I Fall in the Autumn[End]

562 41 9
                                    

Aku hanya bisa melihat ke arah luar jendela kereta. Pandanganku yang menerawang jauh ke arah jajaran pohon-pohon yang hendak berganti warna daunnya. Di pangkuanku masih kuletakkan sebuah foto yang kudapat dari Naoki, tepat sebelum aku menaiki kereta ini.

Foto Naoki bersama dengan seorang laki-laki. Berdua menggenggam papan kertas bertuliskan nama mereka dalam kanji. 直樹 adalah kanji yang dipegang Naoki. Dan 直矢 adalah kanji yang dipegang oleh laki-laki itu. Aku mengenal kanjinya. Itu adalah kanji yang tertulis dalam surat yang kuterima.

Tapi aku tak pernah mengenalnya sebagai sosok bernama Naoki. Tidak pernah terlintas sekalipun.

"Namanya bukan Naoki, Em.", kata Naoki masih dengan mengganggam lenganku, menahanku untuk tidak masuk ke beranjak ke dalam kereta.

"Eh?" 

"Tentang orang yang ada di masa lalumu. Itu bukan aku. Itu bukan Naoki. Kamu salah."

Aku mematung seketika. 

Tidak mungkin!

Tidak mungkin aku salah!

Selama ini, lebih dari 20 tahun lamanya.

Aku masih mengamati foto pemberian Naoki. Tertulis sebuah alamat disana. Haruskah aku menemuinya sekarang juga?

"Aku ingin menyampaikan ini", kata Naoki sambil menyodorkan foto itu padaku. 

Dunia seakan berputar dalam kepalaku. Tuhan seperti sedang bermain-main dengan hatiku.

"Satu alasan mengapa aku sempat kecewa, adalah saat aku mengetahui bahwa kamu jatuh cinta bukan pada sosok Naoki ini", katanya sambil menaruh tangan didadanya, "tapi kamu jatuh cinta pada yang kamu sebut sebagai Naoki-mu di masa lalu. Dan sayangnya, itu bukan aku."

Tidak Naoki, tidak. 

Memang aku mencari sosoknya, namun bukan berarti saat itu aku salah menaruh hati. Aku pastikan, aku menyukaimu karena kamulah yang ada di depan mataku, kamu yang ada di hari-hariku. Kamu, sosok yang aku lihat dengan mataku, yang menggetarkan hatiku waktu itu. Bukan orang yang ada di foto ini.

"Tapi, itu sudah berlalu, Emi. Aku tidak mau kita masih terlarut dalam beban masa lalu. Temui dia. Aku tau dia ingin sekali berbicara tentang hal yang sama padamu, namun dia terlalu takut."

"Kenapa?"

"Karena baginya, hatimu ada untuk aku. Dan dia tidak mau membuatmu patah hati hanya karena keegoisannya. Padahal, justru aku yang egois, jika aku tetap mendekatimu."

"Naoki......."

"Aku akan sangat bahagia jika kamu bersamanya, Em", katanya sambil tersenyum dan mendorongku masuk ke dalam kereta.

"Sampaikan salamku untuknya. Kita ketemu lagi kalau kamu berkunjung ke Tsukuba ya, Em. Sayonara...."

Pintu kereta tertutup. Dan aku masih memandang Naoki yang melambaikan tangan dengan senyumannya. 

Lamunanku tersadar seketika pintu kereta terbuka. Aku melangkah keluar stasiun dengan hati yang sesak dan isi kepala yang penuh tanda tanya.

Aku segera mengambil bus menuju ke alamat yang tertera di belakang foto itu. Tanpa aku tahu aku harus berbuat apa bila bertemu dengannya.

Haruskah aku bersikap biasa? Atau memeluknya? Atau bagaimana?

Di pemberhentian bus, aku menahan langkahku. Tepatkah yang aku lakukan? Sebentar lagi akan sampai di alamatnya. Tempat orang yang selama ini aku cari. Orang yang kupikir bernama Naoki, yang menjadi cinta pertamaku. 

Wangi bunga Osmantus yang sejak dua minggu lalu mekar pun masih mewangi meski sedikit pudar. Daun sakura mulai berguguran, dan daun momiji sudah mulai memerah. Aku berjalan perlahan dengan masih memegangi foto itu.

I Fall in the Autumn (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang