Part-47

1.5K 229 68
                                    

"Kau benar-benar membuatku kesal. Kenapa kau menyembunyikan masalah sebesar ini kepadaku? Akhhhh", Ia berteriak tidak karuan. Setelah tragedi tadi, Tzuyu yang sudah meninggal, kini dibawah ke kediamannya. Jungkook yang masih marah tentang itu, tidak ikut serta membawanya dan menahan Taehyung untuk menjelaskan semuanya.

"Kau menyalahkanku? Kau sendiri yang terlalu bodoh. Jihyo sangat mencintaimu tapi kau terlalu larut dengan apa yang kau lakukan itu. Kau seharusnya bisa membuatnya bahagia, Kook. Tapi ini? Kau membuatnya kehilangan semuanya." Jelas Taehyung.

"Kau benar. Aku memang terlahir bodoh, dan aku tidak mau mengulanginya lagi. Aku ingin membawa Jihyo kembali lagi" Ucapnya. Ia menelepon nomor ponsel Jihyo, seraya berharap agar wanita itu mengangkatnya.

Taehyung tersenyum miris. "Nomornya tidak aktif. Pasti ia sudah menggantinya dengan yang baru" Ucap Taehyung yang memang benar. Sudah beberapa kali, ia menelepon kenomor tersebut dan hanya suara operator yang terus terdengar yang mengatakan Nomor yang anda tuju, tidak dapat dihubungi.

"Kau coba telepon nomor Chan. Siapa tahu ia tahu sesuatu tentang Jihyo," Taehyung menyuruh Jungkook untuk melakukan apa yang ada dipikirannya. Entah kenapa, Taehyung lebih pintar kali ini.

Mendengar itu, ia pun melaksanakannya dan akhirnya tersambung. "Halo, Chan. Apakah kau tahu--"

"Dengan Manager Park Chanyeol, ini siapa?" Ucap diseberang.

"Eh, Aku Jungkook. Apakah aku bisa berbicara dengannya?"

"Maaf, Tuan. Chanyeol sedang berada dibandara untuk menuju ke Hongkong. Apakah anda memiliki urusan penting dengannya? Aku akan menyampaikannya nanti"

"Eh, dia pergi sendiri? Atau bagaimana?" Tanya Jungkook lagi yang seakan berharap agar bisa membawa Jihyo kembali lagi.

"Mm...dia sendiri. Bahkan apartemennya akan ia sewakan kepada orang lain. Apakah Tuan ingin menyewanya?"

"Tidak, terima kasih" Jungkook memutuskan sambungannya. Ia seketika lemas dan putus asa. Disaat ia sudah mengetahui sebenarnya, Tuhan malah memisahkan dia dengan orang terkasihnya.

"Bagaimana? Jihyo bersama Chan?" Tanya Taehyung. Dengan lesuh Jungkook mengeleng .

Ia memejamkan matanya. "Aku sama sekali tidak mengetahui keberadaannya" Kali ini tanpa aba-aba, titik air mata dari seorang pria yang selalu ceria dan penuh misteri kini tumpah begitu saja. Ia frustasi dan tidak tahu berbuat apa-apa.

"Hei, kau harus semangat. Aku akan mendukung dan membantumu mencarinya. Dia akan bersamamu, jadi tenanglah." Taehyung menepuk pelan bahu adiknya.

"Kenapa kau mau membantuku?" Tanya Jungkook tanpa menatap mata Kakaknya.

Taehyung menghela pelan. "Karena kalian berdua adalah adikku serta aku sudah berjanji dengan Rose, untuk menyatukan kalian. Aku memang pernah menjalin kasih dengannya, Tapi itu dulu dan sekarang aku menganggapnya sebagai adikku, sama halnya denganmu." Jawab Taehyung. Jungkook semakin menangis mendengar ucapan dari seorang pria yang tidak pernah ia anggap keberadaannya.

"Maafkan, aku..." Jungkook memeluk Taehyung dan Taehyung pun membalasnya.

"Maafkan aku, selama ini..." lanjutnya.

"Kau santai saja. Kita saudara dan aku memakluminya" Ucap Taehyung.

●○●

Malam kian larut, mengantikkan cerahnya sore yang menyejukkan. Seorang pria tingginya bak tiang sedang menelepon seseorang diseberang dengan menyanderkan tangannya didinding.

"Aku sudah sampai. Kapan kau akan ke Hongkong?" Ucapnya pada lawan bicaranya ditelepon.

"Lusa aku akan kesana. Ada hal yang harus kuurus disini, dan sekarang kau dimana?" Balasnya.

"Masih dibandara menunggu jemputan. Lama sekali suruhan Jackson itu." Jawabnya. "Aku matikan dulu--"

"Tunggu! Tadi ada seorang pria yang menelepon dengan nomor ini. Kalau tidak salah namanya Ju-jung kook, iya! Jungkook." 

Jungkook? Tanya Chan pada dirinya.

"Apa yang ia katakan?"

"Tidak penting! Dia hanya bertanya tentang keberadaanmu serta sama siapa kau kesana,"

"Terus? Kau jawab apa?"

"Aku hanya bilang, kau berada di Hongkong dan kau hanya pergi sendirian. Yah, sesuai dengan ucapanmu saat menitipkan ponselmu ini kepadaku." Jawabnya yang mengembangkan sebuah senyuman dibibir seorang Park Chanyeol.

"Syukurlah. Kita sudahi dulu percakapannya! Mobilnya sudah datang dan sampai bertemu lusa di Hongkong" Ia langsung mematikan ponselnya. Bukan karena mobilnya datang atau apa, melainkan Jihyo datang dan duduk disebuah deretan kursi dimana itu tepat disamping Chan. Chan memasukkan ponselnya kedalam sakunya dan bersiul sambil mendudukkan dirinya disamping adik sepupunya itu.

"Kau menelepon dengan siapa?" Tanya Jihyo sambil menyeruput air mineral.

"Tidak penting. Hanya managerku" Ucap Chan yang mendapat anggukan darinya.

"Dimana mobilnya? Aku sangat lelah. Aku ingin segera tidur." Ucap Jihyo yang mengedarkan pandangannya dan tidak melihat apapun. Tidak mungkin mereka akan bermalam di bandara ini.

"Tunggu saja," Santainya. "Dan itu dia" Chan menunjuk mobil berwarna hitam yang kemudian ia mendorong sebuah troli dimana ada beberapa koper disana.

Jihyo mengikuti Chan dan membantunya mendorong troli itu.

Krep!

Semua koper sudah masuk didalam bagasi. Koper Jihyo hanya satu, tetapi Koper Chan yang terlalu banyak. Bahkan ia membawa dua gitar kesayangannya sekaligus yang ditambah dengan dua koper yang berisi pakaian yang akan ia kenakan selama ia berada di Hongkong.

"Chan, Aku gugup." Ucap Jihyo saat mereka sudah berada didalam mobil yang sedang melaju.

Chan mengeryitkan dahinya. "Gugup kenapa? Tentang karirmu?" Tanyanya.

"Bisa dibilang iya." Jawabnya.

Chan hanya tertawa renyah namun tidak menghilangkan kesan ketampanannya. "Kenapa kau harus gugup? Sudah kukatakan bukan, tidak masalah jika kau berkarir dalam keadaan hamil. Kaukan sudah menikah jadi wajar walaupun kandas. Tapi itu lebih baik, daripada kau hamil diluar nikah. Itu malah membuatmu mendapat hujatan" Bijak Chan.

Jihyo tersenyum simpul. "Benar." Ujarnya.

"Jihyo, apakah kau masih mencintai pecundang itu?" Tanya Chan. Mereka berdua larut dalam obrolan sehingga tidak memperdulikan jika seorang supir sedang berada diantara mereka didalam mobil.

"Pecundang? Jungkook?"

Chan mengangguk.

"Dia bukan pecundang, dia memiliki nama dan namanya adalah Jungkook." Ucap Jihyo yang terlihat kesal akan mendengar nama pecundang.

Terlihat raut tidak peduli yang terpancar. "Aku tidak peduli dan aku harap kau melupakannya. Aku memang hanya sebatas sepupu, tapi kau sudah kuanggap sebagai adikku. Jadi, jika kau menganggapku sebagai kakakmu?  Aku ingin kau lupakan dia dan jangan berhubungan lagi dengannya. Aku hanya tidak ingin kau terluka dan sakit hati." Jelas Chan.

Jihyo menatap Chan dengan aneh. Aneh karena ia membahas masalah ini, sebab Chan itu tipe pria tidak peduli dengan sekitarnya dan hanya mengikuti alur takdirnya dan itu bermula saat orang yang sangat ia cintai tiada.

Jihyo tidak ingin menambah rasa kesedihan diwajah pria yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya. Dianggukan kepalanya sambil tersenyum penuh arti.

"Aku janji," Ujarnya.

Dipeluknya tubuh kekar Chan yang sontak mendapat balasan darinya. "Aku akan menjagamu dan bayi yang kau kandung. Tidak ada seorang pun yang boleh membuatmu menangis sekali itupun aku sendiri" Ucapnya pelan.

"Aku tidak bisa berjanji Chan. Sebab Jungkook selalu berbekas didalam hatiku. Maafkan aku..." batinnya.

Mereka melepas pelukan singkat nan bermakna itu. "Chan!"

"Mmm?"

"Bagaimana jika aku memakai nama kecilku? Aku tidak ingin menggunakan nama asliku" Ujarnya.

"Terserah kau, Jisoo." balas Chan dan disinilah Nama dari Kim Jihyo atau Park Jihyo, berubah menjadi Jisoo.

LOVE F.O.R YOU [Complete]Where stories live. Discover now