part 13

218 11 0
                                    

Usai melaksanakan sholat magrib elang, Dimas dan raya makan bersama. Sebelumnya raya memanaskan makanan yang dimasaknya sore tadi

"Kak elang, Dimas, yuk makan" ajak raya

Dimas dan elang bergegas menuju meja makan

"Wuih enak nich, siapa yang masak" sambil mencolek sambal diatas meja

"Ih jorok.... Cuci tangan dulu. Kebiasaan dech. Sahut Dimas dan memukul tangan elang.

"Apain sih dim..., Raya rupanya pintar masak. Istri idaman banget nich" sambil menyikut lengan Dimas

Raya hanya tersenyum

Mereka makan bersama sambil sekali-sekali bercerita. Dimas duduk disamping raya dan elang didepan mereka

"Kok belopotan banget makannya" Dimas membersihkan nasi yang ada disekitar bibir raya dan mengusapnya pakai jempol tangannya

"Hemmmm..... " Elang berdehem melihat tingkah mereka

"Napa sih Lo elang" Dimas ketus

"Beneran kalian gak punya hubungan apa-apa?. Gue curiga nih. Makan aja dempet-demperan gitu"

Raya menggeser kursinya sedikit menjauhi Dimas.
Dimas hanya melirik kearah raya.

Akhirnya mereka makan dalam diam hanya suara denting sendok yang terdengar

Usai makan Dimas dan elang menuju sofa depan TV dan menikmati desert. Sementara raya membersihkan meja dan bekas piring kotor mereka

Raya menuju kamar untuk mengambil ransel yang berisi pakaian dan perlengkapan nya selama dibandung. Selesai itu raya menuju ke arah Dimas dan elang

Dimas menepuk sofa sebelahnya, dan menarik tangan raya untuk duduk disampingnya

Elang hanya tersenyum jahil ke arah mereka.

"Bagaimana, sudah tak ada yang ketinggalan" sambil mengelus kepala raya

" Gak ada" jawab raya

"Kalau disana jangan begadang,istirahat yang cukup, ingat jangan telat makan" kata Dimas mencoba mengingatkan raya

"Ingat tu raya, nasehat calon iman. Cinta kok gengsi" elang dengan nada bercanda nya

"Apaan sih elang, gue kan hanya khawatir. Kalau sakit nanti gue juga yang repot"

"Jadi aku ngeropotin nich" raya mencibir dan menghadapkan dirinya kearah dimas

"Gak gitu raya, walau bagaimanapun aku kan sudah janji sama Tante Lisa untuk jaga kamu" Dimas membela diri dan merangkul raya dari samping kedekapannya

Raya hanya memutar mata jengah.

Elang hanya terkekeh "ambil kesempatan banget sih Lo Dimas. Tu tangan pakai rangkul segala sebelah lagi tak mau lepas mengemgam tangan raya"

"Biasa aja kali elang. Namanya juga seperti adik sendiri. Bagaimana kalau begini... Lo pasti iri" tiba-tiba saja Dimas langsung melumat bibir raya depan elang

Raya kaget dan berusaha melepaskan diri dan mendorong Dimas

"Apaan sih Dimas, pakai nyosor segala" raya ketus dan segera berdiri menarik tangan elang

"Yuk kak elang kita berangkat"

Elang hanya terdiam dan kaget melihat tingkah Dimas yang langsung mencium raya. Karena sebenarnya elang tau kalau raya orangnya sangat menjaga diri dari lelaki.

Tapi kalau dengan Dimas, elang hanya heran kenapa raya nurut-nurut aja kalau melakukan kontak fisik dengan Dimas.

Elang tau saat kuliah raya sangat membatasi dirinya untuk bergaul dengan lelaki bahkan hanya untuk mengantarnya pulang saja biasanya raya tak mau

Dimas hanya terdiam diapun tak tau kenapa dia refleks melakukan itu ke raya di depan elang lagi

"Raya... Tunggu dulu dong.maafin aku" berusaha mengejar raya yang menuju ke mobil

Raya berbalik ke arah Dimas. "Tapi gak gitu juga kali Dimas, kayak tadi. Depan kak elang lagi. Nanti kak elang pikirnya yang tidak-tidak tentang kita. Kamu berani sekali kayak gitu" raya kesal

"Maaf dech, jangan marah dong. " bujuk Dimas

Raya masuk menuju mobil sementara elang hanya bersandar di mobil memandangi Dimas dan raya

"Lang Lo nyetir sendiri?" Tanya dimas

"Gak ada mang dimang. Tadi aku suruh istirahat dulu dirumahnya. Dimas beneran Lo gak punya perasaan apa-apa ke raya?" Tanya elang penuh selidik

"Gak ada, raya itu sudah seperti adik sendiri. Aku juga punya Nindy, raya juga punya pacar. Bukti kemarin aja dia nangis-nangis. Mungkin habis bertengkar dengan pacarnya"

"Tapi jangan seperti itu juga kali Dimas. Pakai acara cium segala depan gue, bagaimana kalau dibelakang gue pasti kalian melakukan lebih lagi. Tau gak perempuan itu mudah baper nanti raya berharap lebih dari sekedar teman. Kalau gue sih nyaranin loh Dimas mending raya daripada lu harus perjuangin Nindy" ucap elang

Bukannya apa elang melarang Dimas dekat dengan Nindy, karena elang tau kalau Nindy punya laki-laki lain. Sudah beberapa kali elang lihat Nindy jalan dengan laki-laki lain kalau dijakarta. Sementara Dimas tak tau kalau Nindy sering berada di Jakarta. Dimas tau nya Nindy di Singapura.

"Titip raya ya disana. Raya itu gak tahan dingin. Kalau dia kedinginan biasanya sesak." Pesan Dimas

"Ok bro . Gue jalan dulu"

Dimas POV

Sudah beberapa hari raya berada dibandung untuk mengatasi permasalah proyek disana. Tapi kenapa terasa ada kurang semenjak tak ada raya. Padahal baru 3 hari raya tak ada. Apa aku mulai terbiasa dengan kehadirannya.

Sementara Nindy juga tak bisa dihubungi

Raya juga tak pernah menghubungi ku selama dia dibandung. Apa dia masih marah padaku karena aku menciumnya.

Aku tak tau kenapa Ku melakukan itu. Bibir raya bagai candu buatku. Setiap pagi aku hanya mengecupnya, seperti ada dorongan dari diri ini untuk meminta lebih dari sekedar kecupan.

Aku tak tau rasa apa yang ada dalam diriku. Apa aku mulai suka padanya. Ah... Tak mungkin.

Tapi.... Sementara tipe wanita yang aku inginkan sebagi istriku nanti semuanya ada pada diri raya.

Raya wanita cerdas, mandiri, sabar, dan orangnya tenang. Tak seperti Nindy yang egois, yang kadang segala keinginannya harus ku turuti.

Tapi aku tak pernah berdebar jika berad dekat dengan raya, berbeda dengan Nindy debaran itu selalu ada. Meskipun hubungan kami tak seindah dulu semenjak Nindy berada di Singapura.

Ku coba untuk menghubungi raya lewat video call
Ternyata dia mengangkatnya

"Hallo raya apa kabar"
ku lihat raya sedang sibuk di lapangan dengan elang disampingnya.

Tapi kenapa rasanya aku tak suka melihat elang dekat ke raya. Apalagi melihat posisi mereka yang duduk berdampingan dan merangkul raya

Raya hanya melihat ke arahku tanpa mau ngomong. Tiba-tiba saja elang mengambil alih pembicaraan kami

"Baik bro, lu kenapa kusut banget. Semangat dong kerjanya"

"Gue mau ngomong sama raya bukan sama Lo"

"Kenapa Dimas?"
Raya bertanya tapi wajahnya sangat datar.

"Kamu masih marah sama aku?.kapan pulangnya. Aku sendiri disini, kalau semuanya sudah selesai segera pulang"

Raya hanya mengangguk

"Sebulan lagi raya pulang. Dia mau nemenin aku disini" ejek elang padaku

Tok....tok....tok....

Aku langsung memutus panggilan ku ke raya ketika ada yang mengetuk pintu ruanganku.

"Ya masuk"

"Ini pak ada undangan" Sinta menyodorkan undangan padaku, sepertinya undangan pernikahan.

Aku menerima undangan itu

"Makasih Sinta"


MAAF MENCINTAIMU ✓ ENDWhere stories live. Discover now