I Fall in the Autumn Part 3

341 40 30
                                    

Masa-masa ujian kenaikan kelas berlangsung dengan tenang. Seusai ujian, selama satu minggu ada masa dimana para murid bebas dari kegiatan belajar mengajar. Masa ini biasanya digunakan untuk kompetisi pertandingan olahraga antar sekolah. Seperti yang SMA ini lakukan tiap tahun. Dan pagi ini, adalah awal dari pertandingan pertama kompetisi basket antar SMA sekota ini.

Aku melangkahkan kakiku seperti biasa dari parkiran sepeda. Mataku tertuju ke dinding pengumuman sekolah. Biasanya nilai ujian akan terpampang di papan ini. Rupanya hari ini belum dipasang. Aku sebenarnya agak khawatir dengan nilaiku. Aku pun masih bingung dengan pilihan jurusan nanti. Aku tak mahir dalam menghitung matematika, tapi aku juga selalu jeblok di urusan geografi dan ekonomi. Apa aku ambil sastra? Ah, tapi aku tak sepuitis itu.

"Haaaaaaaahhhh....", aku merarik nafas panjang dan duduk di tepi lapangan basket. Kulihat beberapa tim basket dari kelas 2 sudah melakukan pemanasan. Tiba-tiba saja sebuah tangan menutup mataku. Aku terkejut dan secara reflek melakukan pukulan ke belakang melalui siku ku.

" Wow...wow....kalem Em..kalem" teriak si pemilik tangan sambil melepas tangannya dari mataku. Aku mengenali suara itu, Deni, teman mainku saat kecil.

" Ngapain disini??? " Tanyaku heran

" Hari ini jadwal tanding sekolah kita tau, tapi kayaknya aku kepagian. Kata teman-teman mainnya jam 9, mereka berangkat dari sekolah jam 8, tapi males ke sekolah dulu, ya udah kesini langsung aja. Sekalian liat persiapan tim lawan. eh..ketemu ratu mujaer hahaha "

" Haaaaah, kalah juga ntar pasti" jawabku sinis sembari dibalas dengan jitakan kecil di kepalaku.

Deni satu tahun lebih tua dariku. Dia sempat mengenyam SD dari kelas 4 hingga lulus SMP di kota sebelah mengikuti tugas ayahnya yang jadi tentara. Kemudian dia kembali ke kota ini meneruskan ke SMK terbaik di kota ini. Teknik mesin adalah jurusan yang dia pilih. Tapi aku tak pernah memanggilnya dengan sebutan kak, hanya nama, seperti waktu kami kecil. Dia selalu menyebutku dengan panggilan ratu mujaer karena kegemaranku mengejar Deni, Satria dan kawan-kawannya saat hendak mencuri ikan mujaer yang bapak sebar di sawah.

"Hoi hoi jangan bikin aku cemburu ya kalian!! "

Tiba-tiba kami dikejutkan dengan suara renyah yang sudah kami kenal benar. Kami menengok, dan nampak si pemilik suara itu menggendong bola basket di tangan kanan sembari tangan kiri berkacak pinggang.

" Wohooo satria, siap-siap untuk kalah kau hari ini " tantang Deni, " hari ini sang ratu pasti berpihak padaku" katanya sambil menarrangkulkan tangannya ke pundakku.

" Esh esh, siapa bilang tuan visitor?? Dia akan berpihak pada sekolahnya " Kata Satria sambil menarik tanganku.

" Kamu cemburu??? Karena dia akan memihakku?? " kata Deni sembari menarik tanganku ke tempatnya.

Aku mulai jengah dengan kelakuan dua sahabatku ini, tanganku sudah mulai sakit.

" Diam!! Sakit tau ah " kataku sedikit ngambek. Mereka berdua malah tertawa.

" Gini aja deh ya, siapa yang kalah, harus traktir yang menang plus aku, gimana?? " Tantangku dengan pose centil.

" Yah enak di kamu donk ", protes Satria disetujui oleh Deni.

" Gak mau ya udah ", kataku sambil berjalan ke arah kelasku

" Iya deeeh nyonya ratu...apapun akan kami lakukan untuk kamu " kata Deni sambil memperagakan pose pelayan kerajaan.

" Cafe Ruoka ya " kataku sambil mengulum senyum licik.

" Haaaaaaah?? Mahaaaaaallll " protes mereka berdua

I Fall in the Autumn (Completed)Where stories live. Discover now