Bab 15

16.1K 734 73
                                    

[Warn : Harsh word, violence]








Deri menatap wajah cantik dihadapannya lekat-lekat. Memperhatikan setiap inchinya. Seolah merekamnya dalam ingatan.

Dia mengulas senyum saat mengingat kegiatannya yang baru selesai sejam yang lalu. Rasanya begitu memabukan. Membuatnya candu hingga ingin lagi dan lagi. Tubuh Ralaya sukses membawa Deri terbang ke langit paling tinggi beralaskan awan berwarna gula-gula. Rasanya semenyenangkan itu.

Ralaya memang indah dan nampak sempurna.

Wajah yang cantik, tubuh yang molek dan kulit yang lembut.

Gadis ini memang merawat tubuhnya dengan baik.

Tolong katakan pada Dev bahwa Deri berterimakasih padanya. Terimakasih telah menjaga Ralaya dengan baik untuk Deri.

Dia berhasil menjadi yang pertama.

Mata Deri mengerjap beberapa kali kalah melihat cewek disampingnya yang melenguh dan membuka kelopak matanya secara perlahan.

Ralaya mengernyitkan dahi sambil memegang kepalanya. Rasanya pening sekali. Dia merasa ada hawa dingin yang langsung menerpa kulitnya. Iris hitamnya mengerjap menyisir ruangan yang aneh. Ralaya tidak familiar dengan kamar ini. Perhatiannya terhenti saat melihat kakak kelasnya yang polos tanpa busana tengah tersenyum jahil ke arahnya.

“Lo—” Ralaya lalu menatap tubuhnya sendiri yang polos juga sama seperti Deri. Jantung Ralaya berdebar, matanya mulai berkaca. “SIALAN! LO APAIN GUE HAH?!”

Dengan kasar Ralaya mendorong Deri agar menjauh dan menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Tubuh mungilnya gemetaran hebat, dia menangis terisak. Dia juga merasakan sakit pada daerah sensitifnya.

Dia menatap bahunya dan terdapat kissmark.

Ralaya merunduk, menangis hebat.
Kenapa bisa dia mendapatkan prilaku seperti ini? Padahal kejadian terakhir yang dia ingat hanyalah dia yang akan membantu menunjukan arah pada pria paruh baya yang dia temui di taman.

Melihat gadis yang dicintainya menangis, Deri pun mendekat, memeluk Ralaya erat.

“Ssssh jangan nangis. Gue gak bakal ninggalin lo.”

Ralaya berontak, enggan dipeluk Deri. “Lo sinting?! Kenapa lo tega perlakuin gue kayak gini? Gue bukan jalang,” isak Ralaya.

Nope. Lo bukan jalang. Lo Ralaya, cewek yang gue sayangi.” Deri masih berusaha memeluk Ralaya untuk menenangkannya. “Gue disini. Gue bakal tanggung jawab.”

“Gue gak butuh!” Ralaya terus memberontak. Memukul Deri dengan tenaga yang tersisa. “Lo brengsek, lo bajingan. DERI BANGSAT!”

I know.” Deri mengeratkan pelukannya, tak peduli meskipun Ralaya terus memberontak. Dikecupnya bahu yang mulus itu beberapa kali.

“Dev,” isak Ralaya sambil merunduk memeluk lututnya ketakutan.

“Dia gak ada disini. Cuma ada gue disini yang peduli sama lo, sayang sama lo, Ralaya.”

“JADI GINI CARA NUNJUKIN KEPEDULIAN LO SAMA RASA SAYANG LO KE GUE? MERLAKUIN GUE KAYAK JALANG? LO EMANG GAK NGOTAK!”

Napas gadis itu begitu terengah, rasanya sesak dan sakit. Deri yang dihadapannya ini sudah berubah menjadi iblis yang sudah merenggut semuanya. Menghancurkan dirinya hingga kedalam.

Ralaya tidak punya apa-apa lagi sekarang. Deri mengambil mahkotanya, harga dirinya. Semuanya lenyap tanpa sisa.

Yang ada hanyalah Ralaya yang telah berubah menjadi sampah tidak berguna. Begitu menjijikan.

[I] Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang