Babak Dua: Pintu masuk ke masa lalu

Start from the beginning
                                    

"Hei—" panggilki tetapi terhenti begitu saja.

"Nona Justin Langford." Seru seseorang suster yang memotong perkataanku.

Perempuan dan lelaki itu langsung berdiri dari kursi. Mereka berjalan bersama menuju sebuah ruangan di mana terdapat seorang perawat yang berdiri di depan pintu masuknya. Lelaki itu sempat menoleh ke arah diriku sekilas dan kemudian mereka menghilang di balik pintu berwarna coklat itu.

"Devonna Lawrance." Seru seorang perawat yang keluar dari ruangan pemeriksaan. Aku segera berdiri dari tempatku."Silahkan masuk, Dokter Andrew sudah menunggumu di dalam." Ucapnya dengan senyuman.

Aku melangkahkan kakiku memuju ruangan Dokter Andrew, terdengar suara pintu yang baru saja tertutup di belakangku. Dokter Amdrew todak berubah sama sekali, dia tetap dokter yang sama yang aku temui lima tahun yang lalu.

"Devonna." Ucap Dokter Andrew dengan nada yang begitu bersahabat. "Sudah lama kita tidak bertemu." Jelasnya dengan senyuman. Dia mendorong kursi kerjanya mendekati meja.

Mataku melihat Dokter Andrew, kini aku bisa lebih jelas melihat beberapa perbedaan dirinya. Rambutnya terlihat memutih di beberapa bagian. Kultinya juga memjlai berkeriput, serta ka tjng mata yang membesar di bawah matanya itu.

Dokter Andrew merupakan dokter pribadiku. Semua itu bisa terjadi karena aku telah menghabiskan banyak waktuku bersamanya, bahkan mungkin bisa dikatakan lebih banyak dibandingkan bersama dengan ayahku. Ketika kami pertama bertemu, Dokter Andrew terlihat begitu muda. Kalian mungkin bisa bilang bahwa aku masih cukup kecil mengingat apa yang terjadi, tetapi nyatanya aku hampir ingat dengan kehidupan masa kecilku yang aku habiskan di sini daripada bermain di luar seperti anak normal lainnya. Aku ingat banyak sekali perawat perempuan yang selalu menempel dengan dirinya. Seakan dia adalah Ryan untuk rumah sakit ini.

Walau Dokter Andrew sudah bisa dikatakan menjadi pemeran pengganti ayahku selama aku tinggal di sini, tetapi bagiku dia adalah saudara lelaki yang tak pernah aku miliki. Terkadang jika ayahku datang untuk menjengukku dan dia langsung disambut dengan kabar buruk, orang pertama.yang akan diluapi oleh kemarahannya adalah Dokter Andrew. Aku tahu itu karena Dokter Andrew sering curhat kepadaku selagi dia mengajakku main playstasion yang sebenarnya saat itu aku tidak boleh memainkannya, tetapi menurutnya aku berhak mendapatkan hadiah setelah lusinan pemgobatan serta terapi yang aku jalani. Maka dari itu, dia melonggarkan beberapa aturan ketat yang diberikan oleh rumah sakit untuk diriku.

Tetapi yang lebih baik dari itu semua,

Aku merupakan pasien pertama yang dapat ia sembuhkan di tahun pertamanya menjadi seorang dokter.

Aku segera duduk di bangku yang baru saja aku tarik dari depan meja kerjanya. "Sudah lama sekali dan rasanya, sudah sangat berbeda sejak terakhir kali aku ada di sini."

Dokter Andrew tertawa. "Ya... ada beberapa perubahan dari rumah sakit dan juga tentnunya aku menata ulang ruang kerjaku setelah ayahmu menceramahiku panjang lebar tentang tata interior kepadaku." Jelasnya kemudia dia tertawa.

"Sepertinya ayahku tidak membiarkan orang lain luput dari cermaha aristeknya." Balasku.

Dokter Andrew tersenyum. "Lalu mengapa kau ada di sini Devonna?" Tanya Dokter Andrew.

Aku hanya terdiam, melihat dirinya dengan perasa binggung bercampur khawatir.  Tapi aku audah membulatkan tekadku, apapun jawabannya aku siap. Aku menarik.nafas perlahan dan menatap Dokter Andrew dengan serius.

"Sudah hampir memasuki dua bulan aku selalu merasakan sakit kepala. Terkadang tidak begitu sakit dan terkadang rasa sakitnya seperti Rick yang memukul kepala Zombie menggunakan tongkat baseball hingga otak mereka berceceran di aspal panas dan dalam beberapa keadaan tertentu aku mimisan... sangat banyak." Jelasku.

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Where stories live. Discover now