I Fall in the Autumn Part 13

245 32 0
                                    

"Kapan ke Tokyo, Em?", tanya Adrian di sela-sela membantuku mengedit poster di kamarnya.

"Acara tanggal 6, tapi pak Rafi mau berangkat tanggal 5 naik bus supaya murah. Kayaknya aku ikut bareng bapak deh,", sahutku tanpa melihatnya dan masih terfokus dengan materi posterku.

"Tanggal 3, 4, 5 kan libur Golden Week tuh. Ke Ashikaga yuk?" ajaknya seraya menoleh. Sesaat jantungku kembali terpukul, kemudian menahan nafas akibat dia hanya berkisar 5 cm dari depan wajahku.

"Ta..tapi posterku harus jadi sebelum itu, donk"

"Gapapa, nanti kalo fokusin ke materinya dulu, besok malam kukebut posternya. Lusa kamu kirim ke sensei. Kalau sensei OK, langsung aja di print, nanti kuantar ke office. Jadi tanggal 2 udah beres, jalan kita" Kata Adrian mantab. 

Tanpa menunggu persetujuan dariku, segera membuka laptopnya dan mencari hotel dari situs travel yang dia punya sendiri. 

"Em, ada nih hotel murah di Tokyo. Kita berangkat dari sini tanggal 3 ya, pakai shinkanzen ke Tokyo, kita jalan sehari, terus Nanti kita berangkat dari Tokyo aja pagi-pagi aja kesananya,"

"Eh, aku ga ada duit, ini aja mau naik bus karena biar murah daripada shinkanzen,"

"Kamu tu disini cuma 6 bulan, terus jarang banget liburan juga. Masak liburan cuma ke Tsurumai sama muterin Nagoya terus, ga asik ah. Kali ini, biar aku traktir ya. Kamu harus ke Ashikaga pokoknya."

"Tapi...", 

"Em..., ijinkan aku kasih kamu hadiah kecil, anggap aja hadiah ulang tahunmu yang terlewat hampir sepuluh tahun ini, dirapel jadi satu, aku ga pernah ngasih kamu apa-apa selama kita kenal. Aku juga ga pernah bisa seperti Satria yang 24 jam selalu ada buat kamu, please...", Adrian menatapku dalam, ada kesungguhan dan permohonan yang sangat dari matanya. Aku tak kuasa untuk menolaknya. Tak pernah terlihat dimataku Adrian bersikap seperti ini. Dan jantungku masih saya terasa terpukul-pukul.

Tak ada kata lain selain mengiyakan permintaan Adrian. Sungguh hal ini membuat jantung berdetak kencang dan keras. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan perasaan yang bergejolak. Senang, gugup, takut, penasaran, semua menjadi satu hingga mengganggu konsentrasiku mengedit materi poster. Akhirnya aku meminta ijin untuk kembali ke kamar dengan alasan sudah lelah dan mengantuk. Adrian mengantarku sampai ke depan pintu seraya mengingatkan untuk membawa keperluan apa saja untuk trip kecil kami selanjutnya. 

"Adrian bilang gitu?", tanya Satria yang penasaran melalui telepon, begitu sampai di kamar. Sengaja kumatikan lampu, dan berbicara dengan suara pelan agak Adrian tidak mendengar percakapan kami dari sebelah.

"Aku ga pernah tahu isi hati Adrian si, tapi sejak putus dari Emily pas SMP itu dia ga pernah pacaran lagi. Ada sih Emily yang sempet ngejar waktu kita latihan basket pas kelas 1, tapi tegas banget dia kalo ga mau balikan ya ga mau. Emily nangis, terus udah deh ga pernah lagi gangguin. Pas kita sekelas itu, sama sekali ga pernah dengar dia ngomongin soal cewek. Yang ada aku, Em yang ngomongin.

"Heh! Kamu ngomongin cewek? Koq aku ga pernah tau?"

"Yakali ngomong sama kamu, bisa digebhug (dipukul), aku. Aku cowok normal, Em", kelakar Satria di seberang.

"Dasar mujaer", dungusku kesal.

"Ya, pergi aja Em. Aku ga tau Adrian ngajak pergi tu karena emang dia suka kamu, atau cuma karena kalian temenan lama, atau karena kamu sahabatku, jadi dia merasa kayak punya tanggungjawab untuk membahagiakanmu selama disana. Tapi, apapun itu, you always have my back, Em. Kalo ada apa-apa tinggal telepon aku kayak biasanya.", kata Satria mencoba menenangkan gejolak perasaanku. 

"Ga akan ada apa-apa juga, Sat. Adrian orangnya baik."

"Bukan itu maksud aku, Ashikaga itu ada taman bunga Wisteria yang cantik banget lho, Em. Ini aku barusan browsing. Gila ni aku mau lah nembak Sekar disini. Ni, ni, ada lorong panjang dari bunganya warna ungu, putih sama pink. Baunya manis, kata banyak reviewers. Gila, ini mah fix banget tempat yang sempurna untuk beromantisan."

I Fall in the Autumn (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang