#19

5.5K 184 1
                                    

Kirana:
"Kalau iya kenapa?" kataku tak bersalah sama sekali.

Plakk...

Barusan, barusan saja, Reyhan berani menamparku. Selama gue hidup, orang tua gue pun gak pernah memukulku. Tapi sekarang, Reyhan menamparku dengan kuatnya.

Gue gak bisa menahan semua ini. Tak terasa air mata yang dari tadi gue bendung jatuh membasahi pipiku. Gue menangis, ya gue menangis. Gue gak tahan lagi dengan semua yang terjadi hari ini.

"Beraninya lo ngomong kayak gitu!" teriak Reyhan dengan wajah yang terlihat emosional.

Gue hanya takut melihat wajahnya. Sambil memegangi pipiku yang mungkin sekarang sudah memerah akibat tamparan Reyhan. Sekarang, gue hanya bisa menangis. Gue gatau apa yang harus gue lakukan sekarang ini.

"Kenapa diam? Sakit?" tanya Reyhan dengan suara khas orang yang sedang marah. "DASAR CEWEK MURAHAN!"

Damm...

Gue cewek murahan? Mungkin dimatanya begitu.

"Lo kira gue apa gitu, bisa seenaknya saja lo," kata Reyhan lagi.

Reyhan langsung mencengkram tangan gue. Tangan kokohnya melingkar di pergelanganku.

"Lo denger sekarang, terserah lo mau ngapain gue gak bakal peduli lagi," kata Reyhan di samping telingaku.

Tangannya akhirnya terlepas dari pergelangan tanganku. Gue sudah gak tahan lagi dengan semua yang Reyhan katakan saat ini. Gue pun memutuskan untuk berlari keluar rumah.

Bik Sum yang menghadangku agar gue gak keluar. Gue sedikit kesulitan. Tetapi, ada teriakan dari tangga.

"Biarkan dia keluar bik," kata Reyhan dengan suara yang lantang. "Terserah dia mau kemana, perempuan kayak dia gak layak disini!"

Bik Sumi pun melepaskan cengkraman tangannya yang tadi berada di tanganku. Gue pun berlari keluar rumah.

Gue berlari tanpa arah dan tujuan. Tiba tiba saja, terlihat lampu mobil yang menyilaukan. Terlihat sopir yang mengemudinya sedang bermabuk mabukan.

Brakk...

Gue terhuyung dan terjatuh. Banyak darah yang mengalir dari kepala gue.

"To.. Tolongg," ucapku lirih.

Tetapi di wilayah disini sedang sepi. Tak ada seorang pun yang melihat keadaanku. Gue selalu berusaha untuk tetap bisa melihat sekitar. Namun, gue tak berhasil. Pandangan gue lama kelamaan menjadi kabur. Dan tak lama kemudian, semuanya menjadi gelap.

Reyhan:
Baru saja, baru saja tadi gue menampar Ana. Selama ini orang yang ingin kulindungi malah gue yang menyakitinya.

Entah kenapa, emosiku meluap begitu saja ketika gue tau dia pergi dengan Dicky. Tapi, kenapa juga gue harus menamparnya?

Gak, semua ini salah. Gue harus mencarinya. Tetapi, kemana gue harus mencari? Dia bisa dimana saja sekarang. Palingan juga dia pergi ke rumah Dicky. Biarkan saja sesukanya bersama Dicky berdua.

Author:
Ana baru saja mendapatkan penanganan medis. Dia langsung dilarikan ke UGD. Ada seorang pria yang mungkin sudah lansia membantunya.

"Bapak siapanya korban?" tanya seorang suster.

"Saya bukan siapa siapanya. Tadi saya menemukannya di tengah jalan disaat saya ingin pulang ke rumah," jawab pria itu.

"Bapak harus melunasi administrasi sekarang juga, jika administrasi ini lunas pasien bisa dapat penanganan yang cepat. Atau dengan menghubungi keluarganya," kata suster tersebut. "Terima kasih pak."

My Love [✔]Where stories live. Discover now