26

1.4K 57 0
                                    

"Every night I think of you before bed with the hopes of having you in my dreams."

💞



Sekitar 10 menit yang lalu ia berada di kelas nya ini, tumben-tumbennya kelas ini sepi mengingat jam sudah menunjukkan pukul 06:45 WIB, di kelas hanya ada ia sendiri, gadis berusia 17 tahun itu beranjak dari tempat duduknya, celingak-celinguk ke koridor. Kepalanya ia tolehkan ke kiri dan kanan mencari-cari manusia yang bersekolah di sini tapi, Rachael masih saja tidak dapat menemukan siapapun, ia mulai panik, ia berlari di sepanjang koridor. Hingga sudah di koridor terakhir yang sangat jauh dari kelasnya karena ini di lantai paling atas, ia bisa melihat dari kejauhan, tampak seorang lelaki tengah berdiri jauh dari nya.

Kepanikan yang ia rasakan sedikit terobati karena tidak hanya dirinya sendirian di sekolah besar bertingkat tiga ini, ia memiliki teman walaupun hanya satu orang. Dengan langkah pelan, ia melangkah kan kakinya ke orang tersebut, saat semakin Rachael mendekat semakin jauh pula lelaki itu.

Lelaki yang berpostur tinggi dan tidak terlalu kurus itu semakin jauh dari jangkauannya, ia ingin sekali berteriak, tapi lidah nya kala itu kelu, ia tidak dapat mengeluarkan suaranya.

Rachael terus berteriak di dalam hati berharap lelaki itu menoleh memandang nya yang tengah berjalan ke arahnya, sayangnya, lelaki berpostur tinggi tersebut malah pergi meninggalkan nya. Ia merasakan sesuatu yang bergejolak saat melihat kepergian lelaki itu, lelaki yang satu-satunya ia harapkan untuk menolong nya malah pergi jauh dari jangkauannya dan pandangannya.

Rachael merasa sakit, rapuh, ia menjatuhkan tubuh sendiri di lantai koridor. Ia tak mampu berdiri, tak mampu menopang tubuhnya, menundukkan kepalanya memandangi lantai, ia terus terisak sejadi-jadinya di dalam hati.

Tak selang beberapa detik, ia merasakan ada yang menyentuh pucuk kepalanya, Rachael langsung tersenyum dan mendongakkan wajahnya ke atas. Saat melihat wajah itu, ia melihat sorot matanya.

"Rachael..!! Bangun!!" Pekik Fia menggoyangkan tubuhnya.

Rachael tertidur di kelas.

Dengan cepat ia langsung duduk tegap dan mengikuti pelajaran, tapi otaknya tidak bisa kembali fokus, ia mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Seperti nyata, sentuhan itu, dan mata lelaki itu, sangat tidak asing baginya.

Bel istirahat terakhir berbunyi, seluruh siswa kebanyakan diam di kelas karena malas untuk keluar, sedangkan Fia, ia sedari tadi meminta dan memohon agar ditemankan pergi ke kantin karena Fia tengah kelaparan, padahal tadi ia sudah menyantap siomay dua porsi dan juga membeli gorengan, masih saja kurang.

"Ayoo.. kantin..." rengeknya memasang wajah memelas.

Rachael menghembuskan nafasnya panjang lalu berdiri yang berarti menyetujui ajakan dari sahabatnya, mereka berdua kini sudah duduk di salah satu bangku di kantin.

Rachael hanya menyeruput teh dinginnya saja sembari menunggu Fia selesai dengan aksi di siang bolong nya ini.

Handphone Rachael di atas meja bergetar membuat Fia juga menoleh ke handphonenya.

"WhatsApp.."

Rachael mencoba membuka pesan WhatsApp yang ia terima dari nomor yang tidak ia kenal begitu juga dengan Fia, ia juga kepo siapa yang mengirim pesan ke sahabatnya ini.

Gue jemput?

Begitulah isi pesannya, begitu singkat, itulah Katya, selalu to the point tetapi tidak jutek kepada nya.

Dengan santainya Rachael hanya membalas IYA.

Fia yang sedari tadi mendongak bak jerapah mulai menjahili sahabatnya ini.

RICRAC [COMPLETED]Where stories live. Discover now