Why You - 42

Mulai dari awal
                                    

Dengan gerakan malu-malu, Haruna membalas Davian. Bahkan ia merapatkan matanya lebih erat, ketika ia merasakan ada sebuah senyuman pada bibir Davian.

Davian semakin menjadi, hanya karena balasan kecil dari Haruna, hasratnya untuk mencapai kenikmatan bersama Haruna mengebu-gebu.

Saat ia menurunkan ciumannya pada leher Haruna, kedua tangannya bekerja untuk membuka kancing kemeja istrinya. Tanpa melepaskan kaitan bra Haruna, ia malah menariknya ke atas.

"Indah," bisik Davian serak. Betapa ia memuja segala yang ada pada Haruna dan payudara perempuan itu salah satunya.

Baru saja ia ingin menunduk dan menikmati istrinya, tiba-tiba suara pintu di buka dan teriakan seorang lelaki terdengar.

"Haruna..."

Dengan cepat ia menyembunyikan Haruna pada dadanya. Karena Haruna cukup mungil tentu tubuhnya tenggelam dalam pelukan Davian.

"Upss, maaf, aku tidak tau jika kalian sedang membuat Davian junior," suara itu terdengar sangat menyesal, namun ada nada ejekan yang terselip.

"Dasar, Arvon sialan! Keluar sekarang juga!" maki Davian marah. Sementara Haruna semakin menyembunyikan dirinya dalam pelukan Davian.

Wajahnya memanas karena beberapa hal. Malu karena Arvon memergoki dirinya dan Davian sedang bermesraan. Malu karena ia tenggelam dalam hasrat yang Davian ciptakan dan lagi dada liat Davian dan dadanya.... Aduh, Haruna malu setengah mati. Semoga saja Davian tidak menyadari hawa panas tubuhnya.

"Haha..." tawa Arvon keras. "Boleh mengintip sedikit, tidak?"

"Kau mau mati? Silahkan saja!" ancam Davian.

Bukannya takut, tawa Arvon semakin menggelegar, membuat Haruna mengkerut malu dalam pelukan Davian dan Davian menatap Arvon dengan tatapan membunuh.

"Baiklah. Baiklah. Kau tidak perlu merajuk," ucap Arvon mengalah. "Yahh, padahal tadi aku ingin mengajak Haruna jalan-jalan, tapi sepertinya sepupuku malah menahannya di sini. Ck, tidak apa. Aku ajak Joana saja nanti. Silakan lanjutan kegiatan panas kalian."

Arvon tertawa lagi sebelum meninggalkan ruangan Davian, ia berkata, "kalau mau main, jangan lupa kunci pintunya." ia mengedipkan matanya kemudian berlalu.

Davian menghela napas kecil, segera ia melepaskan Haruna, dan menatap Haruna tajam. Ia menghela napas sejenak, kemudian memperbaiki posisi bra serta mengancingkan kembali kemeja istrinya.

"Kau tidak perlu pulang. Temani aku di sini," ujar Davian. Haruna hanya mengangguk menurut. "Karena aku tidak ingin kau bertemu Arvon."

Kali ini kening Haruna berkerut. Memangnya kenapa ia tidak boleh bertemu Arvon? Lagi pula Arvon sangat baik padanya.

"Aku tau, ketika Arvon mengajakmu jalan-jalan, gerakan tubuhmu ingin menjauh dariku. Kau bahkan lupa kalau pakaianmu sedang berantakan, namun karena bersemangat kau jadi lupa diri!" cemooh Davian.

Iya. Haruna akui itu. Iya hanya terlalu senang ketika mendengar ajakan Arvon. Biasanya Arvon dan Lawrence yang sering mengajaknya jalan-jalan. Itu pun tidak sesering mungkin, karena mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sementara Davian sendiri, tidak pernah mempunyai waktu untuk sekedar melepas penat. Entahlah. Tidak punya waktu atau memang enggan harus berduaan dengan Haruna.

"Maaf," Haruna tau ia salah. Akibat rasa senang, ia hampir lupa diri. Walau bagaimana pun, Davian adalah suaminya. Ia harus menurut. Lagian belakangan ini sikap Davian lebih manusiawi dari sebelumnya.

"Kalau kau ingin bepergian, kau tinggal katakan saja padaku. Tidak perlu dengan Arvon atau lelaki lain!" jelas Davian.

"Tapi bersama Arvon menyenangkan, dia baik dan mau mengajak aku untuk berkeliling sekedar menikmati minggu sore," ujar Haruna.

"Dan kau berbicara begitu di depan suamimu!"  Davian melirik Haruna tajam.

Kening Haruna berkerut bingung. Entah ada apa dengan lelaki ini. Haruna menatap sejenak, kemudian ia beranjak dan memilih salah satu buku dan kembali duduk di sofa tanpa merespon Davian yang malah melanjutkan pekerjaannya.

.

.

.

Haruna meleguh kecil dan membuka matanya saat sebuah tangan menepuk pipinya. Seolah ia mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali. Ia bangun kemudian duduk, matanya menjelajahi isi ruangan yang ternyata masih di kantor Davian.

"Rapikan penampilanmu. Kita akan pulang." ujar Davian.

Tanpa bantahan, Haruna beranjak menuju kamar mandi, ia membasuh muka dan menggosok gigi. Setelah ia meraih sisir di dekat wastafel dan merapikan rambutnya.

Ia keluar dan menemukan Davian yang sudah menunggunya. Keduanya keluar, setelah menyapa Joana, mereka berjalan menujut lift untuk menuju lantai dasar.

"Tunggu di sini," ujar Davian. Karena menunggu petugas membawa mobilnya.

Haruna mengangguk. Ia menunggu seperti yang di sarankan Davian. Sampai sebuah suara memanggilnya.

"Haruna," seorang perempuan cantik melambai ke arah Haruna lengkap dengan senyum lebarnya.

"Mischa," ujar Haruna kecil. Ia balas melambai pada perempuan itu.

Davian sedari awal perempuan bernama Mischa itu memanggil Haruna, ia fokus menilai bagaimana rupa teman dari istrinya.

Sampai Mischa berada tepat lima langkah, Davian masih terus memperhatikan perempuan itu, karena jauh dalam lubuk hatinya ia merasa tidak ada pada sosok tinggi ramping itu.

"HARUNA AWAS!" teriak Mischa, perempuan itu berlari memeluk Haruna dan memutar arah tubuh Haruna sampai sebuah jeritan dari Haruna membuat Davian sadar akan keberadaan sosok berhoodie sedang menancap pisau pada punggung Mischa.

Dengan gerakan cepat, Davian memukul pergelangan tangan sosok itu dan menariknya menjauh. Ia berteriak memanggil satpam untuk mengamankan pelaku penusukan itu.

Ia tersadar tentang keberadaan Haruna, ketika lelaki itu mendengar Haruna memanggilnya.

TBC

Masih bisa updet, ya. Hehehe...

Jadi, jangan lupa kasi vote, komentar dan share ya...  Jangan lupa follow aku juga.

Btw, yang silent reader jangan malu2 dong buat ngevote atau kasi komen... Makasih....

Why You? 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang