23. Haters Gonna Hate

463 57 1
                                    

KHATA'S POV

Tatapan mata orang-orang tajam menghujam padaku. Bisikan halus saling mereka tukarkan. Ruangan kelas ini menjadi sangat asing, sangat tidak nyaman. Olive menyiapkan tempat duduk tepat di sebelahnya untukku, dan ke sanalah kakiku menuju.

“Liv, pada nggosip apa deh? Kayaknya serius banget.” Aku bertanya pada Olive sembari meletakkan tasku ke bangku. Muka Olive seketika pucat mendengar pertanyaanku.

“Ta, lo jago renang ya?”

“Hmm. Iya. Kenapa? Lo kan udah tau gue suka renang emang.”

“Nggak apa sih. Lo pernah nggak renang sama anak kampus?”

“Kalo ketemu nggak sengaja pernah, tapi kalo renang bareng nggak pernah kayaknya. Emang kenapa sih?”

“Foto lo pake baju renang nyebar dimana-mana. Sebenernya lo sexy abis sih pake baju renang item begitu, cuma ya lo tau kan gimana anak-anak kampus. Adanya malah lo banyak dikatain.”

“Anjir, seriusan? Foto kaya gimana? Siapa yang ngambil pula?”

“Hmm, nih lo liat sendiri aja ya. Komennya jangan diliat, puyeng ntar kepala lo.” Olive membuka salah satu akun sosial media di ponselnya kemudian menunjukkan layar ponsel itu padaku. Aku tersenyum pelan melihat fotoku di situ.

“Lah kenapa lo malah senyum?”

“Itu foto yang ngambil Haris waktu dulu liburan ke Bali bareng yang lo gue ajak nggak mau itu.”

“Terus, kenapa senyum?”

“Liv, itu pakaian renang model kneeskin udah tertutup ampe lutut ya. Menurut gue fine fine aja, toh gue pakenya emang buat renang, bukan buat pamer badan. Gue bisa bayangin deh pada ngomongin apa anak-anak. Hahaha”

“Nggak khawatir emang mereka pada ngatain lo?”

Haters gonna hate, Olive. Gue emang nggak suka itu foto nyebar. Tapi toh udah nyebar, jadi, yaudah.”

“Nggak berusaha kasih penjelasan apa kek?”

“Buat apa susah payah ngejelasin? They’re not gonna change their mind with my words.

“Terus? Lo biarin gitu aja? Lo kan Ketua BEM Ta.”

“Hey liv, itu bukan foto telanjang! Bahkan bukan bikini, astaga.”

“Yah, lo kan sopan banget kalo pake baju. Terus gimana kalo anak-anak kampus lain sampe lihat?”

“Yaudah bilang aja foto liburan.”

“Seriusan nggak mau jelasin?”

“Nggak usah dijelasin lewat kata-kata lah. Siapa lo itu nggak bisa dibuktikan dari kata-kata, tapi dari kelakuan. Nah, menurut lo gue anak yang suka pamer badan gitu gak?”

“Nggak. Sama sekali nggak. Gue aja nggak pernah lihat lo pake lengen pendek.”

“Yaudah, yang penting lo nggak ikutan judge gue aja itu udah cukup.”

Beberapa menit kemudian lelaki berambut tebal dengan kumis yang terawat rapi memasuki kelas. Pikiranku tidak dapat fokus dengan kuliah. Foto yang Olive tunjukkan tadi merupakan foto yang diambil Haris untuk jaminanku mau maju sebagai ketua BEM pusat. Walau sebenarnya ini merupakan masalah kecil, tapi tetap saja aku perlu menanyakan Haris bagaimana sampai foto itu tersebar. Masalah kecil yang mengganggu.

Sang rembulan membentuk bulat sempurna di atas sana malam ini. Kampus yang memiliki luas tanah 5000 hektar ini cukup mengerikan di malam hari. Meskipun lampu-lampu telah dinyalakan, sinar mereka masih kalah dengan bayang-bayang pepohonan.

Magic In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang