17

1.6K 55 0
                                    

Rachael merona merah, ia sangat suka dan senang mendengar kalimat itu yang keluar langsung dari mulut lelaki di hadapannya ini. Rachael mengalihkan pandangannya karena malu, ia berusaha meneliti tembok-tembok di parkiran sekolah nya.

Pemilik nama Richard Gibson mengetahui bahwa Rachael, gadis yang berdiri di hadapannya tengah tersipu malu. Meskipun Richard sering menggoda wanita-wanita lain di sekolahnya ini, tapi saat ia mengatakan hal-hal berbau seperti ini kepada Rachael. Jantung nya berdetak lebih kencang.

"Cieee merah" goda Richard kemudian.

Rachael menoleh dan melayangkan keprotesannya. "Lo kali yang merah" Elaknya memegang kedua pipinya.

"Yey, gue bilang yang merah itu pagar sekolah." Ngeles Richard. "Tingkat kepedean lo perlu di test deh" goda Richard lagi.

"Apaan sih, resek" jawab Rachael memanyunkan bibirnya.

"Hahah, cie ngambekan. Gak papa tetap cantik kok" ujar Richard menangkup wajah Rachael dengan kedua telapak tangannya.

Rachael hanya menerima perlakuan lelaki di hadapannya ini, ia pasrah. Tidak, ia bahagia, sangat bahagia. Namun rasa kebahagiaan seketika lenyap saat ia melihat Sheinafia dari kejauhan melihat mereka berdua.

Rachael langsung melepaskan tangan Richard di wajahnya saat ia melihat Fia berjalan ke arahnya, "Rachael, gue telpon lo dari tadi kenapa gak di angkat?" Tanya Fia sambil menaikkan alis nya.

Rachael bingung, "Kapan lo nelpon? Gak ada kok" tuturnya.

"Ini gue telpon lo 15 kali, gue pikir lo absen" ucap sahabatnya menyodorkan handphonenya ke depan.

Rachael melihat 15 kali panggilan di handphone sahabatnya, ia mereguh saku bajunya dan roknya namun handphonenya tidak ada. Ia mengecek di tasnya, sama. Handphonenya tidak ada.

"Gimana?" Tanya Richard.

"Handphone gue mana?" Ucapnya kini mulai memasnag wajah paniknya.

Fia mengendikkan bahunya tak tahu, "lo lupa kali simpen dimana?" Tanya Fia.

"Iya, gue gak ingat apa-apa, yang gue inget bang Helvy maksa gue bangun terus gue langsung mandi karena kesiangan terus gue nyusul mobil bang Helvy sambil lari karena dia ninggalin gue dan di jalan gak sengaja ketemu Richard, gue gak mau telat jadi berangkat bareng Richard" ceritanya panjang lebar.

Ups! Ia yang mengatakan sendiri kepada sahabatnya bahwa ia berangkat bareng Richard.

Mulut sialan!

Mata Fia mulai berpikir, "Mungkin cecer kali"

"Tap-- tapi-- hape gue...." rengeknya kepada sahabatnya.

"Hei!! Kalian bertiga! Ngapain gosip di parkiran? Mau ibu hukum kalian? Kalau ibu sampai sana kalian masih ngerumpi hukum kalian ya!!" Pekik Bu Tina dengan tongkat kayu yang selalu ia bawa jika tengah piket.

Mendadak mereka bertiga memiliki kekuatan flash, mereka berlari sekuat tenaga menghindar dari Bu Tina selaku guru bahasa Indonesia nya yang cukup killer di kalangan Tunas Bangsa.

Mereka bertiga langsung masuk ke dalam kelas tanpa melihat situasi kelas, karena di pikiran mereka masuk ke dalam kelas dan selamat dari Bu Tina. Namun, usahanya menghindar malah terbalik. Di dalam kelasnya sudah ada guru fisika nya dan sudah duduk di kursinya.

Mereka bertiga menjadi sorotan di pintu kelasnya sendiri, Rachael, Richard dan Fia berhenti dengan ngos-ngosan dan melihat sekitarnya yang sudah melakukan aktivitas belajar. Fia yang di amanatkan mengambil buku paket ia lupakan saat ia bertemu Rachael dan Richard di parkiran tadi.

RICRAC [COMPLETED]Where stories live. Discover now