#30

6.2K 159 4
                                    

Reyhan:
Ana dengan tiba tiba pingsan. Gue panik sekarang. Dengan respon gue langsung menggendongnya dan membawanya turun. Papa yang melihat itu langsung saja bertanya tanya.

"Ana kenapa Rey?" tanya papa yang ikut panik saat melihat gue menggendong Ana.

"Gatau pa, dia tiba tiba aja pingsan. Sekarang Rey mau bawa ke ru.ah sakit dulu," kataku cepat.

"Papa kasih tau yang lain. Bawa aja ke rumah sakit dekat sini, nanti papa sama yang lain nyusul," kata papa yang hanya dibalas dengan anggukan gue.

Gu berjalan cepat keluar rumah. Gue langsung saja membawanya ke dalam mobil dan gue langsung saja menjalankan mobil ke jalanan.

Sesampainya di rumah sakit, para suster yang melihat langsung saja mengeluarkan brankar. Gue yang sudah panik berusaha untuk tetap tenang. Sekarang ini Ana sedang diperiksa dokter dan gue terpaksa menunggu diluar.

"Rey, Ana kenapa?" tanya mama Nita khawatir.

"Rey juga gatau ma. Dia tiba tiba aja pingsan," jawabku.

"Permisi," kata dokter yang baru saja keluar.

"Iya," kata kami serempak.

"Apakah pasien sudab menikah?" tanya dokter.

"Iya dok, ini suaminya," kata papaku sambil memegang bahuku.

"Saya katakan selamat, pasien sedang hamil. Mungkin dia kelelahan jadinya pingsan," kata dokter yang sudah membawa kabar bahagia.

"Rey, mama bakalan ada cucu," kata mamaku semangat.

Gue pun terkejut. Gue gak menyangka kalau Tuhan akan memberikan kami anak secepat ini.

"Rey, cepet amat lo. Gue aja belum nikah," kata Kak Aditya iri.

"Makanya cepet nikah kak," ledekku.

"Dasar adek laknat. Pake ngejekin kakaknya pula. Kembaran adek gue pas masih di rumah," kata Kak Aditya dengan sedikit curhatan.

"Hilih, kangen tuh sama adeknya," ledekku menambah kekangenannya.

"Udah ah kalian nih, jangan saling curhat disini," lerai mama Nita.

Kami hanya mengangguk mengerti. Gue rasa, sekarang gue sudah akrab dengan semuanya. Gue ngerasa bahwa gue merasa lebih dekat dengan keluarga keluarga gue.

"Kalian mau tetep diluar?" tanya papa yang sudah masuk ke dalam ruangan tempat Ana dirawat.

"Eh, nggak," kataku dan Kak Aditya bersamaan.

Kami masuk ke dalam. Terdapat Ana yang sedang terbaring sambil memejamkan matanya. Dia terasa sangat tenang. Tidakbada pergerakan sama sekali darinya.

"Setelah pasien siuman dia boleh pulang," ucap seorang suster yang ada di dalam. "Permisi."

"Baik," kataku sopan.

Kami mendekat ke kasur yang Ana pakai. Gue tidak menyangka bahwa akan menjadi orang tua dalam waktu sedekat ini.

"Selamat ya, Rey," ucap keluargaku dan Ana bersamaan.

Ana masih saja di alam bawah sadarnya. Dia belum membuka matanya sama sekali.

"Makasih semuanya," kataku sambil tersenyum.

"Kami pulang dulu deh, kamu jagain Ana ya," kata mama lalu mengajak yang lain.

"Iya, hati hati di jalan," kataku lalu kembali duduk di kursi yang telah disediakan di sebelah kasur Ana.

Gue menatap Ana yang masih saja memejamkan matanya. Gue selalu menunggu walaupun kantuk sudah menyerangku saat ini. Gue ingin saat Ana bangun gue masih menjaganya. Gue ingin orang yang dilihat saat Ana bangun adalah gue.

My Love [✔]Where stories live. Discover now