"Bukan Happy Ending"

7.3K 369 248
                                    

Mungkin ada sesuatu yang tak kalian suka untuk dibaca, tapi percayalah, aku cuma mau kalian ambil hikmahnya dan buang buruknya.

_________________________________________

Setiap orang punya masa lalu kelam, tapi bukan berarti itu berhak diungkit dan dituduhkan. Karena semua orang punya hak yang sama untuk bertaubat

*****

Setiap manusia pasti menginginkan ending bahagia, begitu pula Nabilla. Ia bersyukur perjuangannya meminta  Dzaki untuk menjadi pelengkap imannya, akhirnya bisa terwujud. Nabilla memang telah menjadi seorang istri yang sesungguhnya. Saatnya sekarang ia mengabdikan diri kepada sang suami.

Hari-hari yang dilalui mereka begitu indah dengan penuh romansa pengantin baru--kekasih halal--yang bahagia.

Suatu hari, Dzaki ingin makan menu masakan baru, karena Nabilla hanya pandai memasak nasi goreng tetapi Nabilla tidak dapat memenuhinya. Dzaki terpaksa lagi dan lagi harus memakan nasi goreng masakan Nabilla, untung saja nasi gorengnya enak, tidak seperti dulu rasanya tidak enak.

Akhirnya Dzaki pun berangkat kuliah dan Nabilla tetap di rumah. Jujur, Nabilla sedih karena tak bisa memenuhi keinginan sang Suami, tapi apa boleh dibuat? Ia tak pandai memasak.

*****

Dzaki pulang lebih larut dari biasanya, sehabis isya. Nabilla menyambutnya dengan senyuman dan mengajaknya ke ruang makan. Ada makanan baru di sana. Sebuah lalapan beserta ayam goreng.

"Makan yuk, Mas," ajak Nabilla.

"Sudah kenyang," jawab Dzaki yang langsung menuju kamar.

Nabilla rela menahan lapar dari sebelum maghrib hingga tepat 30 menit adzan isya berlalu. Dia sangat lapar, namun seketika mendapati suaminya bersikap dingin, rasa laparnya hilang seketika.

"Harus husnuzhon, mungkin dia lelah," ucap Nabilla.

"Mas, mau aku pijatin?"

"Gak perlu, kamu istirahat aja," ucap Dzaki tegas.

Kali ini Nabilla tak berani menegur lagi. Ia takut kalau nantinya Dzaki akan membentaknya. Hatinya terlalu rapuh walau hanya sekadar bentakan. Akhirnya Nabilla pun tertidur dengan perasaan takutnya.

Pukul 02.30 Nabilla terbangun. Dzaki tak ada di sampingnya. Nabilla berusahan mencari keberadaan Dzaki, dan ternyata dia tidur di kamar yang dulu menjadi kamar Nabilla. Apakah Dzaki tak mau lagi satu kamar dengan Nabilla?

Di mana letak kesalahan Nabilla? Apakah karena ia tak pandai memasak? Padahal kemarin ia sudah menyuguhkan menu baru, tapi Dzaki tak mau memakannya. Sekarang ia harus bagaimana?

Nabilla memutuskan untuk berwudhu dan melaksanakan shalat malam. Kembali mengadu kepada pemilik semesta.

"Ya Allah, Yang Maha Penyayang, apa lagi ini? Ada apa dengan suamiku? Ya Allah, kuatkan hamba, izinkan hamba bertahan. Berilah hamba petunjuk." Nabilla berdoa di sujud terakhirnya.

Pagi ini Nabilla menggoreng ikan gabus dan memasak sayur bening. Ia berharap Dzaki akan menyukai masakannya. Semuanya sudah siap tinggal menunggu Dzaki selesai bersiap pergi kuliah.

"Mas, makan yuk," ajak Nabilla dengan senyum semanis mungkin.

"Maaf Nab, udah telat," ucap Dzaki lalu pergi meninggalkan Nabilla. Lagi dan lagi Nabilla kehilangan rasa laparnya.

Cinta di Sepertiga Malam (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang