||MC|| Bab 13(b). Memories

17.1K 563 3
                                    

24 Agustus 2018...

Aku tidak menyangka, kalau berada disini, membuatku sangat bahagia

Abigail...

Aku Update Lagi...
Happy Reading & Sorry For Typo...

Sebelum baca, mau info dikit dulu ya... Aku udah publish bab pertama dari ceritaku yang berjudul;
       ---- Only You ---- Sequel dari  ceritaku; **Meet The Devil Prince*

            Selesai sarapan pagi, Abigail, Dominic, Gabe, Hermin, Dwi dan juga Ibu Vera, mereka semua pergi mengunjungi makam Ibu Abigail. Abigail membawa serta satu rangkaian bunga-bunga hutan, yang ia petik dan rangkai sendiri. Ia ingat, ibunya sangat menyukai bunga-bunga hutan. Karena menurutnya bunga-bunga hutan itu sangat cantik dan mereka tidak tersentuh tangan-tangan nakal daripada manusia yang ingin merusaknya.

        Abigail ingat, dulu ibunya sering mengambil bunga-bunga hutan dan menanamnya di halaman rumah. Abigail setuju dengan apa yang dikatakan oleh ibunya. Bunga-bunga hutan itu memang sangat cantik. Makam ibu Abigail terletak tidak jauh dari Desa, karena itu, mereka pun memutuskan untuk berjalan kaki saja. Dalam perjalanan ke makam, Abigail melihat pendopo kecil yang berdiri di pinggir jalan. Pendopo itu yang masih kokoh, walau sudah lebih dari 15 tahun bangunan itu berada di sana.

           Abigail masih ingat, saatnya ia masih bersama ibunya, mereka selalu duduk di Pendopo kecil itu,  saat pulang dari perkebunan teh, karena ibunya bekerja sebagai pemetik teh. Saat akan mendekati Pendopo, dari jauh, ia sudah berlari dan langsung di pendopo kecil itu. Abigail sangat senang duduk di pendopo itu sambil menggoyangkan kakinya dan bernyanyi. Kadang-kadang, mereka akan bertemu dengan kakek Bram. Kakek tua yang selalu memberinya buah-buahan. Pria paruh baya itu melintasi jalan di depan pendopo saat pulang dari pasar. Yap.

         Selain Bibi Vera dan keluarganya, kakek Bram juga baik pada Abigail dan ibunya. Tapi sayangnya, warga Desa mengucilkannya sehingga ia memilih tinggal di area persawahan. Sesekali ia akan ke pasar untuk menjual buah dan sayur yang ada di sawahnya. Uang hasil penjualan buah dan sayur itu, ia gunakan untuk membeli kebutuhan hidupnya.

          Saat perjalanan pulang dari pasar ke sawahnya itulah, kakek Bram bertemu dengan Abigail dan ibunya. Sayuran dan buah-buahan yang ia bawa, jika masih ada sisa, maka ia akan memberikan semuanya pada Abigail dan ibunya. Mengingat Itu semua, membuat Abigail tersenyum sendiri. Wanita itu Langsung melangkah ke arah pendopo dan duduk di tempat itu.

"Wah... Ternyata kayunya ini masih kuat," gumam Abigail pelan. Ia kemudian melakukan hal yang selalu ia lakukan dulu, yaitu menggoyangkan kakinya sambil bernyanyi.
"Apa yang kau lakukan Abigail?" tanya Gabe pada wanita itu.
"Aku sedang mengenang masa kecilku, bersama ibu. Dulu, saat pulang dari memetik teh, aku dan ibuku akan duduk disini. Ya... seperti yang aku lakukan sekarang ini. Kita berhenti di sini sebentar ya... Lima menit saja please..." pinta Abigail dengan manja.

            Semua orang, hanya pasrah melihat kelakuan wanita hamil itu. Mereka pun mengangguk dan membuat Abigail berteriak senang. Ia kembali pada kegiatannya, menggoyangkan kakinya lalu bernyanyi. Suaranya cukup merdu, sehingga orang-orang tidak merasa terusik dengan hal itu. Abigail pun mulai larut dalam kenangannya sendiri.

"Bibi... Aku rindu masakan ibu. Bibi bisa membuatkannya Untukku? Aku rasa, aku sekarang sedang mengidam masakan ibu." Tanpa sadar,  Abigail mengucapkan kalimat itu.

             Kecuali Bu Vera, semua orang yang ada di situ menatap dengan  wajah tegang ke arah Abigail. Saat melihat Abigail yang sedang larut dalam pikirannya sendiri, membuat mereka tidak bisa melakukan apa-apa pun untuk bisa menyadarkan Abigail. Karena disaat seperti itu, hanya panggilan yang disertai dengan sentuhanlah, yang bisa mengembalikannya ke dunia nyata. Tapi saat ini, mereka semua berdiri sedikit jauh dari Abigail. Yang dekat dengan Abigail hanyalah Bu Vera saja.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang