#20

6.2K 184 3
                                    

Author:
Nita panik, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Dokter bersama 2 orang suster masuk ke dalam UGD dengan terburu buru.

"Permisi," kata dokter.

Nita pun memberikan jalan untuk dokter tersebut lewat.

"Permisi, sebaiknya kalian keluar sebentar. Kami akan melakukan yang terbaik," ucap suster lalu mempersilakan mereka keluar.

Nita hanya mengangguk. Air matanya mulai turun yang sedari tadi terbendung di pelupuk matanya.

"Bryant kasih tau Reyhan gimana?" tanya Bryant tiba tiba.

"Jangan, biarkan saja ini menjadi rahasia kita. Sejak Ana di rumah sakit, Reyhan tidak pernah mencarinya. Mungkin ada alasan dibalik semua ini," jawab Nita sambil menangis. "Arti dari kecelakaan Ana, mungkin ada akibatnya."

"Tapi ma, Reyhan juga perlu tau kalau Ana masuk rumah sakit. Mama gak liat sekarang, Ana...," ucap Bryant tergantung.

Tentu saja Bryant tidak rela jika adik kesayangannya pergi begitu saja. Apa lagi sekarang ini, Nita tidak memperbolehkan Bryant untuk menelfon Reyhan.

Tiba tiba, dokter pun keluar dari UGD.

"Maaf, kami sudah melakukan sebisa mungkin. Jantung pasien masih bertedak, tetapi jika pasien tidak ada perkembangan, maaf kami tidak bisa menolongnya lagi," kata dokter tersebut. "Semuanya tergantung pada pasien. Kalian diperbolehkan untuk masuk."

Nita dan Bryant langsung saja masuk ke dalam. Ana masih saja terbaring lemah. Pendektor yang mendeteksi detak jantungnya berbunyi pelan. Nafasnya tidak lagi seperti dulu. Nafasnya berhembus pelan dibantu oleh alat pernafasan yang terpasang.

Nita kembali menangis. Bryant sudah tidak bisa lagi berkata apa apa. Yang mereka harapkan hanya satu, Ana haruslah selamat.

Reyhan:
4 hari lamanya gue gak ketemu sama Ana. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kantorku. Gue pun tersadar dari lamunan gue dari tadi. Gue menoleh ternyata orang itu adalah Dicky.

"Mau ngapain lo kesini?" bentak gue yang sudah tidak bisa menahan emosi gue selama ini.

"Gue cuman...," belum selesai Dicky berbicara gue langsung memotongnya.

"Lo pergi aja sama istri gue. Kami akan cerai segera," kata gue langsung. "Dia pasti bahagia sama lo selama ini."

"Hah!?" kata Dicky yang terlihat bingung. "Tunggu dulu, lo bilang Ana sama gue? Selama ini gue sendirian, gak ada Ana."

"Gak mungkin," kata gue yang mulai panik.

"Emang terakhir kali gue ketemu dia di cafe, setelah itu kami gak ada bertemu lagi," jelas Dicky.

"Jadi kalian gak jalan berdua gitu?" tanya gue bingung.

Karna seinget gue Ana bilang dia jalan sama Dicky seharian.

"Gak ada, kamu cuman ketemu di cafe, lalu karna hujan gue nganter dia pulang. Udah," jelas Dicky lagi. "Kalian berantem? Emangnya kamu gak mau nyariin Ana?"

"Gak kok," kataku bohong.

"Udah lah, sob, gue tau sifat lo. Lo tuh gak mau kalah, harusnya kamu dengerin penjelasan Ana dulu, jangan langsung main nuduh sembarangan," ucap Dicky membenarkan. "Dia pasti ngomong sejujur jujurnya. Gue tau kok dia bukan seorang pembohong."

My Love [✔]Where stories live. Discover now