44. I Love You, Always

Start from the beginning
                                    

Yah, dia memang seminggu dua tiga kali kemari sih. Apa lagi, setelah aku mengandung. Dia menjadi lebih sering kemari. Tak tega katanya membiarkan aku sendiri. Padahal, aku dirumah pun sudah tidak beraktifitas apa-apa. Anka memang setiap hari keluar hingga petang mengurus hewan, hanya siang dia kembali ke rumah untuk makan bersamaku. Namun, seluruh urusan rumah sudah ada bibi dan Pak Purno yang mengatasi.

“Aku langsung pulang, ya?”

“Yah, Taaaa. Kan ini udah mau maghrib sih. Udah sore, kamu capek. Tidur sini aja doooong.”

“Besok aku ada meeting di kantor jam delapan, Na.”

“Mbak Ta pulang besok ajaaaa. Kita nonton bareng malem ini!” Anka pun ikut membantuku meyakinkan Khata untuk pulang esok hari. Wajah Khata semakin bingung.

Aku mengambil tangan Khata kemudian menempelkannya pada perutku yang buncit.

“Tuh, Metta Sutta Junior juga pengen kamu pulangnya besok.”

“Ah sial kamu Kirana, tau aja kartu AS-ku.” Dia kemudian mencium perutku dan menempelkan telinganya.

“Yaudah kalo gitu, aku mau mandi.” Kata dia setelah selesai mendengarkan bayi dalam kandunganku.

Setelah tiga puluh menit, Khata kemudian keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama yang berwarna biru dongker sama seperti punyaku dan Anka. Dia kemudian menelpon kakek untuk mengabari akan pulang besok pagi.

“Bibi masak apa nih Na buat makan malem?”

“Uhmmm, kayaknya sih belum masak. Tadi bibi kan bilang mau ke apotek.”

“Hmm, mau aku masakin nggak?”

“Mbak Ta, bikinkan ramen susu keju dooong.” Kata Anka manja ke kakaknya yang sedang memakai apron. Dia sexy sekali memakai apron seperti itu. Hahaha

“Eh? Tapi bukan ramen instan ya? Biar aku bikin sendiri bumbunya. Anka bantuin aku yuk? Biar Rana duduk aja.”

“Siaaaap! Rana sayang duduk aja ya! Aku sama mbak Ta yang masak.” Aku tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Biarlah, biar aku duduk di seberang melihat mereka yang memasak dengan lucunya.

Anka tak henti-hentinya membuat banyak kesalahan, namun Khata dengan sabar membereskan kekacauan di dapur ini. Meski lama, ramen buatan Khata dan Anka akhirnya jadi juga. Sejak aku mengandung, Khata sangat memperhatikan makanan yang aku konsumsi. Dia sangat overprotective. Tidak ada lagi makanan instan. Yah, karena Anka juga tidak bisa makan-makanan seperti itu, maka aku pun lama-lama jadi terbiasa.

“Taraaaa. Ramen susu keju kesukaan Anka.”

“Hahaha. Kok gitu. Kan seharusya Ramen susu keju buatan Anka sama Mbak Ta.”

“Tapi kan emang kesukaan aku?”

“Ah, kalian. Terserah, aku udah laper. Makan yuk.”

Ramen ini sungguh mengingatkanku pada beberapa tahun silam di rumah Kirana di Depok. Dia memasakkanku ramen instan kala itu. Yah, aku rasa selain pemimpin perusahaan diam-diam dia juga jago sekali di dapur. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan dia? Dari Clement yang sudah suka sejak SD sampai om-om pemilik restaurant seafood terbesar di Jepang yang terpesona lihat dia. Hahaha.

Sayang sekali, Khata masih belum memilih siapa pun untuk berada di sampingnya. Eh, tunggu dulu. Sepertinya tanpa sadar pun dia sudah memilih. Hahaha.

“Anka, makannya dihabisin.”

“Aku kenyang.”

“Kan kesukaan kamu tadi bilangnya?”

“Tapi kenyang. Mbak Ta yang habisin ya?”

Magic In YouWhere stories live. Discover now