebodohan yang terlalu tinggi juga bisa disebut gila. Eh, tapi kau pernah dengar, Ren? Banyak orang disebut gila karena mereka terlalu pintar sebenarnya"
"Pernah. Tapi aku percaya Hanand bukan salah satunya. Memangnya apa yang pintar dari dia?"
"Hahahahahahahaha ... kalau bercanda suka benar!"
"Key, tadi selain Sera, apa yang kaulamunkan?" Dari obrolan yang ngawur tiba-tiba Renold memasang wajah yang agak serius.
"Hanya sera. Maksudku, aku cuma teringat aku pernah merasa sakit. Tapi selebihnya, ya, cuma Sera."
"Segila itu?"
"Secinta ini."

Renold seketika diam. Sepertinya dia tidak punya argumen lain untuk setidaknya mampu menyangkal perkataanku. Atau mungkin sebenarnya dia hanya sudah terlalu lelah untuk membicarakan keegoisanku. Bahkan mungkin ini tidak menarik lagi baginya.

Aku tidak mengharapkan banyak perhatian dari siapa pun perihal tentangku dan Sera. Sebab selain sudah terlalu lama, kupikir juga bahwa orang lain tidak akan pernah mengerti apa-apa. Cerita yang sudah lama berlalu dan terus-terusan diceritakan memang akan berubah menjadi cerita yang membosankan. Tetapi mungkin itu tidak berlaku untuk orang yang pernah mengalaminya.

Melebihi luka, ada rasa seru yang mendalam ketika setelah jauh berlalu, dari sebuah cerita yang hampir usang masih ada cinta yang kita simpan sendirian.

***

1.109 hari sejak aku ditinggalkan Sera. Atau lebih tepatnya setelah dariku Sera memilih menyerah untuk kemudian ke pelukan yang lain dia berpindah dan sampai sekarang aku masih saja belum merasa ingin menyerah mencintainya. Kupikir aku hebat. Sebenarnya kalau boleh jujur, untuk sesekali aku bisa merasa bodoh. Namun ini sepertinya sudah jadi kebiasaan. Aku tidak merasa bersalah lagi saat melakukannya.

Aku pun tak pernah tahu apa yang ada di pikiran Sera ketika memutuskan untuk tetap ada di hidupku. Maksudku sebenarnya Sera tak pernah benar-benar hilang. Selain karena di hatiku dia masih ada, Sera juga sering memintaku untuk membantunya. Bahkan untuk hal-hal kecil yang kupikir dia bisa menyelesaikannya sendiri. Katanya, cuma aku orang yang ketika direpotkan, bisa membuatnya merasa senang. Tentu saja Sera tidak memasukan kata-kata cinta di dalamnya. Ini tidak membuatku berharap lebih. Karena dari hal-hal yang menyakitkan kebanyakan orang akan menemukan pembelajarannya sendiri. Begitu pun aku. Yang hingga sekarang bisa tetap baik-baik saja berada di dekat Sera walau tidak menutup kenyataan bahwa dia sudah bukan milikku lagi.

Ini lebih seperti Sera menginginkanku untuk tetap ada di hidupnya.

Sekarang baru tiga minggu sejak Sera tiba-tiba menghilang setelah makan rumput laut. Yang sempat membuatku berpikir bahwa Monster Rumput Laut benar-benar ada. Sampai Hanand mendapatkan informasi tentang Sera yang sedang jalan berdua dengan kekasihnya.

Sejauh ini aku sanggup menjadi orang yang tidak bertanya apa-apa tentang Sera. Aku bisa menjalani hidup seperti biasa. Walau kebiasaan mengingat Sera aku masih melakukannya tapi untuk selebihnya tidak ada yang salah. Aku pun tidak punya perasaan tak wajar seperti ingin menghubungi Sera atau datang ke rumahnya untuk memastikan bahwa Sera ada dan telah memaafkanku.

Aku percaya. Aku bukannya tak termaafkan. Dia hanya sedang tidak sedih.

Aku tidak berpikir bahwa Sera jahat sebab terkesan seperti menjadikanku pelampiasan saat ia merasa bosan. Aku pun tidak mau berpikir buruk. Setidaknya aku merasa ada yang lebih baik di dalam diriku saat Sera datang membawa sedih yang banyak untuk segera ditumpahkan. Kalau dipikir-pikir malah aku yang jahat, sebab saat Sera sedih, aku merasa baik. Tetapi bukan berarti aku berharap begitu. Jauh dari perasaan baikku, aku ingin Sera selalu berbahagia. Bahkan jika itu membuatnya tidak lagi mendatangiku.

Kadang aku berpikir bahwa aku ini benar-benar hebat. Walau sebenarnya kalau ada yang mau dengar, untuk bisa seperti ini sungguh tidak mudah. Aku telah banyak melewati rasa sakit demi bisa seperti ini. Ada banyak sesak yang aku lawan untuk bisa sekuat ini.

Di tiga minggu ini mungkin kekasihnya sedang sangat baik-baiknya. Dia belum kehabisan cara untuk membuat Sera merasa senang. Aku tidak berharap dia bisa terus melakulannya, tidak juga berharap dia akan berhenti melakukannya. Semuanya biasa saja. Jika Sera sedang senang-senangnya, aku bersyukur. Berarti ini waktu yang tepat untuk aku bisa sedih-sedihnya.

Saat sedang sedih aku bisa melakukan banyak hal. Seperti pergi ke tempat-tempat di mana aku bisa menghabiskan waktu sendiri. Karena perlu tidak ada siapa-siapa untuk berteriak sekencang mungkin. Aku tidak berpikir punya tubuh yang kuat untuk menahan keroyokan tetangga seandainya di kosan yang kecil begini, aku berteriak.
Atau aku bisa menonton film-film favorit, atau mengunjungi kedai kopi langgananku yang tidak besar-besar amat tetapi selalu cukup untuk menampung orang-orang yang perlu menghabiskan waktunya sendirian. Ke kedai kopi ini banyak solo player (jomblo) yang datang.
Sebenarnya bukan kedai kopi. Ini lebih seperti cafe yang lebih banyak menyediakan kopi ketimbang minuman-minuman lainnya. Dan sebenarnya cafe ini milik temanku. Karenanya aku dan kawan-kawan lain selalu bebas datang ke sini kapan pun dan sampai jam berapa pun. Dan ini satu-satunya cafe yang bisa ngutang dulu kalau lagi gak punya uang, wkwkwk.


Dengan bersedih aku juga bisa mengingat lebih banyak. Tentang hal-hal yang mungkin saja tidak sengaja aku lupakan. Bagiku ini berharga. Mau punya uang sebanyak apa pun, orang tidak ada yang menjual kenangan.
Menyadari hal ini membuatku mencintai Sera dengan banyak mengingat.

____

Alhamdulillah :)

Bacalah, berkenanlah

Langit Yang Jauh Untuk Kecoa Yang TerbalikWhere stories live. Discover now