part 11

288 19 0
                                    

Raya pov

Rasanya sangat sakit ketika mengetahui Dimas memiliki kekasih, andai rasa cinta ini bisa berubah semudah membalikkan telapak tangan pasti tak sesakit ini.

Sesak.... Ya seperti itulah rasanya. Entah bagaimana menghilangkan rasa yang sudah terlanjur ada semenjak 10 tahun yang lalu. Tak mudah memang, mengharapkan cinta dari seseorang yang menganggap kita hanya sebagi sahabat atau adik saja.

Perih sungguh perih jka kita mencintai orang secara diam-diam. Kita tidak bias memilikinya namun kita masih saja terus memperhatikannya. Tapi yang terpenting dari semua itu sampai kapan aku bias menyimpan perasaan ini. Tak mungkin aku bias menyimpannya seumur hidup.

Aku hanya bisa menutup luka, menahan api cemburu, memendam rasa kecewa. Karena mau marah pun aku tidak bisa. Ketika hati hanya mampu memendam, karena takut ungkapkan rasa yang begitu dalam, sesuatu yang tak terbalas ini. Terkadang memendam adalah pilihan satu-satunya agar semua terlihat baik-baik saja karena ada perasaan yang harus aku jaga.

Meskipun tidak pernah pacaran, setidaknya aku juga pernah memndam perasaan kepadanya. Ini salahku yang memendam perasaan terlalu dalam. Apalah aku hanya sebatas sahabat yang mampu memendam rasa. Melihatmu bahagia itu yang kuharapkan.

Memang benar apa kata orang di luar sana, tak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang abadi. Pasti salah satu dari mereka akan jatuh cinta pada sahabatnya.

Dada ini semakin sesak. Kutahan agar air mata ini tak jatuh tapi itu tak bisa. Pertahanan ku luruh.... Aku menangis terisak-isak sambil menutup mulutku dengan bantal agar tak terdengar oleh Dimas

"Hiks....hiks...hikss .... Tuhan bantu aku untuk bisa melupakannya" sambil terguguh

Tangisku semakin kencang.... Hingga ku dengar ketukan dari pintu kamarku.

Tok...tok ...tok....

"Raya buka pintunya, kamu kenapa?" tanyanya dari luar sana.

Cklek....

Astaga ternyata aku lupa mengunci pintu kamarku. Kurasakan langkah Dimas semakin dekat ke arahku. Ku benamkan wajahku di bantal agar Dimas tak melihatnya.

Dimas duduk ditepi ranjang dan mendekap ku dan mengelus-elus rambut dan punggung ku

"Kamu kenapa raya.... Bilang kalau ada masalah. Jangan menyimpannya sendiri"

"Aku menangis karena mu" lirihku dalam hati

Aku hanya menggeleng " tidak apa-apa" jawabku dalam tangisku

Tangisku semakin menjadi, sakit rasanya. Memendam rasa yang sudah bertahun-tahun. Ingin rasanya ku ungkapkan semua rasaku pada Dimas tapi aku takut jika Dimas menjauhiku.

"Lihat aku raya" sambil mengangkat daguku agar menghadap ke wajahnya.

Dimas menangkup kedua pipiku dan menghadapkan ke wajahnya "ada apa raya?"

Aku hanya bisa menggeleng dan menghambur memeluknya. Aku semakin mengencangkan pelukanku dan terus menangis membasahi bajunya.

Dimas membalas pelukan ku sambil menenangkan ku

Akhirnya tangisanku reda. Walaupun masih sedikit terisak, Dimas mengambil air minum diatas nakas dan memberikannya padaku.

"Ada apa raya?" Tanya lagi

Aku hanya diam dan merebahkan tubuhku. Dimas menyelimuti ku dan duduk disisi ranjang yang masih kosong. Dan mengelus kepalaku. Aku memunggunginya.

"Ya sudah tidur saja kalau tak mau cerita."

MAAF MENCINTAIMU ✓ ENDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt