Mereka segera mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke Korea setelah mendengar kabar sadarnya Jimin. Beruntung sesuai jadwal itu adalah konser terakhir mereka. Karena sisa konser lainnya mereka dan agensi telah sepakat untuk menundanya sampai keadaan bisa stabil seperti semula.

Tak berapa lama akhirnya mereka telah sampai didepan ruangan Jimin, langkah mereka sedikit terhenti saat melihat beberapa orang dokter dan susuter keluar dari ruangan yang mereka tuju kini. Ke enamnya membungkuk hormat pada rombongan petugas medis tersebut sebelum akhirnya kembali bergegas memasuki ruangan perawatan Jimin.

Suasana yang mereka dapati saat pertama kali pintu itu terbuka terasa sedikit aneh. Masih ada sirat ketegangan, ketakutan juga kecemasan yang terpancar dari wajah penghuni ruangan tersebut. Bisa dengan jelas mereka melihat Jimin terbaring sangat tenang di ranjangnya dengan beberapa alat medis yang telah dilepas dan kini hanya menyisakan infus dan selang oksigen biasa.

Sudah seharusnya wajah yang mereka dapati adalah wajah bahagia atau setidaknya wajah tenang. Namun ekspresi yang kini di tunjukan oleh manager Hobeom dan Jihyun benar-benar membuat mereka semua bingung. Seakan telah terjadi sesuatu sebelum kedatangan mereka.

“Bagaimana keadaan Jimin?” tanya manager Sejin, memutus keheningan yang sempat tercipta.

“Dia baru saja kembali tertidur setelah tadi dokter memeberikannya obat penenang” sontak jawaban yang diberikan oleh manager Hobeom membuat semua yang ada disana membulatkan mata mereka terkejut.

“Obat penenang? Tapi untuk apa? Apa Jimin---“ belum selesai pertanyaan yang kini coba Namjoon lontarkan, tapi manager Sejin lebih dulu memotongnya.

“Kita harus bicara Hobeom-ah...”
Hingga akhirnya membuat mereka tertegun semakin bingung setelah kepergian kedua manager BTS itu. Kini tatapan kelimanya terlihkan pada sosok Jihyun –adik Jimin- yang juga berada disana.

“Jihyun-ah, apa yang terjadi dengan hyungmu? Kenapa dokter harus memberinya obat penenang?”

Entah kenapa namun pertanyaan yang Hoseok lontarkan kini malah membuat Jihyun gugup. Dia menggigiti bibirnya berusaha untuk meredam kegugupannya. Tentu saja hal itu membuat member Bangtan semakin heran dan curiga.

“Katakan saja Jihyun-ah... apa yang sebenarnya terjadi?” pertanyaan kedua kalinya kini telah lolos dari bibir Yoongi. Membuat Jihyun akhirnya mencoba mengumpulkan sedikit keberaniannya. Menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya bersuara...













“Semenjak sadar kemarin malam, Jimin hyung terus saja mengamuk.” Jihyun sedikit menjeda kalimatnya. Menimbang apa ia harus katakan semuanya. Meski Jihyun tak terlalu tahu masalah apa yang sebenernya terjadi diantara member Bangtan hingga hyung bisa mengamuk seperti itu, namun dia sedikit banyaknya mengerti bagaimana situasi saat ini. Melihat bagaiman kedua manager Bangtan itu seakan – akan mencoba menutupi banyak hal dari anak asuhnya ini, membuat Jihyun sedikitnya mengerti pasti ada sesuatu yang tidak baik telah terjadi. Namun pertanyaan selanjutnya yang terlontar mengarah kepadanya seakan kian mendesaknya.

“Mengamuk? Tapi karena apa?” kini giliran Namjoon yang kembali angkat bicara. Dirinya diliputi rasa heran bercampur cemas saat mendengar bahwa adiknya itu mengamuk sesaat setelah sadar dari koma. Apa sebenarnya yang bisa membuat seorang Jimin yang tenang sampai menjadi seperti itu?

“Hyung... Jimin hyung... dia terus saja menanyakan dimana keberadaan Jin hyung. Dia juga memaksa kami untuk segera mengantarkannya pada Jin hyung. Hyung bilang, kalau dia bertemu dengan Jin hyung dan Jin hyung bilang bahwa Jin hyung sedang menunggunya. Hyung terus saja memaksa kami dan mulai mengamuk saat kami tak mau menuruti keinginannya. Dan tadi pagi, saat Jimin hyung kembali terbangun, Jimin hyung lagi-lagi mengamuk dengan alasan yang sama. Membuat kami terpaksa mengizinkan dokter untuk kembali menyuntikannya cairan penenang.”

형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √Donde viven las historias. Descúbrelo ahora