||MC|| Bab 23(b). Calmness

22.1K 987 152
                                    

27 Desember 2018...

Update Lagi...

Dan Setelah Sekian Lama...

❤💙💚💛💜💓💕💖💗💘💝💞💟 ☆Happy☆ ♡Valentine's♡ ☆Day☆ ❤💙💚💛💜💓💕💖💗💘💝💞💟

Happy Reading & Sorry For Typo...

          Hari-hari berikutnya Abigail benar-benar melakukan apa yang ia katakan pada ayah dari bayi montok, Joy Tan. Hampir setiap hari, wanita hamil itu pergi ke Chinatown dan tinggal di kedai makan seafood itu. setiap kali Ia datang, Ia akan sepenuhnya menghabiskan waktu dengan bermain bersama Joy Tan. Ia juga membantu menjaga si kecil saat ayahnya bekerja.

        Memberinya makan bubur, minum susu, ganti popok sampai memandikannya. semua hal itu membuat ikatan ibu dan anak antara Abigail dan Joy Tan sangat erat, sehingga setiap kali Abigail akan pulang pria kecil itu pasti akan menangis tidak mau melepaskannya. Kadang Abigail terpaksa harus tinggal lebih lama untuk membuat pria kecil itu tidur agar ia bisa pergi dengan mudah. Dan seperti yang terjadi saat ini.

         Hari sudah menunjukkan pukul 08.00 malam, tapi pria kecil itu enggan untuk tidur. Tentu saja, karena ia baru bangun tidur jam 06.00 sore tadi dan hal itu membuat ia tidak bisa tidur saat ini. Gabe sudah datang untuk menjemputnya, tapi Abigail sendiri belum bisa lepas dari bayi itu. Adera Tan, Ayah bayi itu merasa tidak percaya dengan kelakuan putranya. Ia merasa malu dan terpaksa berkali-kali harus minta maaf pada Abigail karena hal itu.

         Saat ini Abigail duduk di kursi dekat box bayi. Botol susu yang ada di tangannya masih penuh, karena baru diganti. Dan botol susu itu adalah botol susu ketiga yang diminum oleh Joy. Meskipun begitu, tidak ada tanda-tanda kenyang dari bayi montok itu.

"Little Joy, Apa kau akan menahan Aunty di sini bersamamu?" tanya Abigail saat melihat keengganan pria kecil itu melepaskannya. Pria kecil yang dipanggil Little Joy itu terkikih geli menanggapi perkataan Abigail.

"Astaga, pria kecil ini sepertinya tidak akan pernah membiarkan aku pergi dari sini. Lihatlah, dia terus tertawa setiap kali aku berbicara dengannya." Abigail menatap bayi kecil itu dengan tatapan tidak percaya. Beberapa saat kemudian, sebuah ide muncul di kepalanya. Abigail meletakkan botol susu yang ia pegang kemudian menatap bayi kecil itu dan berkata.

"Little Joy cukup minum susunya. Kau tidak boleh minum terlalu banyak, karena itu bisa membuatmu muntah. Dan ya, Aunty juga sekalian pamit pulang jadi, Little Joy harus tidur sekarang. Oke..." Abigail menundukkan kepalanya dan,

Cup...

           Ia mengecup kening bayi kecil itu. Tapi, saat ia mengangkat kepalanya, Little Joy Langsung menangis kencang. Air matanya cukup deras membasahi pipi. Tangan mungilnya terulur ke atas seperti hendak menggapai Abigail dan menahanya untuk pergi.

"Little Joy, anak laki-laki tidak boleh menangis. Oke!" Ujar Abigail berusaha menenangkan pria kecil itu dengan kata-katanya. Tapi sayangnya, usahanya itu gagal. Little Joy terus menangis dan merengek agar Abigail tidak pergi meninggalkannya. Melihat air mata itu, Abigail merasa tersentuh. Ia pun menggendong Little Joy dari box bayinya kemudian keluar dari kamar itu ke ruang tamu, di mana Gabe saat ini sedang duduk menunggunya.

"Kak Gabe, sepertinya aku belum bisa pulang hari ini. Lihatlah, Little Joy tidak mau melepaskanku. Aku juga tidak bisa pergi dalam keadaan seperti ini," ucap Abigail pada Gabe

"Abigail, aku merasa kau tidak perlu melakukan hal itu. Anda dan Mr. Johnson bisa pergi. Aku akan menangani Little Joy,"  Abigail hendak menjawab, tapi lebih dulu dilakukan oleh Gabe.

Marriage ContractWhere stories live. Discover now