#11

6.7K 223 1
                                    

Reyhan:
Gue masih panik, sekarang sudah tengah malam. Ana belum juga gue temukan. Gue memutuskan buat mencari makanan di restoran cepat saji yang buka 24 jam. Emang sih, gue laper, belum makan malam sejak tau kalau Ana hilang.

"Reyhan?" panggil Almira.

"Mira? Kok kamu bisa ada disini?" tanyaku.

"Em, aku cuman jalan jalan aja. Lagi bosen dirumah, gue juga gak bisa tidur," jawabnya.

"Oh."

Pelayan yang pun datang. Gue hanya memesan chiken katsu dan lemon tea. Hanya makanan biasa, soalny lagi gak mood.

"Gue pesen sama kayak dia ya. SAMA PERSIS," katanya kepada pelayan yabg melayaniku.

Tak lama kemudian pesanan datang, gue juga udah bayar selagi pesanan dibuat. Gue baru saja memakan setengah dari porsi itu, tiba tiba...

Bugg!!!

Tinjuan itu melontar ke pipi gue. Tinjuan yabg sangat keras mengenai pipi gue. Terasa disudut bibir gue ada cairan yang berwarna merah mengalir. Rasanya asam.

"Lo ini manusia atau apa sih? Ana sudah hilang bukannya kamu cariin malahan makan berdua di cafe sama perempuan ini. Sebenernya lo mau apasih?" tanya orang itu.

"Gue..." belum selesai gue ngomong tinjuan keras mengenai muka gue lagi.

Yahh, orang itu Dicky, temen lama gue.

"Gue bisa jujur, gue suka sama istri lo. Tapi gue gak mau nikung lo, jadi gue hargain itu. Tapi apa yang lo perbuat? Dia udah setia nungguin lo tapi lo nya kayak gini," kata Dicky.

Dicky sahabat gue. Dulunya dia pacaran sama Almira, tapi kata Almira dia udah putus sama Dicky. Jadi gue pacaran sama Almira, taunya dia bohong sama gue.

"Gue, gak tau dia ada dimana. Yang pasti gue kesini cuman buat makan doang," kata gue.

"Semuanya udah jelas sekarang. Gue gak bakalan lagi kasih lo ketemu sama Ana," kata Dicky.

Lalu, ia langsung meninggalman gue di restoran itu. Akhirnya gue menyusulnya untuk pergi. Gue pulang ke rumah berniat untuk istirahat.

☆☆☆

Dicky:
1 minggu, 1 minggu lamanya Ana ada di rumah gue. Sehari hari gue menjadi lebih bermakna karna adanya dia.

"Ana!" panggil gue.

"Apa?" tanyanya.

"Em, kamu yakin gak mau kasih tau ke Reyhan kalau kamu ada disini?" tanyaku.

"Nanti aja, gue lagi gak mood buat bilang sama dia," ucapnya dengan nada yang sedikit lesu.

"Kalau gini terus kapan kamu mau kasih tau ke dia kalau kamu ada disini?" tanya gue.

Karna emang, sejak gue menemukannya 1 minggu yang lali di halte. Gue bingung harus bawa dia kemana. Jadi gue bawa dia ke rumah gue.

Kata dojter, dia hanya kecapekan. Untung saja dia hanya kecapekan.

"Masalah harus segera diselesaiin. Kalau gak ngapain kamu nikah? Kan kalian udah jadi suami istri. Istri yang baik semestinya bilang baik baik dong," kata gue.

"Coba kamu yang jadi suami aku. Kan lebih enak. Reyhan gak pernah peka sekali pun. Kezel gue udah lama lama sama dia," jawabnya.

My Love [✔]Where stories live. Discover now