"Ini bukan patah tulang hyung. Pergelangan tanganku hanya terkilir dan yahh untuk kakiku itu juga tak jauh berbeda dengan tanganku" Jungkook kembali menunjukan cengirannya dihadapan Seokjin yang kini hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan maknaenya satu ini.

"Kau tahu bagaimana takutnya aku saat aku bermimpi kau tak bisa terselamatkan eoh!! Padahal aku sama sekali tak tahu kalau kau kecelakaan. Tapi kenapa bayanganmu di ruang operasi itu benar-benar terlihat nyata!"

"Eyy hyung. Itu hanya mimpi hyung saja. Buktinya aku masih bernafas dihadapanmu sekarang,"

"Hhh" Seokjin menghembuskan nafasnya pelan. Ia kembali merebahkan dirinya sedikit kesisi. Ia menepuk sisi kosong ranjangnya bermaksud meminta Jungkook agar tidur di sampingnya. "Kemari! kau masih harus banyak istirahat"

Jungkook kembali menyunggingkan senyum lebarnya dan tak perlu menunggu lama Jungkook segera menidurkan dirinya disamping Jin. Ia sengaja merapatkan tubuhnya dekat dengan sang hyung. Tangan kanan Seokjin terulur untuk mengelus lembut kepala Jungkook yang tidur menyamping di sebelah kanannya. Dia sungguh gemas melihat adik bungsunya ini perlahan menutup matanya dengan tetap merapatkan kepalanya dan tubuhnya pada badan Seokjin. Seakan kini Seokjin tengah memeluknya.

"Tidurlah..." suara lembut Seokjin seakan menjadi mantra bagi Jungkook yang semakin lama semakin terbuai oleh usapan-usapan pelan pada puncak kepalanya.

"Terima kasih telah kembali hyung..." gumam Jungkook pelan. "Terima kasih karena mau memaafkanku," ia melanjutkan kembali kata-katanya. Seokjin bisa merasakan pundak sang adik sedikit bergetar. Jungkooknya mulai menangis.

"Kumohon jangan pergi lagi hiks..."

Jungkook semakin terisak dalam pelukan Seokjin. Membuat hyung tertua Bangtan itupun ikut menitikan air matanya. Ini terlalu menyesakan baginya. Sungguh rasanya ia lebih baik memilih tak pernah selamat dari penyakitnya daripada ia harus meninggalkan adik-adiknya karena pilihan yang ia katakan pada agensi.

Bukankah lebih baik jika ia pergi karena memang tak pernah bisa menghirup udara yang sama lagi dengan mereka? Rasanya ini terlalu menyiksa jika ia pergi dengan masih berpijak pada bumi yang sama namun tak pernah bisa kembali bersama.

Sungguh Seokjin ingin sekali menenangkan Jungkook dengan kata-kata 'hyung tak akan pergi lagi' , 'hyung akan selalu bersama Bangtan' , ' kita akan selalu bersama, tenanglah'. Sungguh Seokjin benar-benar ingin mengungkapkan kata-kata seperti itu.

Namun ia sadar ia tak bisa. Ia memiliki batas waktu untuk tetap bersama mereka seperti ini dan sialnya hari ia benar-benar pergi itu tak akan lama lagi. Rasa sakit dan sesak ini sungguh lebih menyiksanya daripada rasa sakit yang ia terima dari penyakitnya. Hingga akhirnya...

"Hyung ada disamping sekarang Jungkook-ah... tenang dan tidurlah eum" hanya kalimat itu yang bisa ia ungkapkan untuk menjadi penenang bagi Jungkook. Dan untungnya itu berhasil. Isakan Jungkook perlahan menghilang tergantikan oleh suara nafas teratur yang menandakan bahwa namja bermarga Jeon itu kini telah tertidur.

Meski tanpa Seokjin tahu bahwa batin adik kecilnya itu kini tengah kembali melirih. "Kumohon cepatlah kembali Yoongi hyung... Aku takut akan terjadi sesuatu lagi pada Jin hyung jika akhirnya ia tahu kau kini menghilang hiks"


Ya! Apa kalian tak menyadari bahwa hanya ada mereka berdua diruangan itu? Lalu dimana yang lainnya?

Jawabannya, mereka semua kini tengah berpencar mencari keberadaan Yoongi. Mereka semua harus lebih dulu menemukan Yoongi sebelum agensi mengetahui bahwa Yoongi menghilang. Situasi bisa semakin kacau jika agensi sampai tahu bahwa Yoongi menghilang. Apalagi jika para pers juga mengetahui hal ini,

형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √Où les histoires vivent. Découvrez maintenant