"Tulang rusuk"

6.5K 274 25
                                    

Karena pada dasarnya wanita memang ingin selalu dimengerti. Wanita itu tulang rusuk yang bengkok, jika ia diluruskan perlahan, maka akan lurus. Namun jika dengan keras, maka ia akan patah.

*****

Mungkin saat ini hanya Nabilla yang mencintai Dzaki. Namun selayaknya seorang suami yang mengerti akan agama, ia harus menghargai wanita.

Nabilla membukakan pintu untuk Dzaki yang baru saja pulang dari mesjid, sehabis shalat isya.

"Aku hari ini banyak tugas kuliah," ucap Dzaki.

"Kerjakan aja, semangat ya," jawab Nabilla. Dzaki segera menuju kamarnya, diikuti Nabilla sampai di depan pintu. Setelah itu Nabilla beranjak.

"Mau ke mana?" tanya Dzaki menghentikan langkah Nabilla.

"Kamar, Mas," ucap Nabilla.

"Sini deh, gak usah ke kamar sana, temenin aku," ucap Dzaki yang membuat Nabilla heran.

"Aku takut ganggu."

"Gak, akunya yang minta temenin, jadi gak ganggu."

Akhirnya Nabilla bersedia masuk ke kamar Dzaki. Canggung, seperti masuk ke tempat lain, itu yang dirasakan Nabilla. Untung saja mereka sudah suami istri, jadi gak perlu takut digrebek karena masuk kamar yang bukan kamarnya, melainkan kamar pasangannya. Mereka juga sih, sudah nikah tapi kok kamarnya pisah?

Nabilla duduk di sisi tempat tidur, sedangkan Dzaki duduk di kursi depan meja belajar yang berdekatan dengan posisi Nabilla.

"Kamu gak papa nemenin aku?" tanya Dzaki.

"Kamu yang emangnya gak papa aku di sini?" Nabilla juga melempar tanya.

"Bukannya jawab, malah tanya balik," ucap Dzaki sambil mencubit hidung Nabilla.

"Ihhh, sakit," rengek Nabilla.

"Tapi senangkan?" Goda Dzaki.

"Em, a-apaan coba." Pipi Nabilla memerah.

"Kamu merebus kepiting ya?"

"Hah"

"Ini merah," ucap Dzaki menyentuh pipi Nabilla. Sontak Nabilla menutup wajahnya dengan tangan.

"Jangan ditutupin, entar cantiknya hilang lho." Cengir Dzaki yang berhasil menggoda Nabilla.

"Udah ah, Mas. Entar tugasnya gak selesai-selesai," tegur Nabilla.

Akhirnya Dzaki fokus dengan laptop di depannya. Jari-jarinya lihai bergerak ke sana-ke mari menekan huruf ataupun angka di keyboard laptop. Sedangkan Nabilla hanya menatap sang suami, karena baru beberapa hari ini, ia bisa menatapnya tanpa ragu. Hanya saja rasa takut masih menggerogoti hatinya, takut akan sifat Dzaki yang mungkin saja nanti akan berubah.

Waktu menunjukkan pukul 22.30 dan tugas Dzaki masih belum selesai, Nabilla beranjak dari tempat tidur Dzaki.

"Mau ke mana?" Dzaki menahan tangan kanan Nabilla.

"Ke dapur sebentar, Mas." jawab Nabilla yang diizinkan oleh Dzaki.

15 menit kemudian, Nabilla datang dengan membawa sebuah nampan berisi satu gelas susu coklat panas.

Cinta di Sepertiga Malam (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang