18. Kembali tersenyum

Start from the beginning
                                    

KHATA'S POV

Aku terbangun ketika sinar mentari menerpa wajahku lembut. Jam di meja sebelah menunjukkan pukul delapan pagi. Aku memaksa tubuhku bangkit, duduk di pinggir tempat tidur. Genggaman tanganku bisa aku lepas dengan mudah, tidak seperti waktu-waktu sebelumnya.
Setelah jiwaku telah utuh sepenuhnya, aku melihat tubuh yang terbaring di sebelahku. Parasnya tetap seperti yang aku ingat, begitu menawan dan cantik. Aku tersenyum kembali mengingat hari kemarin, sekaligus berpikir tentang rindu yang sama yang kita rasakan. Aku jahat, telah lebih jahat karena menahan rindu dan membiarkannya sendiri.

Senyumanku semakin lebar setelah otak ini tiba-tiba mengeluarkan ide gila. Aku tetap harus meminta maaf padanya, dan akan aku lakukan hari ini.

Segera aku bergegas mengambil ponsel di meja dan menghubungi Haris. Hari ini seharusnya ada rapat penentuan struktur, untuk mengisi jabatan-jabatan yang masih kosong, tapi dua hari yang lalu aku sudah cukup berbincang dengan Haris mengenai pertimbangan-pertimbangan nama yang akan terpilih. Aku harap hari ini dia bisa memimpin rapat.

Tepat ketika aku sampai di lantai bawah, pembicaraanku dengan Haris selesai. Dia menyanggupi memimpin rapat hari ini. Okay, satu acara sudah dibatalkan, satu rencana lain yang harus aku pikirkan.

Aku membuka lemari, melihat bahan-bahan makanan di dalamnya, berpikir akan memasak apa pagi ini. Harus sesuatu yang spesial, tidak boleh terlalu sederhana, tapi harus bisa aku buat dengan waktu singkat. Sarapan ini harus jadi sebelum Kirana bangun!

Aku mengeluarkan tepung dari lemari, mengambil sebanyak satu cangkir dan menaruhnya ke dalam mangkok. Kemudian aku menambahkan satu sendok gula, setengah sendok baking powder, seperempat sendok baking soda, dan setengah sendok garam pada mangkuk tersebut. Di mangkuk lain Setelah aku mengaduk bahan-bahan tersebut aku menambahkan telur, buttermilk dan minyak kemudian mencampukannya kembali.

Setelah adonan pancake siap, aku mengambil seperempat cangkir untuk dituangkan di wajan yang sudah panas. Dari delapan pancake yang aku masak, terdapat satu yang gosong karena kutinggal memotong pisang. Pisang ini akan menjadi dekorasi dan sekaligus rasa tambahan untuk pancake ini. Aku mengambil dua piring di lemari, mengisi masing-masing dengan empat pancake yang aku tumpuk, dan sengaja menaruh pancake gosong di piringku. Tentu saja aku tidak mau dia memakan hasil masakanku yang gagal. Kemudian, aku mengambil whipped cream dan meletakkannya diatas tumpukan dan mulai menata potongan pisang di sekitar pancake.


Dua piring itu aku taruh di nampan bersama dengan satu cangkir kopi dan satu gelas susu. Kemudian sambil menjaga keseimbangan aku menaiki tangga menuju lantai atas dan menaruh nampan di meja sebelah tempat tidur. Aku tersenyum, melihat wajah malaikat itu yang sedang tertidur.

“Wake up, Kirana” Aku sedikit mengguncang badannya, kemudian mengelus pelan jemarinya. Oh Tuhan, bagaimana bisa sentuhan manusia sebegini membahagiakannya.

“Hmm. Ta?” Dia langsung menggenggam tanganku kembali dan duduk di tempat tidur. Aku mengambil gelas susu, lalu menyodorkan padanya.

“Minum dulu ini,  fresh milk kok. Terus itu aku udah bikin pancake pake pisang. Kamu suka pisang kan?” Dia mengangguk pelan kemudian mengambil gelas yang kupegang dan mulai meminum susu di dalamnya.

Aku duduk di pinggir tempat tidur, memperhatikannya minum hingga setengah gelas. Gelas yang dia serahkan padaku kemudian aku ganti dengan piring yang berisikan pancake. Tentu saja piring yang tidak terdapat pancake gosong ditumpukannya,

“Enak.” Ucap dia setelah menelan potongan kecil pancake sambil tersenyum. Aku membalasnya dengan senyum. Entah sudah berapa lama aku kenal dengan dia, tapi senyumnya selalu membuatku kagum.

Magic In YouWhere stories live. Discover now