Babak Dua: Hampir saja

Mulai dari awal
                                    

"So what??? Nona Lawrance, mungkin jenius tetapi dia tetap harus mendapatkan hukuman." Jelas guruku.

"Ronan, aku tahu kau sangat ingin mengajar Nona Lawrance dan kecewa ketika dia tidak datang di kelasmu. Tetapi datang ke sekolah ini bukanlah pilihan Nona Lawrance, dia di sini atas kemauan ayahnya. Dia masih dalam keadaan menentang semua ini dan berilah kelonggaran kepada dia untuk beradaptasi dan bersatu dengan lingkungan sekolah." Jelas Kepala Sekolahku. "Nona Lawrance." Panggilnya.

"Ya?" Aku mengangkat kepalaku.

"Kau bisa membolos sesukamu, masuk kelas sesukamu, dan melantur ke sana ataupun ke sini sesuka hatimu. Tapi satu hal yang harus kau ingat... kami tak akan melepaskanmu. Karena aku tahu kemampuanmu. Kau mungkin tak ikuti pelajaran hari ini, tetapi esok... kau masij bisa menjawab soal dari materi pelajaran yang tertinggal. Ini terbukti dari kartu laporan nilai akhirmu. Kau sering membolos di SMP dan bahkan di laporan homeschooling ini." Dia melihat kartu laporan pelajaranku yang ada di atas mejanya. "Kau terkadang membatalkan pemberian materi, tetapi nilaimu? Semuanya hampir sempurna. Bahkan aku yakin... kau seharusnya dapat nilai yang benar-benar sempurna, kau hanya tak ingin terlalu terlihat."

"Kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta. Itu murni kesalahan." Jelasku merendah

"Well, kau mahluk ciptaannya. Maka tidak ada salahnya kau sama sempurnanya seperti Tuhan yang menciptakan dirimu." Jelasnya dengan senyuman.

Aku mengangguk perlahan dan menarik nafas panjang sebelum melihat kepala sekolah, ayah, dan guruku bergantian. "Aku ingin meminta maaf atas kejadian ini. Yang dikatakan Mrs. Ronan sangat benar, aku tak bersikap professional dan aku minta maaf kepadamu Tuan Evenmore —aku telah banyak mengecewakanmu. Aku akan berusaha untuk lebih baik lagi dan aku siap menerima hukumannya walau ya... sebenanrya tidak terlalu."

"Okay, baiklah." Ucap kepala sekolah dengan nada semangat dan gembira. Dia menarik laci di bawah mejanya dan aku dapat merasakan di atas kulitku bahwa dia akan mengeluarkan sesuatu yang buruk. Mungkin sebuah pistol untuk di arahkan ke arahku, karena 'selamat Devonna, kau telah mempermalukan dirimu' .

Tetapi tenang saja, itu hanya selembar kerta flyer dan dia mendorong kertas itu ke arahku dengan tangannya yang terpasang oleh cincin-cincin berbatu besar di beberapa jemarinya.

"Ini adalah hukuman untukmu. Sudah lama sekolah ini tak mendapatkan piala di bidang akademis. Kau akan mengambil bagian untuk tim olimpiade Sains Internasional kali ini dan tentu karena sepertinya Mrs. Ronan ingin sekali kau dihukum, kau bisa membantu petugas kebersihan di cafeteria setelah pulang sekolah nanti." Jelasnya dan bersamaan dengan itu, bell yang memandakan jam pelajaran berganti berbunyi.

Aku tersenyum, tetapi bukan berarti aku menyukai pemikiran itu—hanya saja itu terdengar lebih baik di telingaku, walauaku masih menunggu kepala sekolahku mengeluarkan sebuah kertas agar aku segera keluar dari sekolah ini.

Kepala Sekolah membiarkanku dan ayahku untuk pergi dari ruang kantornya, selagi dia berbicara dengan Mrs. Ronan yang sepertinya masih belum puas dengan keputusan absolut miliknya. Kami berdua berdiri di depan kantor kepala sekolah seperti orang yang tak tahu apa-apa tentang semua ini. Ayahku menyelinapkan tangannya ke dalam saku celana kerjanya. Salah satu tangannya mengusap-usap jenggot pirang yang sudah mulai keabu-abuan itu.

"Ayah jika kau ingin mengeluarkan asumsi arsitekmu, aku akan kejang-kejang di sini." Ucapku.

Ayahku hanya mendesah kecewa, "Devonna, mengapa kau melakukan itu? Kau bisa melakukan lebih baik dari semua itu."

"Ayah, apakah kau bisa berpikir dengan cepat ketika perutmu lapar? Ketika dengan tiba-tiba perutmu menggelar sebuah orkestra yang bahkan tiketnya tidak terjual dengan laku?" tanyaku dan ayahku memejamkan matanya kemudian berputar membelakangiku. Aku terkikih pelan. "Ayah, pendidikan itu penting—bahkan sangat. Menurut Professeor Devonna, pendidikan itu dapat membawamu ke sebuah tahap yang mengesankan dalam hidup, tetapi perut... itu sesuatu yang dapat membuatmu bertahan hidup."

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang