8. Kreatif dikit dong

206 15 4
                                    

"Emang gue siapa lo, Rey?" Lala menampilkan muka datarnya sama seperti awal dia kenal Rey. Rey tertegun mendengar pertanyaan Lala.

Lala juga tak mengerti mengapa sedari tadi dia bertingkah seperti seseorang yang memiliki hubungan spesial dengan Rey.

Dia memang orang yang pendiam hanya saja dia tak bisa menyembunyikan isi hatinya. Lala bukan orang yang pandai menyimpan perasaannya.

"Lo... temen gue" lirih, Rey.

Lala mengangguk, "Putri juga temen gue tapi dia biasa aja pas gue deket sama cowok"

"Ihhh kan beda, Lala"

"Beda apaan?"

"Lo temen hidup gue" ucap Rey dengan wajah memerah.

Lala menahan senyum gelinya melihat ekspresi Rey yang sudah seperti kepiting rebus. Rey memang keliatan sangar. Namun, melakukan pernyataan cinta secara tersirat adalah hal yang pertama kali ia lakukan.

Rey memang nakal dan badung beda dengan kakaknya yang tekun dan rajin sedari dulu. Tapi Rey tak pernah mau dekat dengan wanita. Rey selalu berpikir 'Dijaman sekarang cewek baik yang beneran tulus jarang gakaya dijaman mamanya'.

Bukan tak ada sebab Rey berkata seperti itu. Sebab dia pernah mendengar dari Budi. Gadis yang Budi anggap polos dan yang paling Budi cintai setelah mamanya meninggalkannya dengan cowok lain yang lebih mapan.

Bahkan Budi melihatnya berpelukan sebelum dia kembali ke kota kelahirannya. Budi memang orang surabaya namun karena ayahnya pernah dipindah tugaskan dijakarta. Jadilah dia ikut pindah ke jakarta, selama 3 tahun SMA lalu memutuskan untuk kembali ke kota asalnya.

Tak mendapat tanggapan dari Lala, "Kasih gue kesempatan buat dapetin hati lo, La"

"Lo belum kenal gue seutuhnya, Rey" sahut Lala

"Makanya kasih gue kesempatan buat kenal sama lo"

"Kalo gue gamau"

"Gue maksa."

"Gue lupa lo punya kelainan"

"Apaan?" Kernyit Rey bingung

"Pemaksa akut"

Rey cengengesan, "Cinta tak harus memiliki cuma kepercayaan seorang pecundang. Gue lagi gaminat jadi pecundang,La." Ucap Rey dengan PDnya

Lala hanya menggeleng dan beranjak. Namun sebelum Lala pergi lebih jauh dia menoleh lagi pada Rey yang masih diam ditempat menatapnya.

"Satu kesempatan" ucap Lala, setelah itu dia benar-benar pergi dari hadapan Rey.

Rey yang sudah mengira ucapannya hanya dianggap seperti angin lalu oleh Lala akhirnya terkejut. Ia bahagia mendengar Lala memberinya lampu hijau.

"Lala emang gemesin" ungkap Rey pada dirinya sendiri. "Kalo kata pepatah mah gayung bersambut." Lanjutnya lagi.

Tingkah Rey membuat Mahasiswa lain mengernyit heran. Menatap Rey selayaknya orang gila dan orang dibalik tembok tersenyum geli.

"Malu-maluin" ucapnya kemudian pergi berlalu. Benar-benar berlalu.

♡♡♡♡

"LALA!!" Teriak Putri

"Apasih masih pagi" sahut Lala dengan bukunya

"Masih pagi buku mulu lo pantengin"

"Hm" sahut Lala dengan deheman

"Eh tadi lo liat Rey ga dikoridor depan fakultas kita?"

"Liat. Bareng gue tadi kenapa?"

"What? Dia lagi lompat-lompat kaya monyet nemu pohon pisang" adu Putri

Lala hanya menanggapinya dengan senyum geli. Rey emang tak terduga kaya hujan. "Emang kenapa sih,La?" Lanjutnya bertanya.

"Nanti gue cerita"

Setelah itu dosen masuk dan mereka melanjutkan kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

♡♡♡♡

"Cabut yuk, gue traktir" ucap Rey

"Tumben lo dateng-dateng mau traktir kita" ujar Budi.

"5 menit lagi dosen kita datang, Rey" ucap Dyka kalem seperti biasa

"Udah kali ini aja kita bolos"

"Minggu lalu juga lo bilang gitu, Rey" celetuk Budi.

"Ada yang mau gue omongin ke kalian berdua"

"Yaudah kuy" Budi dengan semangat 45 nya pun beranjak dari tempat duduknya

Dyka hanya menghela napas berat dan mengikuti langkah teman-temannya menuju parkiran. Dia sering bolos demi Rey dan Budi. Mereka sudah berteman lama bahkan sudah sedari kecil. Bermula dari pertemanan Mama mereka dan sekarang berlanjut kepada anak-anaknya. Kata Budi pertemanan mereka turun-temurun.

Disinilah mereka sekarang di warung biasa tempat mereka nongkrong yang tak jauh dari area kampus mereka.

Mereka memang tergolong dari keluarga yang berkecukupan, bahkan mungkin berlebihan. Namun, mereka tak pernah malu nongkrong di tempat-tempat umum seperti sekarang menurut mereka yang kaya adalah orang tuanya sementara mereka sendiri masih tak punya apa-apa sebab belum bekerja.

"Bu ida!! Yuhuuuu nasi campur 3 seperti biasa ya, Bu" Teriak Budi.

"Siap, Komandan" sahut Bu Ida pemilik warung yang memang sudah akrab dengan Rey dan kawan-kawan. Merekapun duduk dikursi yang disediakan

"Lo mau ngemeng apa, Rey" tanya Budi sembari menyomot gorengan dimeja.

"Gue... kayanya gue jatuh cinta sama Lala"

"Udah tau!!" Serempak Budi dan Dyka menyahut

"Kalian tau kan Lala orangnya gimana?" Ucap Rey membayangkan Lala "Gue minta kesempatan ke dia buat deket lebih dalam lagi" lanjut Rey

"APA?!" teriak Budi dan Dyka

"Ck. Lo ngapain ikutin gue mulu sih, Dyk. Kreatif dikit dong" gerutu Budi.

Dyka tak menghiraukan gerutuan Budi, "Lo serius, Rey? Terus Lala jawab apaan? Lo ditolak?" Tanya Dyka beruntun.

Rey tersenyum bahagia "Lala setuju. Gue dikasih 1 kesempatan" ucapnya.

Dyka dan Budi melongo tak percaya. Seorang Lala yang ketus dan cueknya naujubillah. Memberi Rey kesempatan, menurut mereka itu adalah suatu keajaiban yang patut dilestarikan.

🐝🐝🐝🐝

Aku, Kamu dan Cinta Itu [SUDAH TERBIT] Where stories live. Discover now