END

4K 86 15
                                    

"Melepaskan memang sulit, tapi cobalah lepaskan dan biarkan berlalu."



Bunga perpisahan berguguran di terpa hembusan angin yang begitu mematahkan. Tanpa izin, semilir angin menyapa kulit ini sambil berkata 'biarkan rasa rindu ini di sampaikan oleh angin'. Kali ini aku bercerita hening melalui hembusan angin. Kembali disini menikmati angin sepoi-sepoi di bawah pepohonan yang rindang, begitu nyaman.

Ingin sekali ku telan waktu, agar bisa membelai wajah mungil itu, mendengar keluh kesahmu, membiarkanmu bersandar di bahu ini sambil menggenggam erat tangan mungil milikmu. Walaupun awan telah menyelimuti cahayamu, namun tidak sedikitpun dirimu terlupakan dari anganku.

Tarikan nafas begitu dalam, hembuskan secara perlahan, memejamkan matanya kemudian tersenyum. Seperti baru bisa mengeja abjad itu yang dilakukan nya saat membaca nama Rachael Mahone di batu nisan itu. Kali ini ia menahan air matanya agar tidak lolos namun untuk kesekian kalinya gagal, gagal dan gagal.

Sudah satu tahun kepergian Rachael Mahone membuat Richard merasakan sakit yang teramat. Tidak percaya. Mengapa harus wanitanya?

"Hel.." lirihnya dengan suara bergetar sembari meneteskan air matanya di atas pemakaman Rachael.

Masih tidak menyangka. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kakinya di tempat peristirahatan baru wanitanya, bukannya tidak ingin datang, ia masih percaya bahwa yang berada di dalam sana bukanlah Rachael miliknya. Tidak ikhlas, memang satu tahun belakangan ini ia mencoba untuk mengikhlaskan kepergian sang kekasih.

Richard mengingat kejadian satu tahun lalu, dimana Rachael berpamitan untuk pulang ke rumah, Rachael berhasil membuat nya terperdaya oleh ucapan manis wanitanya itu. Ia berniat benar-benar pergi meninggalkan dirinya meninggalkan keluarganya meninggalkan semuanya. Pesawat yang Rachael tumpangi saat menuju kembali ke Indonesia mengalami kebocoran bahan bakar dan mengakibatkan terjatuhnya pesawat tersebut di perairan.

Sangat sulit jika Richard mengingat masa lalu yang sangat tidak ia inginkan, andai saja waktu itu ia tidak membiarkan Rachael pergi pasti dia sudah berada di sebelahnya ini dan tidak mengunjungi tempat pemakaman umum seperti saat ini.

"Maaf aku telat, bukannya aku gak mau lihat tempat tinggal baru kamu, aku cuma belum siap menerima kenyataan ternyata kamu tinggal disini sendirian tanpa aku.."

"Oh iya, aku kembali kesini bareng Thom dan Sheinafia, mereka berdua udah nikah terus punya anak kembar lucu banget, matanya persis seperti kamu, sayang kamu gak ada.." lanjutnya bercerita.

Richard menghapus air yang membasahi pipi nya, "Dan aku berharap sebelum kamu berangkat waktu itu kamu baca pesan aku hel, aku tau dari Katya kalau kamu salah paham antara aku dan Fia. Kamu kalau cemburu lucu banget deh, sama sahabat kamu pula hehe" lirihnya tertawa hambar.

"Selama ini, satu tahun ini tepat nya semenjak kepergian kamu aku terlalu larut sehingga jamu pasti gak tenang disana kan?"

Dengan tarikan nafas panjang, "Dan hari ini aku ikhlas"

"Aku ikhlas kehilangan kamu. Tapi ingat, kamu tetap ada di hati aku bahkan sampai suatu saat nanti aku nemuin pengganti kamu, aku bakalan simpan memori indah kita dan nama kamu di jiwa aku" ucapnya penuh semangat.

Richard merogoh kantong celananya, membuka sebuah kotak kecil yang berbentuk hati tersebut.

"Sebenarnya ini buat kamu sayang, tapi, aku urungkan karena aku yakin cincin ini gak berjodoh sama kamu. Tapi aku yakin kita akan berjodoh di hari yang akan datang." Ucapnya dengan melihat cincin indah tersebut.

"Ya udah, aku pamit pulang ya. Setelah ini aku bakalan kerja keras lagi dan aku akan bangkit aku akan belajar penerbangan. Aku tau jadi pilot bukan tipe aku, tapi aku mau setiap perjalanan aku bakalan ada kamu yang nemanin aku di dalam satu pesawat meskipun raga kamu gak ada di sana, tapi aku yakin hati kamu ada disana."

RICRAC [COMPLETED]Where stories live. Discover now