19. The Oath

473K 51.5K 104K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading ♡


"Kenapa kamu tak juga kembali ke Dubai?" 

Wanita cantik itu hanya melengos malas mendengar pertanyaan yang selalu ia dengar setiap pagi dari bibir Sang Profesor, dia diam saja, memilih untuk acuh tak acuh, kemudian menggelung rambut panjangnya sendiri. 

Irene, dia baru saja bangun tidur dan dihadang oleh Na Jaemin saat keluar dari kamar. 

"Bae Irene," panggil pria itu. 

Merasa kesal, akhirnya wanita itu berbalik. "Aku baru akan balik kalau kamu udah memenuhi tanggung jawabmu," ketusnya, kemudian berjalan ke belakang, menuju kitchen bar di dapur. Jaemin mengikutinya dari belakang. "Aku udah berkali-kali bilang, jangan sok lupa," lanjut Irene, mengambil sampanye dan botol Chateau Margaux 1787. 

"Dan saya sudah berkali-kali bilang jangan meminum anggur," sela Jaemin, meraih botol wine mewah tersebut.

"Apa sih!" sayangnya pun Irene segera menepis tangan itu dengan cepat. 

Jaemin pasrah, laki-laki itu hanya menghela napas sambil menatap tunangannya yang kini menuang wine itu ke dalam gelas sampanye. Mungkin benar dirinya keras kepala, tapi Irene jauh lebih keras kepala darinya. 

"Jadi... kapan?" Tanya Jaemin akhirnya, menatap wanita cantik dalam balutan bathrobe merah sutra tersebut. 

"Lusa." 

"Tidak bisa." 

Irene mengernyit, "kenapa?" 

"Saya harus memenuhi suatu undangan di Universitas." 

Beberapa saat ketika menyadari maksud dibalik kalimat Jaemin, Irene mendecih, dia meletakkan sampanye kaca miliknya keatas bar. "Sekarang emang prioritasmu si bocah nggak tau sopan santun itu," 

"Tentu saja, dia calon istri saya." Datar Si Profesor.

"Ya yaa terserah," Irene mengangkat bahu, masa bodoh dengan Sang Profesor beserta hal bodoh yang Irene sebut 'kebucinan tingkat tinggi' itu. 

"Karena itu saya tidak bisa ke Dubai lusa." 

"Aku nggak mau tau, Jaemin. Kamu harus ketemu ayahku lusa dan selesein semuanya!" Irene menatap tajam, dia nyaris saja membanting gelas itu ke wajah Na Jaemin saking kesalnya. 

"Lee Jeha lebih penㅡ"

"Tuan." 

Kedua orang itu menoleh ditengah perdebatan mereka ketika ada bias suara lain yang menyela. Suara laki-laki, dia memanggil Sang Tuan rumah. Didapatinya orang kepercayaannya itu tengah berdiri tak jauh, baru saja datang entah darimana. Pagi-pagi begini dia sudah rapi. 

[✔] 2. After DEAR JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang