23

1.4K 53 0
                                    

"Melepaskan. Kini sudah waktunya kata itu harus ia lakukan, agar tidak ada yang merasa tersakiti disini."

+


Rachael tengah berdiri di balkon kamarnya, angin malam tidak lagi membelai kulit ini melainkan sudah menembus hingga ke tulang. Malam yang semakin gelap, sinar bintang yang mulai meredup dan jangkrik-jangkrik yang mulai bernyanyi, tapi mata ini tak kunjung terpejam. Dingin tubuh ini semakin pilu.

Seharusnya, penat ini membuatnya ngantuk tapi, kenapa mata ini sulit sekali untuk beristirahat?

Entah sudah berapa lama sejak kepulangan nya dari Bali ia berdiri di balkon kamarnya ini, waktu terus berjalan hingga suara dentingan jam terdengar jelas di pendengaran nya. Sungguh sunyi, sepi dan pilu itulah yang ia rasakan, Rachael pun bingung ada apa dengannya?

Sejak ia kembali, ia teringat akan satu hal yang telah ia lupakan berminggu-minggu. Rachael pun tak tahu kenapa bisa ia melupakan hal itu, kini di malam yang sangat dingin ini ia teringat akan hal itu. Ia hanya bisa berteriak di dalam hatinya saja, bukan tidak sanggup, ia tidak ingin mencurahkan isi hati nya kepada langit yang gelap ini.

Handphone yang berada di saku sweater nya bergetar, ia merenung meratapi layar handphonenya. Ia tidak tahu kenapa hatinya berkata jangan jawab panggilan itu. Panggilan yang bisa saja membuatnya kembali seperti dulu, menjadi sedikit menjauh bahkan menghindar dari Richard.

Sheinafia terus menghubungi nya, hingga panggilan ke-3, Rachael memutuskan untuk menjawabnya.

"Rachael, lo ke Bali sama Richard? Ngapain lo berdua kesana? Lo masih anggep gue sahabat lo kan? Kenapa gak ajak-ajak gue?"

"Dan foto itu, kenapa bisa kalian berdua foto kek gitu? Nyar beneran kepincut sama Richard lo, hahah"

Rachael hanya tersenyum kecut mendengar nya.

"Rachael? Lo masih disana kan?"

Rachael yang sedari tadi hanya terdiam membuka suaranya.

"E-hh?"

"Lo gak dengerin gue?"

"Ahh, gue ngantuk" ucapnya berpura-pura menguap.

"Oke, gue tutup"

Rachael menyimpan kembali handphone nya ke saku sweater nya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar nya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang Queen size-nya yang sangat sejuk di malam yang sunyi ini.

⭐⭐⭐

Setelah bersusah payah untuk mendapatkan ngantuk, akhirnya jam 3 subuh ia bisa tidur. Sinar matahari yang mengganggu tidurnya akhirnya membuatnya membuka mata yang sedari tadi terpejam, saat Rachael melihat sinar mentari di jendela kamarnya ia merasa langit sedang mengucapkan selamat pagi untuknya. Dan Rachael hanya bisa tersenyum memandangi sinar di jendelanya.

Andai saja yang menyapanya di pagi ini adalah orang yang ingin ia dengar suara nya, pasti mood nya akan kembali tetapi, ini semua salah, Rachael tak seharusnya menantikan seseorang yang memiliki hubungan dengan sahabatnya sendiri. Cukup beberapa Minggu terakhir ini saja ia mengambil, merenggut kebahagiaan sahabatnya dan hari ini, pagi ini, sinar mentari menjadi saksi bahwa ia harus bersiap melepaskan Richard Gibson.

"Huh" terdengar hembusan nafasnya di awal hari.

Rachael sudah bersama dengan keluarga nya di meja makan, dengan ritual pagi di meja makan seperti biasa nya, selalu ceria dan bertengkar kecil dengan abangnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:00 tepat, Rachael bergegas pergi menggunakan aplikasi ojek online karena jika ia berangkat dengan ayahnya ia pasti akan telat. Tapi setelah ia tiba di depan terasnya, bukanlah driver ojek online, melainkan seseorang yang sangat tidak ingin ia temui.

RICRAC [COMPLETED]Where stories live. Discover now