Babak Dua: Hampir saja

Comincia dall'inizio
                                    

"Miss Lawrance." Suara seseorang dari pintu kelas dan kami semua langsung memusatkan perhatian kami kepada orang yang mempunyai suara itu. "Bisa kau ikut aku ke kantor, sekarang?" Tanya kepala sekolahku.

"Tentu." Balasku lalu memberikan spidol hitam itu kembali kepada guruku.

Aku berjalan mengikuti kepala sekolahku menuju ruangannya. Ketika ia membuka pintu ruangannya, terdapat ayahku dan juga satu guru yang duduk di sana. Ayah menoleh ke arahku dengan tatapan mata kecewa dan kesal. Kepala sekolah mempersilahkan aku untuk duduk di sebelah ayahku, tetapi aku lebih merasa nyaman untuk duduk di sebelah guru yang tak aku kenal itu.

"Baiklah, semuanya sudah ada di sini. Saya persilahkan kalian untuk saling berunding satu sama lain dan selesaikan permasalahannya." Jelas kepala sekolahku yang duduk di bangkunya dengan jemari tangannya yang saling merekat satu sama lain.

Aku dapat melihat bahwa kepala sekolahku mengalami hari yang buruk dengan hadirnya kedua orang di depannya ini dan terlebih ketika salah satunya adalah ayahku, aku merasa mengerti apa penderitaannya.

"Nona Lawrance di sebelahku ini, membolos pelajaranku kemarin. Dia sudah membolos beberapa pelajaran dan tindakan itu untuk murid baru sangat tidak terhormat." Ucap guruku dengan begitu tegas dan rasanya dia benar-benar mengeluarkan amarahnya.

"Itu tidak benar." Jelasku sambil mengeritkan dahiku dan melihat guruku. "Pertama aku minta maaf karena aku tidak ikut pelajaranmu, tetapi dengan segala hormat... aku membolos karena urusan mendesak. Urursan perutku, itu lebih mendesak." Lirihku sambil tersenyum.

"Devonna, really?" Tegas ayah mendelik ke arahku dan aku langsung terdiam. Bukan karena takut, hanya malas saja berdebat dengan dia dan melantukan ayat suci tentang harfiah kehidupan. "Sekali lagi saya ingin minta maaf karena perbuatan anak saya."

"Sekolah ini tidak butuh pembuat onar lagi setelah lelaki itu." Jelas guru di sampingku dan aku hanya memikirkan satu orang saja di kepalaku ketika mendengar dia mengatakan itu. "Kau bisa bertidak sekarang untuk melakukan sesuatu, dia bisa menjadi contoh buruk untuk seluruh murid di sini."

Aku menaikkan kedua alisku dan melihat ayahku. "Apa aku akan dikeluarkan?" Tanyaku melihat kepala sekolahku yang masih terlihat pasrah dengan keadaan. Aku beralih melihat ayahku. "Ayah, jika aku dikeluarkan dari sekolah ini maka aku dengan senang hati menerimanya."

"Tidak ada yang akan dikeluarkan dari sekolah ini, Nona Lawrance." Jelas kepala sekolah. Dia menghela nafas panjang dan menarik bangkunya mendekati meja. Kepala sekolahku mengusap-ngusap alis tebal hitamnya dan melihatku. "Nona Lawrance, saya percaya kau adalah siswi yang baik dan saya mengerti mengapa kau melakukan ini—pemberontakan? Tindakan remaja pada umumnya di usiamu dan itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Aku tahu kau sedang berusaha untuk lari dari sekolah ini dan jika kau khawatir, maka tenanglah... aku tidak akan membiarkan itu. Kau adalah permata bagi sekolah ini dan tidak ada seseorangpun yang ingin kehilangan sebuah permata."

"Well, Kim Kardashian kehilangan permatanya." Lirihku mengeluarkan referensi kultur pop selebritas.

"Devonna... ." Ayahku membentak tetapi dengan pelan dan nada yang penuh dengan kekecewaan. "Maafkan Devonna." Ucapnya sambil melihat kepala sekolahku.

"Jujur, Tuan Lawrance... tidak masalah. Saya juga mempunyai seorang anak dan sifatnya tidak jauh berbeda dengan Devonna." Kepala sekolah menoleh kearahku dengan senyuman. "Hanya saja Devonna masih mempunyai sesuatu yang masih bisa kau banggakan dan kau harus bersyukur karena Devonna adalah hadiah yang begitu sempurna dan sangat diinginkan oleh semua orang tua di dunia ini. Itu juga berlaku sama untukmu, Devonna Lawrance."

Aku melihat ayahku dan kini kami saling bertatapan beberapa saat sebelum dia berpaling dan aku masih tetap bertahan untuk memandangnya. Aku melihat kekecewaan yang terapung di atas permukaan mata biru sebening warna lautan itu. Aku menarik nafas panjang dan merundukkan kepalaku.

Why Don't We? [alternative version NKOTS]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora