Babak Dua: Langkah mundur yang berarti banyak

Start from the beginning
                                    

Raggie menaikki punggung Devonna dan dia bermain dengan rambut perempuan itu. Devonna hanya bisa tertawa dan membatu sembari melindungi kepalanya, karena bagaimanapun juga kuku kaki Raggie cukup tajam dan aku tahu Jackson tidak terlalu mengurus anjingnya selain membawanya berkeliling ketika Sabtu di pagi hari.

"Tidak seperti biasanya dia begitu." Jelas Jackson "Raggie masuk, come on boy... come on... ." lanjut Jackson dan Raggie segera berlari ke dalam rumah kembali. "Maafkan aku, Devonna. Oh ya... kalian bisa masuk juga, ayo."

Kami memasuki rumah Jackson. Jackson berteriak memberi tahu ibunya bahwa dia membawa kami berdua dan setelahnya Jackson menyuruh kami duduk di ruang tamu selagi dia berlari ke atas untuk berganti baju dan mengambil materi pelajaran yang lain. Aku duduk di sofa merah yang berada dekat jendela, menatap keluar sana melihat banyak sekali mobil yang terparkir di depan rumah.

"Ini kau?" Suara Devonna mengalihkan perhatianku. Dia tampak mengeritkan dahi dengan wajah yang cukup dekat dengan frame foto. "Kok kau beda sekali?"

"Sekarang lebih tampan?" Tanyaku dengan senyuman licik di wajahku.

Devonna melihatku seperti 'what' dan aku tak mempedulikannya.

"Joey!! Sudah lama kau tidak ke sini!" Seru ibunya Jackson yang datang dan langsung memelukku. "Dan siapa gadis cantik ini?" Tanya ibunya Jackson sembari mencubit pipi Devonna hingga terlihat memerah. Devonna hanya tersenyum dan pasrah saja. "Welcome... welcome... duduklah. JACKSON BUATKAN TEH UNTUK MEREKA!!! maafkan Jackson meninggalkan kalian tanpa sesuatu untuk diminum, kalian pasti lelah sekali. JACKSON BRING YOUR ASS HERE!"

"Aku dapat melihat kesamaan Jackson dengan ibunya sekarang." Lirih Devonna yang duduk di sampingku, tapi dia masih memberi jarak di antara kami.

"Wait... wait... mom... . Aku sudah bilang padamu aku ganti baju dahulu dan mengambil seluruh kertas tulis ini." Jelas Jakcson sembari menaruh setiap kertas materi pada meja kopi. "Kalian mau teh atau ada pesanan lain."

"Kau bisa membuatkan aku spring breeze." Jelasku.

"Kalau begitu teh saja, segera meluncur." Ucap Jackson yang berlari ke arah dapur rumahnya.

"Jackson, aku air mineral saja." Jelas Devonna.

"Ah sweet baby girl... kau terlalu baik, tidak masalah dengan teh... really."

"Tidak Mrs. Jackson, aku lebih menyukai air biasa karena menurutku itu lebih maksimal dalam menghilangkan rasa dahagaku." jawab Devonna dan dia melihat tangannya yang dijilat oleh Reggie. Devonna terkikih pelan dan kemudian menggaruk-garuk kepala Reggie.

"Ah, anjing itu tidak biasanya seperti ini. Raggie get out... play outside... go... ." Jelas ibunya Jackson membawa Raggie keluar dari rumah dan menutup pintu. "Aku tak pernah melihatmu, siapa namamu sayang?"

"Devonna Lawrance, kau bisa memanggilku Devonna atau Lawrance." Jelas Devonna dengan senyuman.

"Ah baiklah, aku akan pergi. Kalian pasti ingin belajar bersama. Jika butuh sesutu bilang saja kepadaku." Ucap ibunya Jackson sembari dia berdiri dan pergi. Kemudian anaknya masuk, membawa air untuk kami.

"Ini... minumlah. Es teh ala chef Jackson dan this is for you madam, casual mineral water."

"Thank you." Ucap Devonna kemudian dia menyesap sedikit airnya.

Jackson menggosok kedua tangannya dengan cepat. "Baiklah permulaan seperti apa yang akan kita inginkan?" Tanya dia.

-oOo-

"Terima kasih, Jackson!" Seru Devonna selagi kami berdua ada di depan rumahnya.

Jackson hanya melambaikan tangannya dari tempat ia berdiri dan di sampingnya ada Raggie yang tampak bersedih melihat kepulangan kami berdua, tapi dia lebih sedih dengan kepulanganku sebenarnya. Devonna sudah berjalan lebih dahulu daripada aku. Aku masih berdiri di depan rumah Jackson dengan kedua tanganku yang berada dalam salu jaketku. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, suasana sekitar rumah Jackson memang selalu sepi bahkan saking sepinya seakan kawasan rumah ini tak pernah berubah.

Aku melihat Devonna yang semakin menjauh dan mengecil di ujung pelupuk mataku, kemudian dia menghilang di balik tikungan. Aku menarik nafasku dan berlari menyusulnya, ketika berada di sebelahnya, dia hanya melihatku sekilas saja.

"Dev." Panggilku.

"Ya?" Devonna melihatku sekilas.

Aku menelan ludahku dan menarik nafas panjang, "Dev, aku sungguh meminta maaf padamu tentang perkataanku di kafetaria saat itu."

"Tidak usah, kau tak perlu meminta maaf, apa yang kau katakan benar. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu, aku jelas mencoba membunuhmu saat itu. I just can not... you know? Control my emotion." Jawab Devonna dengan nada kecewa dan menyesal. Dia melihatku. "Terasa sangat aneh... tapi aku berani bertaruh jika kau berubah perlahan. kau berubah Joey, apa yang mengganggumu?"

"Aku hanya mengembalikan sedikit diriku kepada pengaturan pabrik. Terkadang sedikit langkah mundur baik untuk persiapan kita ketika mengambil langkah menuju ke depan." Balasku.

"Well, pada akhirnya kau mendengarkan apa nasihatku selama ini kepadamu. It's a compliment for me ketika seorang Joey Alexander melakukan apa yang aku nasihati kepadanya." Aku tersenyum kecil dan Devonna terkikih, "Ini baru pertama kalinya aku melihatmu tersenyum tanpa ada sesuatu maksud di dalam senyumanmu itu." Lanjutnya kembali.

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Where stories live. Discover now