15. Sosok Setengah Dewa

517 63 9
                                    

Hari – 1

Khata Metta Sutta @KhataBerkata – 8 h
Karena kita pemuda punya tanggung jawab moral. Lebih dari huruf yang tertulis dan angka pembukti kantuk-kantuk tertunda.

Khata Metta Sutta @KhataBerkata – 8 h
Kitalah arti dalam rindu kemerdekaan.
Kitalah jiwa yang terpanggil ketika perubahan memanggil.
Kitalah bara negeri pemicu optimis.
Kitalah, pemuda.

Khata Metta Sutta @KhataBerkata – 8 h
Untuk Tuhan, negeri dan alamamater saya melangkah maju  #MenyambungBeda

“Keren banget si Khata! Ini dia beneran maju nyalon jadi ketua BEM, Na?” Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan Pauline. HA! Akhirnya kampanye calon ketua BEM kampusnya dimulai juga minggu ini. Dia, si muka dua. Cewek memuakkan yang menorehkan luka fisik dan batin padaku. 

Tidak ada kata maaf darinya, tidak sedetik pun aku mendapatkan kata terima kasih pula. Aku kembali berfikir apa memeluknya sampai dia bisa tertidur tenang itu salah? Sebenarnya apa kesalahanku padanya? Menyentuhnya? Separah itu kah hingga dia yang malamnya sudah memberi aku banyak lebam harus ia sakiti juga hatiku?

“Cewek pimpin BEM kampus besar kayak gitu? WOOOOW Bayanginnya aja sudah keren banget lah, apalagi beneran!” Pauline emang dari dulu sudah nge-fans sama Khata, jadi tak heran jika dia sesenang ini cewek idolanya itu mencalonkan diri menjadi ketua BEM.

Yang mengherankan, tiba-tiba ada ‘demam’ secara mendadak hari ini  semenjak pagi. Teman-teman kampus banyak yang sangat antusias mengikuti perkembangan pemilihan raya kampus milik cewek bertopeng manis itu. Belum pernah ditendang dan dipukuli sih mereka.

Butuh waktu seminggu untuk biru-biru di tangan dan perutku memudar. Malah hingga sekarang, bekas kena cakar kuku dia di leherku belum sembuh benar. Masih saja terlihat merah-merah, meski memang tak separah awal. Pulang dari rumah Khata, bibi kaget, dipikir aku habis di pukulin sama bunda di apartemennya seperti dulu. setelah aku menceritakan soal Khata, bibi mulai mengomel tak jelas. Sampai seharian masih saja terus mengomel. Baru ketika aku cerita selengkap-lengkapnya, bibi terdiam. Eh, justru setelah itu bibi malah terus menyuruhku telpon atau SMS Khata menanyakan bagaimana keadaannya. Yang benar saja, tentu aku tak mau! Sudah di pukuli, diusir, malah telpon dia.

Begitu masuk kuliah pun harus pakai lengan panjang untuk menutupi sebagian besar biru-biru di tangan. Gila, dipukuli bunda saja tak sampai seperti ini. Yang buat masalah hanyalah bekas cakarannya di leherku. Jika ada yang memperhatikan secara seksama, pasti sangat terlihat. Dan bodohnya, banyak yang memperhatikan bekas cakaran itu. Mereka pikir aku berpacaran di hotel dengan kasar, nice!

***

Hari – 2

“Rapat hari ini cukup sampai disini. Buat tugas masing-masing tolong diingat dan dikerjakan ya!” Stevan menutup rapat dengan kata-kata khasnya. Hari ini rapat selesai cukup cepat dari biasanya. Semua orang benar-benar menyimak, fokus pada apa yang kami bicarakan. Jarang sekali terjadi selama satu kepengurusan. Apa karena mau selesai ya masa jabatannya?

“Eh, lihat deh update di webnya #MenyambungBeda! Keren gila gagasannya! Van, ceritain dong si Khata itu orangnya gimana? Lo kan temen dia dulu.” Hendra mengalihkan pandangannya dari pad kemudian memandang Stevan.

“Hmmm. Kalo dia sih emang sudah kayak gitu otaknya dari dulu, Ndra. Mikirnya itu berat-berat kayak orang tua gitu. Tapi anaknya asik kok kalo diajak ngomong, ya kan lo tau sendiri lah dia gimana waktu kunjungan, supel banget. Itu tuh dia agak jaim kemarin, mungkin karena lagi nyambut tamu sebagai ketua BEM F.”

Magic In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang