Extra part

19.5K 422 30
                                    

Pagi ini akan Ralaya nobatkan jadi pagi paling indah di sepanjang hidupnya.

Begitu dia keluar dari hotel bersama Dev, dia langsung disuguhkan hamparan langit berwarna biru dengan awan-awan yang nampak bergemurul. Belum lagi burung-burung yang beterbangan di atas sana. Membuat paginya nampak makin sempurna.

Angin sepoi-sepoi yang berasal dari pantai langsung menerpa wajah dan kulit mereka.

Uh, rasanya sudah lama sekali Ralaya tak menikmati suasana pantai tapi ini kali pertamanya dia pergi ke pantai bersama Dev.

Ngomong-ngomong tentang cowok itu. Dev nampak semakin dewasa dan tentunya makin tampan.

Dia memakai baju pattern khas pantai berwarna biru dipadukan celana pendek. Sedangkan dirinya hanya memakai kaos putih oversize dipadukan celana pendek.

Mereka berdua menyusuri jalan dan bersiap menuju pantai. Dari sini saja, Ralaya sudah mendengar suara deburan ombak yang memanjakan telinganya. Rasanya dia ingin cepat-cepat sampai disana.

Dev yang melihat Ralaya nampak antusias pun menyunggingkan senyum tipis.

Gadisnya seperti anak kecil saja. Menarik tangannya agar mereka bisa sampai lebih cepat. Bahkan sinar matahari rasanya kalah dengan senyum cerah gadisnya.

Mereka terus berjalan hingga akhirnya sampai di pinggir pantai. Iris hazelnya langsung dimanjakan oleh pemandangan pantai yang indah. Ya, meskipun dia dan Ralaya bangun kesiangan hingga tak sempat melihat matahari terbit.

Kaki kurus Ralaya yang beralasakan sandal memainkan pasir lalu iris hitamnya menghantam udara pantai.

Menatap pengunjung yang mulai memenuhi pantai. Nampak ramai meskipun ini bukanlah musim liburan.

Tatapan kagum itu tiba-tiba berubah jadi sorot bingung saat melihat beberapa orang wanita berpakaian minim—yang mana bagi Ralaya itu terlihat tak nyaman—tengah menatap Dev sambil tersenyum dan tatapan yang menggoda(?)

Dia melihat salah satu wanita berambut pendek sedikit merunduk sambil tersenyum. Ya, itu memang tak salah hanya saja Ralaya tak suka saat wanita itu—entah sengaja atau tidak—langsung memperlihatkan belahan dadanya.

Memang sih Dev tak balas melirik wanita itu dan malah terlihat antusias melihat deburan ombak yang menggulung tapi tetap saja Ralaya kesal.

Dia tak mau Dev ditatap dengan sorot kelaparan oleh pengunjung pantai.

Ralaya pun berdiri di hadapan Dev yang sontak saja cowok itu sedikit merunduk untuk menatapnya.

Dia menelan salivanya susah payah saat melihat dua kancing teratas di baju Dev yang terbuka.

Gadis itu berdehem karena gugup dan malu lalu iris hitamnya menampilkan sorot marah. "Bajunya kenapa gak di kancing? Kan jadinya diliatin cewek-cewek."

Dev pun menatap baju yang di pakainya untuk memastikan.

"Oh," ucap cowok itu lalu segera mengancing bajunya.

Dia benar-benar lupa karena tadi Ralaya yang menyuruhnya cepat-cepat. Mereka bahkan tak sempat sarapan karena Ralaya yang kelewat excited.

"Jangan cemberut, kita kan mau senang-senang disini," ucap Dev sambil mengusap puncak kepala gadisnya lalu merangkulnya.

Mengajak Ralaya menyusuri bibir pantai, menikmati liburannya berdua.
Sesekali dia mengajak gadisnya bercanda agar Ralaya melupakan kekesalannya.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang